Minggu, 16 November 2014

PETANI BERGERAK: Galang Kekuatan untuk Menggapai Kesejahteraan

OLEH Moehar Daniel
Peneliti Sosial Ekonomi/Kebijakan Pembanguan Pertanian BPTP Sumatera Barat

Pertanian Bergerak
Satu langkah maju sudah dimulai. Petani kakao Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh telah berhimpun mendirikan sebuah lembaga untuk memayungi petani lainnya. Kenyataan ini perlu diacungkan jempol dan dibantu secara serius, agar pucuk yang baru tumbuh ini bisa berkembang dan mengembangkan sayap keseluruh Nusantara demi kesejahteraan petani.
Petani selalu berjuang untuk manusia lainnya, tetapi mereka sering tidak menerima imbalan yang setimpal. Mereka tidak mengharapkan penghargaan, tidak mengharapkan sanjungan ataupun pujian yang muluk-muluk. Yang diharapkan petani hanyalah perolehan pendapatan yang memadai dari hasil cucur keringat, untuk menupang kehidupan yang semakin keras dan semakin tidak punya nurani.

Harapan ini akan terwujud bila ; (1) terjadi dan terjaminnya proses jual beli yang adil. Jangan seperti sekarang, mereka susah payah berusahatani dengan resiko yang besar, tetapi yang lebih banyak menikmati keuntungan adalah para pedagang atau pemilik modal, yang kadang-kadang hanya bermodal dengkul atau bermodalkan air ludah ; (2) petani mudah mendapatkan segala kebutuhannya untuk menjalankan usahatani dengan harga yang terjangkau.
Kebutuhan akan pupuk contohnya, sering dimainkan oleh pedagang atau pelaku lainnya. Harganya juga sangat tidak berpihak kepada petani. Disadari memang tersedia bahan pupuk disekitar petani, tetapi tidak semua tanaman bisa menerima secara drastis perubahan masukan yang diberikan ; (3) teknologi bisa dikuasai dan diterapkan secara tepat dengan bimbingan yang berkelanjutan sampai petani benar-benar sudah menguasai.
Untuk mewujudkan harapan petani tersebut, Pemerintah telah banyak berbuat. Petani sudah mendapat perhatian yang melimpah dari pemerintah, tetapi mereka belum banyak menikmati hasil dari perhatian tersebut. Banyak bantuan yang telah diterima tetapi belum memberikan manfaat yang optimal. Kita tidak bermaksud menyalahkan atau mengkambing hitamkan siapa-siapa, tetapi semua yang telah dilakukan dalam proses pembangunan banyak yang tidak mencapai sasaran.
Berat dugaan, pendekatan dan sistem yang digunakan dalam memberikan bantuan dan pembinaan banyak yang kurang sesuai dengan keinginan petani, sehingga biaya yang dikeluarkan pemerintah menjadi rendah manfaatnya. Fasilitasi dan bantuan yang sangat diharapkan petani adalah yang sesuai dengan kondisi dan keinginannya. Semua itu bisa dilakukan dengan pendekatan partisipatif, dimana petani juga ikut sebagai perencana dan pengembang dirinya sendiri. Perhatian yang harus diberikan kepada petani adalah bagaimana supaya mereka bisa selalu beraktivitas dan menghasilkan semua kebutuhan masyarakat, itu adalah perhatian minimal.  
Jual beli yang adil. Dalam proses jual beli, petani sering dirugikan karena berada dalam posisi tawar yang lemah. Harga produk yang ditawarkan petani, tidak pernah bisa ditentukan oleh mereka sendiri. Harga jual selalu ditentukan oleh pedagang. Bahkan kadang-kadang, produknya dibawa oleh pedagang tetapi uang belum dibayar. Pembayaran dilakukan setelah barang yang diambil laku terjual oleh pedagang. Hanya dengan modal dengkul atau air ludah, pedagang bisa mendapatkan keuntungan dalam waktu yang singkat. Bandingkan dengan keuntungan atau pendapatan yang diperoleh petani, yang berjuang sekian lama untuk menghasilkan produk, dengan resiko yang cukup tinggi. Adilkah itu?  Hal ini sering dialami oleh petani. Mereka tidak bisa berbuat karena berada dalam posisi yang sangat lemah.
Itulah gambaran kondisi dan kehidupan serta tantangan yang selalu dihadapi petani. hampir semua masyarakat kurang atau tidak peduli, walaupun ada yang peduli, tetapi sangat sedikit, dan umumnya mereka tidak mempunyai kekuatan yang memadai. Akankah kondisi dan sistem yang berjalan ini dibiarkan berlanjut terus demikian?. Apa yang harus diperbuat oleh petani, dan apa yang harus dilakukan oleh pemerintah atau oleh pemerhati petani?
Belajar pada pengalaman dan apa yang telah dilakukan pada masa lalu, nampaknya petani harus mulai menentukan sikap. Petani harusnya jangan lagi tergantung atau terlalu menggantungkan diri pada golongan masyarakat lain ataupun pemerintah. Petani harus mulai menggalang kekuatan sendiri untuk memperkuat posisi tawar. Kalau posisi tawar sudah kuat, mereka tidak bisa lagi diatur atau dipermainkan oleh lapisan masyarakat lainnya.
Petani tidak lagi harus memelas perhatian dan bantuan dari pihak luar. Mereka bisa menentukan sendiri harga barang yang diproduksinya, mereka bisa mengatur pasar dan pemasaran barang-barang yang dihasilkannya. Dan yang sangat diharapkan adalah ”petani menjadi sebuah komunitas yang kuat” kuat secara sosial dan lebih kuat secara ekonomi. Kalau komitmen ini sudah dipadukan maka banyak cara yang bisa dilakukan oleh petani dan banyak kegiatan yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan posisi tawar mereka. Kata kuncinya, adalah bersatu atau memperkuat barisan sesama petani, mereka harus mulai menggalang kekuatan untuk berjaya sebagai komunitas tersendiri yang mampu berbuat untuk orang banyak. Allah SWT menegaskan bahwa manusia yang paling mulia disisiNYA adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya.
Dalam tulisan terdahulu, penulis mengemukakan bahwa untuk menggapai kesejahteraan petani harus menggalang kekuatan. Petani harus membangun wadah sendiri dan berjuang guna menguatkan posisi tawar diri atau komunitas (baca: lembaga, wadah pemersatu petani). Wadah tersebut bisa berupa atau berbentuk lembaga atau organisasi. Bisa kelompok tani, bisa koperasi, bisa asosiasi petani dan banyak lagi bentuk lainnya, yang intinya adalah sebagai wadah tempat mereka berhimpun. Tempat orang yang seide, mempunyai kemauan yang sama, mempunyai tujuan yang sama, dan yang penting sama-sama punya kepentingan dan saling mengerti satu sama lain. Orang bijak mengatakan bahwa; ”Organisasi merupakan alternatif utama yang harus dijalankan oleh rakyat untuk memperoleh keberadaan ataupun kekuatan mereka”.
Kuncinya terletak pada pembentukan organisasi itu sendiri. Dewasa ini, umumnya organisasi dibentuk berdasarkan kepada kebutuhan golongan atas (pemerintah, LSM dan lainnya), bukan tumbuh dari bawah. Kita bisa bayangkan, bagaimana perkembangan sesuatu yang tumbuh dari atas?. Ibarat sebuah tanaman, kalau tumbuh dari atas tentu akarnya berada diatas, dan pucuknya juga akan tumbuh mencuat keatas mencari sumber matahari.
Begitu juga dengan sebuah organisasi, bila ia tumbuh dari bawah, dengan arti berdasarkan ”keinginan”, ”kebutuhan” dan ”kemauan” si pelakunya sendiri, maka dapat dipastikan bahwa organisasi tersebut akan eksis dan tumbuh berkembang sesuai dengan tujuan yang digariskan sebelumnya. Pertanyaannya sekarang, mau, mampu dan sanggupkah masyarakat kecil yang mayoritas petani tersebut melakukannya? Langkah dan strategi apakah yang harus ditempuh agar kekuatan tersembunyi tersebut dapat dibangkitkan?
Tantangan ini telah dijawab oleh petani kakao di Kabupaten 50 Kota dan Kota Payakumbuh. Dewasa ini mereka telah mulai menggalang kekuatan membentuk sebuah lembaga yang diberinama Himpunan Petani Kakao Indonesia (HIPKINDO). Tidak tanggung-tanggung, himpunan yang dibentuk merupakan sebuah lembaga yang bernuansa dan mencakup wilayah Indonesia.
Himpunan dimaksud merupakan induk organisasi dari himpunan-himpunan serupa yang nantinya akan dibentuk di seluruh kabupaten/kota dan propinsi penghasil kakao di Indonesia. Himpunan inilah yang akan menjalankan misinya dalam meningkatkan ”posisi tawar” petani kakao melalui pemberdayaan yang berkelanjutan dengan prinsip dari petani, oleh petani dan untuk petani. Sementara bisnis kakao dijalankan oleh Koperasi Petani Kakao Indonesia (KOPKI), yang dibentuk bersamaan dengan berdirinya Hipkindo.
Menyimak perkembangan ini, para pemerhati petani dan pertanian harus memberikan kontribusi nyata, menyambut gerakan ini dan membantu dengan penuh perhatian dengan apa yang bisa dicurahkan. Tidak ada salahnya bila dalam tulisan ini, penulis menghimbau semua pihak yang punya perhatian terhadap petani dan kemajuan daerah untuk ikut berperanserta, ikut menyumbang saran dan upaya, agar lembaga ini bisa mewujudkan dirinya sebagai wadah pemersatu petani. Tidak hanya itu, kita harus dukung agar lembaga ini bisa menjadi momentum atau titik tumbuh keberdayaan petani dan sekaligus menjadi model bagi bangkitnya sektor pertanian Indonesia.
Kakao hanyalah salah satu komoditas, masih sangat banyak komoditas-komoditas lain yang menunggu, yang nilai dan manfaatnya lebih banyak dinikmati oleh segelintir orang dan luar negeri. Jangan dipertahankan kondisi yang sangat tidak menguntungkan sekarang ini, kita yang punya barang, harga orang luar yang menentukan. Kita yang  capek mengusahakan, keuntungan (besar) orang luar yang menikmati. Kita bukanlah bangsa yang bodoh, hanya masih mau dibodoh-bodohi, dengan berbagai dalih. Mau sampai kapan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...