OLEH Alfian Jamrah
Apalagi sebagian besar mereka adalah
tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan yang membebaskan bangsa ini dari
penjajah. Bahkan salah seorang putra
Sumatera Barat telah menjadi proklamator kemerdekaan negara ini.
Tapi yang menjadi tanda tanya adalah
mengapa dari belasan orang pahlawan nasional asal Sumatera Barat itu tidak ada
yang berlatar belakang sejarah perjuangan Minangkabau, tetapi semuanya adalah
perjuangan nasional.
Apakah suku bangsa Minangkabau ini dulu
tidak melakukan perlawanan terhadap penjajah dan apakah etnis ini dulu hanya
diam saja atau berkompromi dengan penjajah.
Padahal banyak daerah lain di Nusantara
ini punya pahlawan nasional yang berlatar kedaerahan, seperti Sultan Hasanuddin
dari Sulawesi Selatan, Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten, Sultan Agung dari
Jawa Tengah, Sultan Thaha Syaifuddin dari Jambi, Sultan Mahmud Badaruddin II
dari Sumatera Selatan, Sultan Iskandar Muda dari Aceh, Sultan Syarif Kasim II
dari Riau, Sultan Hamengkubuwono dari Yogyakarta dan banyak lagi yang lainnya.
Sebenarnya kita juga punya tokoh yang
berlatar belakang perjuangan daerah Minangkabau, yaitu Sultan Alam Bagagarsyah
(1789-1849), beliau adalah Raja Pagaruyung terakhir. Beliau juga melakukan
perlawanan terhadap penjajah Belanda dan
buktinya kerajaan di Minangkabau dihabisi oleh Belanda.
Pada penggalan sejarah memang beliau
pernah diangkat oleh Belanda menjadi Hoofdregent van Menangkabo (1824) dan
sebagai Regent van Tanadatar (1826),
tapi kemudian beliau dicampakkan begitu saja. Ada pula isu penyerahan
wilayah kepada Belanda, tapi itu strategi agar rakyat tidak dibunuh oleh
penjajah.
Sultan Alam Bagagarsyah dalam perjalanan
hidupnya banyak menantang Belanda sehingga beliau dihukum di Benteng Van der
Capellen Batusangkar, kemudian ditahan di penjara Muaro Padang dan akhirnya
dibuang ke Batavia pada tanggal 24 Mei 1833 yang dibawa dengan kapal
Calippso.
Dalam perjalanan dari Batusangkar ke
Padang kaki dan tangannya diborgol dan hanya dibuka ketika berhenti istirahat
saja. Beliau ditangkap pada 2 Mei 1833 karena bekerja sama dengan Tuanku Imam
Bonjol dan Sentot Alibasyah dan ikut memprakarsai pemberontakan besar-besaran
di Minangkabau pada 11 Januari 1833.
Beliau ditahan di penjara bawah tanah yang sempit dan berair di benteng
Fathahillah Batavia dan tidak diperbolehkan pulang lagi ke Pagaruyung hingga
akhir hayatnya. Akhirnya beliau wafat di Batavia pada 12 Februari 1849, masih
dalam status tahanan kolonialis Belanda.
Seratus dua puluh enam tahun kemudian,
yaitu pada tanggal 12 Februari 1975 makam beliau dipindahkan dari Mangga Dua
Batavia ke Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta atas prakarsa tokoh-tokoh
Minangkabau, yaitu Bung Hatta, Bahder Djohan, Hazairin, Harun Zain, Hamka,
Amura dan lainnya. Meskipun sudah dimakamkan di taman makam pahlawan tetapi
beliau belum bergelar pahlawan nasional dan sejarahnya tidak banyak diketahui
anak negeri ini.
Sultan Alam Bagagarsyah memang pernah
diusulkan oleh Pemerintah Propinsi Sumatera Barat untuk menjadi pahlawan
nasional pada tahun 2008 lalu yang didukung oleh seluruh kabupaten/kota di
Sumbar, organisasi sosial masyarakat, para perantau, perguruan tinggi,
organisasi politik dan beberapa kerajaan Nusantara. Tapi malang akhirnya gagal
karena tidak didukung oleh segelintir
orang Minangkabau sendiri. Kesalahannya dibesar-besarkan dan dijadikan
dasar untuk menggagalkannya.
Mereka hanya melihat sisi lemahnya saja
dan tidak mengemukakan aspek perjuangannya yang besar. Padahal sejarawan
Taufik Abdullah pernah mengatakan bahwa semua pahlawan nasional juga punya
sisi gelapnya karena sebagai manusia tentu punya kekurangan dan
kesalahan, tidak ada pahlawan yang benar
seratus persen.
Nah, mengapa kita perlu memperjuangkan
Sultan Alam Bagagarsyah untuk menjadi pahlawan nasional. Alasannya karena
perjuangan beliau berlatar belakang ke-Minangkabau-an yang dapat mengangkat
marwah dan opini bahwa Minangkabau juga ikut melawan penjajah Belanda, sama
dengan suku bangsa lainnya di Nusantara.
Kemudian wilayah Kerajaan Pagaruyung itu
luas, ada 72 unsur sapiah balahan dan kuduang karatan, yaitu kerajaan-kerajaan
yang mendukungnya di Nusantara hingga ke Maluku, NTT dan bahkan sampai ke
Malaysia, Thailand dan Brunei Darussalam.
Beliau adalah raja terakhir dan telah wafat bersama habisnya kebesaran
Kerajaan Minangkabau yang berpusat di Pagaruyung dulunya.
Ketika suatu waktu anak cucu kita
bertanya, siapa pejuang atau pahlawan dari Minangkabau, maka kita belum ada
jawabannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar