OLEH Moehar Daniel
Peneliti Sosial Ekonomi/Kebijakan Pembanguan
Pertanian BPTP Sumatera Barat
Pertanian Bergerak |
Satu langkah maju sudah
dimulai. Petani kakao Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh telah berhimpun
mendirikan sebuah lembaga untuk memayungi petani lainnya. Kenyataan ini perlu
diacungkan jempol dan dibantu secara serius, agar pucuk yang baru tumbuh ini
bisa berkembang dan mengembangkan sayap keseluruh Nusantara demi kesejahteraan
petani.
Petani selalu berjuang untuk
manusia lainnya, tetapi mereka sering tidak menerima imbalan yang setimpal.
Mereka tidak mengharapkan penghargaan, tidak mengharapkan sanjungan ataupun
pujian yang muluk-muluk. Yang diharapkan petani hanyalah perolehan pendapatan yang memadai dari hasil cucur
keringat, untuk menupang kehidupan yang semakin keras dan semakin tidak punya
nurani.
Harapan ini akan terwujud bila
; (1) terjadi dan terjaminnya proses jual beli yang adil. Jangan seperti
sekarang, mereka susah payah berusahatani dengan resiko yang besar, tetapi yang
lebih banyak menikmati keuntungan adalah para pedagang atau pemilik modal, yang
kadang-kadang hanya bermodal dengkul atau bermodalkan air ludah ; (2) petani
mudah mendapatkan segala kebutuhannya untuk menjalankan usahatani dengan harga
yang terjangkau.
Kebutuhan akan pupuk contohnya,
sering dimainkan oleh pedagang atau pelaku lainnya. Harganya juga sangat tidak
berpihak kepada petani. Disadari memang tersedia bahan pupuk disekitar petani,
tetapi tidak semua tanaman bisa menerima secara drastis perubahan masukan yang
diberikan ; (3) teknologi bisa dikuasai dan diterapkan secara tepat dengan
bimbingan yang berkelanjutan sampai petani benar-benar sudah menguasai.
Untuk mewujudkan harapan petani
tersebut, Pemerintah telah banyak berbuat. Petani sudah mendapat perhatian yang
melimpah dari pemerintah, tetapi mereka belum banyak menikmati hasil dari
perhatian tersebut. Banyak bantuan yang telah diterima tetapi belum memberikan
manfaat yang optimal. Kita tidak bermaksud menyalahkan atau mengkambing
hitamkan siapa-siapa, tetapi semua yang telah dilakukan dalam proses
pembangunan banyak yang tidak mencapai sasaran.
Berat dugaan, pendekatan dan
sistem yang digunakan dalam memberikan bantuan dan pembinaan banyak yang kurang
sesuai dengan keinginan petani, sehingga biaya yang dikeluarkan pemerintah
menjadi rendah manfaatnya. Fasilitasi dan bantuan yang sangat diharapkan petani
adalah yang sesuai dengan kondisi dan keinginannya. Semua itu bisa dilakukan
dengan pendekatan partisipatif, dimana petani juga ikut sebagai perencana dan
pengembang dirinya sendiri. Perhatian yang harus diberikan kepada petani adalah
bagaimana supaya mereka bisa selalu beraktivitas dan menghasilkan semua
kebutuhan masyarakat, itu adalah perhatian
minimal.
Jual beli yang adil. Dalam
proses jual beli, petani sering dirugikan karena berada dalam posisi tawar yang
lemah. Harga produk yang ditawarkan petani, tidak pernah bisa ditentukan oleh
mereka sendiri. Harga jual selalu ditentukan oleh pedagang. Bahkan kadang-kadang,
produknya dibawa oleh pedagang tetapi uang belum dibayar. Pembayaran dilakukan
setelah barang yang diambil laku terjual oleh pedagang. Hanya dengan modal
dengkul atau air ludah, pedagang bisa mendapatkan keuntungan dalam waktu yang
singkat. Bandingkan dengan keuntungan atau pendapatan yang diperoleh petani,
yang berjuang sekian lama untuk menghasilkan produk, dengan resiko yang cukup
tinggi. Adilkah itu? Hal ini sering
dialami oleh petani. Mereka tidak bisa berbuat karena berada dalam posisi yang
sangat lemah.
Itulah gambaran kondisi dan
kehidupan serta tantangan yang selalu dihadapi petani. hampir semua masyarakat
kurang atau tidak peduli, walaupun ada yang peduli, tetapi sangat sedikit, dan
umumnya mereka tidak mempunyai kekuatan yang memadai. Akankah kondisi dan
sistem yang berjalan ini dibiarkan berlanjut terus demikian?. Apa yang harus
diperbuat oleh petani, dan apa yang harus dilakukan oleh pemerintah atau oleh
pemerhati petani?
Belajar pada pengalaman dan apa
yang telah dilakukan pada masa lalu, nampaknya petani harus mulai menentukan
sikap. Petani harusnya jangan lagi tergantung atau terlalu menggantungkan diri
pada golongan masyarakat lain ataupun pemerintah. Petani harus mulai menggalang
kekuatan sendiri untuk memperkuat posisi tawar. Kalau posisi tawar sudah kuat,
mereka tidak bisa lagi diatur atau dipermainkan oleh lapisan masyarakat
lainnya.
Petani tidak lagi harus memelas
perhatian dan bantuan dari pihak luar. Mereka bisa menentukan sendiri harga
barang yang diproduksinya, mereka bisa mengatur pasar dan pemasaran
barang-barang yang dihasilkannya. Dan yang sangat diharapkan adalah ”petani menjadi sebuah komunitas yang kuat”
kuat secara sosial dan lebih kuat secara ekonomi. Kalau komitmen ini sudah
dipadukan maka banyak cara yang bisa dilakukan oleh petani dan banyak kegiatan
yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan posisi tawar mereka. Kata kuncinya,
adalah bersatu atau memperkuat barisan sesama petani, mereka harus mulai
menggalang kekuatan untuk berjaya sebagai komunitas tersendiri yang mampu
berbuat untuk orang banyak. Allah SWT menegaskan bahwa manusia yang paling mulia disisiNYA adalah manusia yang bermanfaat bagi
manusia lainnya.
Dalam tulisan terdahulu, penulis mengemukakan bahwa untuk
menggapai kesejahteraan petani harus menggalang kekuatan. Petani harus
membangun wadah sendiri dan berjuang guna menguatkan posisi tawar diri atau
komunitas (baca: lembaga, wadah pemersatu petani). Wadah tersebut bisa berupa
atau berbentuk lembaga atau organisasi. Bisa kelompok tani, bisa koperasi, bisa
asosiasi petani dan banyak lagi bentuk lainnya, yang intinya adalah sebagai
wadah tempat mereka berhimpun. Tempat orang yang seide, mempunyai kemauan yang
sama, mempunyai tujuan yang sama, dan yang penting sama-sama punya kepentingan
dan saling mengerti satu sama lain. Orang bijak mengatakan bahwa; ”Organisasi
merupakan alternatif utama yang harus dijalankan oleh rakyat untuk memperoleh
keberadaan ataupun kekuatan mereka”.
Kuncinya terletak pada pembentukan organisasi itu
sendiri. Dewasa ini, umumnya organisasi dibentuk berdasarkan kepada kebutuhan
golongan atas (pemerintah, LSM dan lainnya), bukan tumbuh dari bawah. Kita bisa
bayangkan, bagaimana perkembangan sesuatu yang tumbuh dari atas?. Ibarat sebuah
tanaman, kalau tumbuh dari atas tentu akarnya berada diatas, dan pucuknya juga
akan tumbuh mencuat keatas mencari sumber matahari.
Begitu juga dengan sebuah organisasi, bila ia tumbuh dari
bawah, dengan arti berdasarkan ”keinginan”, ”kebutuhan” dan ”kemauan” si
pelakunya sendiri, maka dapat dipastikan bahwa organisasi tersebut akan eksis
dan tumbuh berkembang sesuai dengan tujuan yang digariskan sebelumnya.
Pertanyaannya sekarang, mau, mampu dan sanggupkah masyarakat kecil yang
mayoritas petani tersebut melakukannya? Langkah dan strategi apakah yang harus
ditempuh agar kekuatan tersembunyi tersebut dapat dibangkitkan?
Tantangan ini telah dijawab
oleh petani kakao di Kabupaten 50 Kota dan Kota Payakumbuh. Dewasa ini mereka
telah mulai menggalang kekuatan membentuk sebuah lembaga yang diberinama Himpunan
Petani Kakao Indonesia (HIPKINDO). Tidak tanggung-tanggung, himpunan yang
dibentuk merupakan sebuah lembaga yang bernuansa dan mencakup wilayah
Indonesia.
Himpunan dimaksud merupakan
induk organisasi dari himpunan-himpunan serupa yang nantinya akan dibentuk di
seluruh kabupaten/kota dan propinsi penghasil kakao di Indonesia. Himpunan
inilah yang akan menjalankan misinya dalam meningkatkan ”posisi tawar” petani
kakao melalui pemberdayaan yang berkelanjutan dengan prinsip dari petani, oleh petani dan untuk petani.
Sementara bisnis kakao dijalankan oleh Koperasi Petani Kakao Indonesia (KOPKI),
yang dibentuk bersamaan dengan berdirinya Hipkindo.
Menyimak perkembangan ini, para
pemerhati petani dan pertanian harus memberikan kontribusi nyata, menyambut
gerakan ini dan membantu dengan penuh perhatian dengan apa yang bisa
dicurahkan. Tidak ada salahnya bila dalam tulisan ini, penulis menghimbau semua
pihak yang punya perhatian terhadap petani dan kemajuan daerah untuk ikut
berperanserta, ikut menyumbang saran dan upaya, agar lembaga ini bisa
mewujudkan dirinya sebagai wadah pemersatu petani. Tidak hanya itu, kita harus
dukung agar lembaga ini bisa menjadi momentum atau titik tumbuh keberdayaan
petani dan sekaligus menjadi model bagi bangkitnya sektor pertanian Indonesia.
Kakao hanyalah salah satu
komoditas, masih sangat banyak komoditas-komoditas lain yang menunggu, yang nilai dan manfaatnya
lebih banyak dinikmati oleh segelintir orang dan luar negeri. Jangan
dipertahankan kondisi yang sangat tidak menguntungkan sekarang ini, kita yang
punya barang, harga orang luar yang menentukan. Kita yang capek
mengusahakan, keuntungan (besar) orang luar yang menikmati. Kita bukanlah
bangsa yang bodoh, hanya masih mau dibodoh-bodohi, dengan berbagai dalih. Mau
sampai kapan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar