Minggu, 05 Juli 2015

Catatan Kecil atas Penjelasan Panitia Guest of Honour FBF 2015

OLEH AS Laksana

Panitia Guest of Honour Frankfurt Book Fair 2015, melalui Andy Budiman selaku ketua Komite Media dan Hubungan Luar, sudah memberikan penjelasannya bahwa (1) tidak ada “persekongkolan” untuk mengarahkan isu 1965 sebagai tema utama, (2) tidak benar Laksmi Pamuntjak dipersiapkan sebagai bintang utama, dan (3) tidak mungkin mengarahkan wartawan media di Jerman.
Untuk poin ketiga, Saut Situmorang memberikan bantahan: “Adalah omong kosong untuk mengatakan bahwa Media Barat kebal "pesanan" berita! Justru Media Barat lah yang sangat korup dan rawan manipulasi isu demi kepentingan Kekuasaan seperti yang mereka pamerkan dalam isu Islamofobia dan agresi militer Amrik dan NATO mulai dari Afghanistan, Irak, Libya, Suriah sampek Ukraina!” Demi memperkuat bantahannya, ia menyertakan link-link artikel tentang praktik pemesanan berita pada komentarnya di status FB Andy Budiman.

Mengenai “persekongkolan", saya sangat senang jika memang tidak ada, dan memang sudah sepatutnya tidak ada. Jauh sebelum ini, pada saat mengetahui Mas Goen menjadi ketua panitia, saya dan beberapa teman sebetulnya sempat bertaruh (sebagai kelakar saja, bukan bertaruh sungguhan) bahwa Laksmi Pamuntjak pasti akan dilambungkan sebagai penulis penting Indonesia dalam pameran buku Frankfurt 2015. Saya agak sedih bahwa dugaan kami itu menunjukkan kecenderungan benar; sesungguhnya saya sangat berharap dugaan kami keliru.

Satu hal lainnya, saya membaca pernyataan panitia di website CNN Indonesia bahwa 70 Sastrawan Indonesia (mungkin maksudnya penulis dan tidak harus sastrawan) akan berpartisipasi di pameran buku Frankfurt itu. Sampai sekarang daftar ke-70 orang itu tidak pernah diumumkan. Saya diberi tahu awal Juni ini, secara personal, bahwa saya diberangkatkan ke Frankfurt. “Tolong kosongkan jadwalmu pada pertengahan Oktober, ya, Lak,” kata orang yang menghubungi saya. Linda Christanty menyampaikan kepada saya, pada saat kami ber-Wisata Sastra di Jokja 12 Juni lalu, bahwa ia juga diberangkatkan. Orang yang sama memberi tahu kami kabar ini dalam waktu yang berdekatan. Tampaknya hanya Laksmi Pamuntjak yang sudah tahu sejak awal, jauuuh sebelum yang lain-lain, bahwa ia bakal ditampilkan di FBF 2015. Ia mendapatkan publisitas paling mencolok dan paling banyak diliput media. Tulisan tentangnya di Deutsche Welle seksi bahasa Indonesia sudah mulai ada sejak 2013, dalam bentuk wawancara panjang yang dilakukan oleh Andy Budiman.

P.S. 1. Saya tidak kenal secara pribadi dengan Laksmi dan tidak pernah bercakap-cakap dengannya satu kali pun. Maka, tolong dihindarkan cara berpikir kekanak-kanakan, jika ada, yang mencoba membelokkan urusan ini ke urusan pribadi. Ini sama sekali bukan urusan pribadi. Ini urusan negara. Yang punya hajat dan yang membiayai perhelatan Indonesia sebagai Tamu Kehormatan Frankfurt Book Fair 2015 adalah negara. Kita tahu, para penulis dan seniman biasanya sangat sensitif terhadap rasa keadilan dan cepat meradang jika ada siapa pun yang menunggangi urusan negara untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya. Saya hanya ingin mengingatkan agar jangan sampai praktik buruk itu justru berlangsung di kalangan penulis dan seniman pada saat mereka diberi tanggung jawab oleh negara.

P.S. 2. Saat di Jokja, karena sama-sama tidak tahu alasan kenapa kami diberangkatkan dan siapa saja yang akan diberangkatkan, saya dan Linda saling melontarkan nama-nama yang kami yakini pasti diberangkatkan ke Frankfurt. Maka ketemulah 16 nama di bawah ini:

  1. Mario F. Lawi (penyair muda dari Kupang, buku kumpulan puisinya dipilih oleh majalah Tempo sebagai buku puisi terbaik 2014)
  2. Azhari Aiyub (penulis cerita terbaik dari Aceh saat ini)
  3. Butet Kartarejasa (aktor panggung terbaik Indonesia saat ini)
  4. Helvy Tiana Rosa (pendiri Forum Lingkar Pena, jaringan penulis bertema keagamaan yang massif pengikutnya)
  5. Gede Prama (penulis, pembicara, dan motivator paling berpengaruh di Indonesia)
  6. Farid Gaban (penulis yang pernah menjelajah Nusantara dengan sepeda motor dan menuliskan keindahan taman-taman laut di negeri kepulauan ini)
  7. Raditya Dika (penulis paling fenomenal saat ini untuk pembaca remaja; semua bukunya selalu best-seller—bahkan buku pertamanya yang terbit 10 tahun lalu masih terjual saat ini di atas seribu eksemplar tiap bulan)
  8. Agustinus Wibowo (penulis travelogue yang menakjubkan)
  9. Clara Ng (penulis yang sangat produktif, buku cerita anak-anaknya mendapatkan penghargaan adikarya Ikapi tahun 2006, 2007, dan 2008)
  10. Afrizal Malna (penyair yang unik sekali) 
  11. Andina Dwifatma (penulis muda, pemenang sayembara menulis novel DKJ)
  12. Hilman Hariwijaya (penulis serial Lupus, buku remaja yang paling populer pada masanya)
  13. Marco Kusumawijaya (penulis buku, arsitek, aktivis masalah-masalah urban)
  14. Taufik Ikram Jamil (penyair dari Riau, tempat kelahiran bahasa Indonesia)
  15. Godi Suwarna (penyair berbahasa Sunda)
  16. Suparto Brata (penulis berusia 83 tahun yang sampai sekarang terus menulis dan mendedikasikan dirinya terhadap Bahasa Jawa; pemenang hadiah sastra Rancage 3 kali untuk buku-buku berbahasa Jawanya)

Kalau semua nama yang kami sebut ini benar-benar diberangkatkan ke Frankfurt nantinya, kami membayangkan akan bertemu dengan orang-orang yang menyenangkan--dengan berbagai tabiatnya--dan itu akan menjadi wisata sastra yang tak terlupakan.
Diambil dari akun Facebook AS Laksana

Diambil dari akun Facebook AS Laksana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...