OLEH al Malik
Idiom Minangkabau nasib rang sumando sarupo abu di ateh tungku
cukup relevan dianalogikan dengan keberadaan para pejabat publik di dalam era otonomi daerah. Pejabat publik diibaratkan
“urang sumando” yang masuk ke dalam kelompok elit dalam pemerintahan. Sebagai
“urang sumando” sebelumnya tentu saja mesti mendapatkan legitimasi dan “penguasa
rumah”, yang notabene merupakan kepala daerah. Sebagai “urang datang” seorang “sumando” haruslah pintar-pintar menempatkan
diri dan pandai membaca situasi yang berkembang.
Rapuhnya eksistensi seorang
pejabat publik dalam tatanan birokrasi pemerintahan daerah dewasa ini,
merupakan dampak dari lemahnya regulasi bidang kepegawaian daerah. Selain itu, belum
jelas pula sistem penjenjangan karier bagi seorang pejabat publik.
Fakta menunjukkan, perjalanan karier
seorang pejabat publik masa otonomi ini sering ditentukan faktor-faktor “non
teknis”. Bukan melalui mekanisme jenjang karier yang diatur secara jelas.
Saat ini, bukan lagi sesuatu
yang mengherankan, seorang pejabat publik dengan latar belakang pendidikan ilmu
agama, ditugaskan sebagai pejabat yang mengurus urusan bidang kehutanan. Tak
aneh lagi, seseorang tenaga pendidik ditempatkan pada jabatan teknis bidang
pertanian.
Pejabat publik yang
dianalogikan sebagai “rang sumbado sarupo
abu di ateh tungku” tersebut bisa bergerak kemana angin bertiup.
Beruntunglah bila anginnya berhembus dengan lembut dan sepoi-sepoi. Tapi jika angin
badai, maka terbang tinggilah si abu tanpa jelas arah dan tujuannya.
Ketidakjelasan sistem,
mekanisme dan prosedur jenjang karier seorang pejabat publik dewasa ini, menyebabkan
munculnya pejabat-pejabat publik dengan berbagai kategori dalam tata kelola
birokrasi pemerintahan daerah. Misalnya, pejabat publik kategori urang sumando lapiak buruak, urang sumando
kacang miang dan urang sumando langau
hijau.
Pejabat publik dengan kategori sumando lapiak buruak, cenderung hanya duduk dan lebih suka berdiam
di kursi empuk jabatannya saja. Ia hanya memberikan perintah kerja kepada
bawahannya, tanpa mau tahu dengan
persoalan yang ada di sekelilingnya. Pejabat publik yang seperti ini, cenderung
hanya mencari amannya saja. Tidak kreatif dan bersikap asal pimpinan senang.
Loyalitas yang diberikan
bukanlah terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, namun hanya kepada
pimpinan semata. Pejabat seperti ini sangat mudah dikenal, karena selalu berada di ruang kerjanya secara terus menerus.
Sering juga dijumpai di kediaman
pimpinannya ketika acara serimonial dilaksanakan. Tipikal pejabat seperti ini,
umumnya lahir dari proses rekrutmen yang hanya mengandalkan kedekatan hubungan
kekeluargaan, rekomendasi “orang berpengaruh”, atau mungkin saja atas usulan
kelompok tim sukses sang kepala daerah.
Pejabat publik dengan kategori sumando langau hijau, biasanya amat
mudah dikenal karena aktivitasnya yang super-aktif, selalu hadir dan datang
pada berbagai acara serimonial pemerintahan daerah, walaupun tidak ada
korelasinya dengan tugas pokok dan fungsinya jabatannya sendiri. Pejabat publik
seperti ini biasanya sangat suka mancikaraui
(usil dan ikut campur) persoalan-persoalan yang di luar bidang tugasnya.
Sikapnya sering menimbulkan gesekan dan perselisihan dengan rekan-rekannya
sesama pejabat publik.
Alasan yang seringkali dipakai
untuk memasuki “wilayah tugas” pihak lain adalah untuk membangun koordinasi dan
sinergi kerja secara lebih baik, namun hasilnya seringkali justru kontra
produktif dalam tata kelola birokrasi pemerintahan yang baik.
Pejabat publik yang dapat dikategorikan
sebagai sumando kacang miang merupakan pejabat yang selalu membuat masalah,
baik dalam internal kantornya maupun di luar kantor. Biasanya tipikal seperti
ini hadir karena rendahnya mentalitas, kompetensi dan kematangan kepribadian
yang dimiliki untuk menjadi seorang pejabat publik. Atau bisa juga karena
merasa adanya faktor privilage yang
dimilikinya, sehingga suka mencari-cari kesalahan orang lain. Acap juga menjadikan
kelemahan-kelemahan orang lain sebagai bahan baginya untuk menguasai bidang
kerja pihak lain. Faktor privilege secara
berlebihan yang diberikan oleh seorang pimpinan kepada seorang pejabat,
cenderung akan melahirkan pejabat publik seperti ini.
Kehadiran berbagai tipikal
pejabat publik tersebut, merupakan dampak dari proses pelaksanaan rekrutmen
pejabat yang seringkali lebih mengedepankan subjektivitas semata. Penilaian tak
melihat objektivitas, kompetensi, kematangan kepribadian, kepemimpinan serta track record kariernya di pemerintahan.
Dengan asumsi bahwa kita masih
menggunakan akal sehat dalam bekerja, tentunya berbagai tipikal pejabat publik
tersebut di atas bukanlah sosok pelayan publik yang diharapkan, tidak saja oleh
masyarakat tetapi juga oleh kepala daerah.
Tipikal urang sumando ninik mamak merupakan kategori pejabat publik yang ideal
dan diharapkan semua pihak. Pejabat
public tipe ini mampu menempatkan diri secara benar dan memberikan dampak
positif terhadap semua pihak. Pejabat publik dengan kategori seperti ini,
menjadi sosok tempat untuk bertanya dan berdiskusi tentang berbagai hal. Dia
mampu memberikan masukan secara objektif dan berimbang, serta akan lebih
mengedepankan profesionalisme dalam bekerja.
Pejabat publik dengan tipikal urang sumando ninik mamak ini hanya akan hadir dalam tatanan birokrasi
pemerintahan daerah melalui proses rekrutmen yang mengedepankan objektifitas
dan fit and propert test yang
dilakukan secara tegas, dan relevan dengan visi dan misi yang telah dibangun
seorang kepala daerah.
Seorang kepala daerah akan selalu mencari
pembantu-pembantunya yang memiliki idealisme dan komitmen yang kuat sebagai
pejabat publik, sehingga mampu mendukung eksistensi seorang kepala daerah. Ia tidak
saja sebagai agent of development, tetapi
juga sebagai agent of trust setelah
mendapatkan kepercayaan dari masyarakat melalui pemilihan kepala daerah yang
dilakukan secara langsung.
Dalam konteks ini, pejabat
publik yang memiliki kualifikasi sebagai “urang
sumando ninik mamak” akan mampu menjadi pembantu yang ideal bagi
seorang kepala daerah dalam menjalankan
tugas-tugas pelayanan publik di masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar