mantagibaru.com—Pameran ‘Aku Diponegoro:
Sang Pangerran dalam Ingatan Bangsa’ terbagi menjadi tiga bagian yang
masing-masing mewakili pendekatan berbeda terhadap Diponegoro. Bagian pertama,
Diponegoro di Mulut Sejarah Seni Indonesia: Pembentukan seorang pahlawan pada
karya seni Indonesia yang memiliki topik Diponegoro. Sorotan utama bagian ini
adalah lukisan penangkapan Diponegoro (1857) karya Raden Saleh yang baru saja
direstorasi.
Lukisan ini dilengkapi dengan sejumlah
potret (semu) Diponegoro, karya seniman Indonesia seperti Soedjono Abdullah,
Basuki Abdullah, Harijadi Sumodidjojo dan banyak lainnya. Di samping
karya-karya ini, akan hadir pula sebuah dokumentasi foto dan video yang
menjelaskan proses restorasi yang sangat teliti. Restorasi ini dikerjakan oleh
GRUPPE Koln (Cologne, Jerman), yang dipimpin oleh Susanne Erhards.
Di bagian kedua, yang berjudul
Diponegoro, Raden Saleh dan Sejarah di Mata Seniman Indonesia, memberikan kesempatan
bagi sejumlah seniman Indonesia kontemporer, seperti Srihadi Soedarsono, Heri
Dono, Nasirun, Entang Wiharso, dan banyak lainnya, untuk menyajikan pendekatan
kontemporer mereka atas figur Diponegoro.
Dan di bagian ketiga, sisi lain
Diponegoro berfokus pada barang-barang yang berhubungan dengan Diponegoro,
seperti foto, cukil kayu, kartu remi, buku komik, poster politik, dan uang
kertas. Dengan cara ini, pameran mempertanyakan tradisi umum penerimaan seni
rupa dan juga dirancang untuk memicu diskusi publik mengenai sifat seni rupa
dalam Indonesia post-modern.
Ruang khusus penampakan leluhur akan
diatur untuk memamerkan jubah putih perang sabil Diponegoro yang asli dan
artefak pribadi lainnya seperti tombak pusaka dan pelana kuda. Ruang ini
dianggap ruang pusaka.
Pameran akan berlangsung selama satu
bulan, mulai dari 6 Februari – 8 Maret 2015, dan terbuka untuk umum. Dan bagi
setiap pengunjung, pameran ini tidak dipungut biaya. Selamat berkunjung!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar