Mantagibaru.com—Siapa pun yang pernah
mengikuti Frankfurt Book Fair (FBF) di Jerman tentu sepakat ajang ini tak
ubahnya rimba buku. Di sini, para profesional industri buku dunia—format cetak
maupun digital—berguyub dan mengkreasikan hal baru.
Dari
penerbit, penjual, agen, produser film sampai penulis buku turut berpartisipasi
di pameran buku tertua dan terbesar di dunia ini. FBF sudah digelar sejak abad
ke-15, seiring diciptakan mesin tik untuk pertama kali oleh Johannes Gutenberg.
Tahun
ini, FBF yang juga dikenal dengan Frankfurter Buchmesse siap digelar pada 14-18
Oktober. Berlokasi di Frankfurter Messe (Frankfurt Trade Fair), kompleks
bangunan seluas hampir 37 hektare. Sekali lagi, Indonesia turut berpartisipasi.
Saban
tahunnya, FBF menampilkan lebih dari tujuh ribu partisipan pameran asal 100 negara,
dari Albania sampai Zimbabwe. Tak kurang 10 ribu jurnalis siap meliput acara
yang dijejali 300 ribu pengunjung ini.
Tahun
lalu, pakar kuliner William Wongso serta chef Sandra Johan dan Petty Elliott
berpartisipasi di FBF. Sembari memamerkan buku masak masing-masing, ketiganya
juga menyajikan masakan khas Indonesia, dari mi goreng sampai asinan buah.
“Tahun
sebelumnya, kami menyajikan rendang, dan antrean pengunjung mengular panjang
sekali,” kata William Wongso, sebelum berangkat ke FBF tahun lalu. Selain buku
masak karya ketiga chef, juga dipamerkan buku Pulang karya Leila S. Chudori.
Penulis
Peter Weidhaas, yang menjabat direktur pameran periode 1975-2000, mengisahkan,
Raja Henry VIII pernah mengutus Sir Thomas Bodley untuk memborong buku-buku di
FBF demi menambah koleksi perpustakaan Oxford University.
Publikasi
buku di Frankfurt sempat terganjal larangan kalangan rohaniawan Katolik dan
Protestan, pada abad ke-17. Pada 1949, pasca Perang Dunia II, atmosfer FBF
diperbarui oleh 205 peserta pameran asal Jerman.
Sejak
itu, FBF berkembang pesat, hingga berskala internasional. FBF juga menyajikan
seminar edukasi, antara lain bertema publikasi elektronik dan efek media sosial
terhadap publikasi. Selain arena buku, tentu saja ada arena kuliner.
“Di
era digital, format buku cetak berubah menjadi e-book. Salah satu yang masih
bertahan: industri buku masak,” jelas Claudia Kaiser, vice president for
business development FBF tahun lalu. Arena kuliner FBF sekaligus memperkenalkan
buku masak dan masakannya.
Tahun
ini, Indonesia mendapat kesempatan istimewa sebagai Tamu Kehormatan atau Guest
of Honour FBF. Para delegasi siap berdiplomasi budaya antara lain lewat program I-Lit (buku
terjemahan), diskusi, pertunjukan seni dan kuliner.
Sumber:
CNN Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar