OLEH Dahmuri
KAUR Ekonomi
Pemerintahan Nagari Guguk Malalo, Singkarak, Tanah Datar
Alat tangkap ikan bilih (Jala Apung) Foto http://www.mongabay.co.id/
|
Beberapa hari terakhir, Harian Haluan mengangkat keberadaan, potensi ikan bilih Danau Singkarak,
dan ancaman masuknya ikan sejenis hasil budi daya nelayan di Danau Toba ke
Sumatera Barat. Selain itu, ikan bilih yang dibudidayakan di Danau Toba dan
masuk ke Sumatera Barat ditengarai diawetkan dengan zat kimia formalin.
Endemik ikan bilih sudah dikenal masyarakat baik nasional
maupun dunia yang konon kabarnya species tersebut hanya ada di dua tempat yaitu
Berazil dan Danau Singkarak. Buat warga Sumatera Barat, khusunya, tentu ini
menjadi sebuah kebanggaan, bahwa jenis fauna langka tersebut terdapat di salah
satu di Sumatera Barat.
Namun kebanggaan yang kita rasakan itu, justru hari ini
menjadi sebuah kekhawatiran. Mengapa demikian? Karena kondisi hari ini dari
pengamatan penulis di lapangan, memperlihatkan sebuah fakta kepada kita bahwa
endemik ikan bilih sudah berada diambang kepunahan. Sungguh ini harus menjadi
perhatian buat kita bersama, terutama masyarakat sekitar Danau Singkarak. Begitu
juga halnya dengan pemerintah daerah.
Tidak bisa dipungkiri, endemik ikan bilih yang hidup
selama ini di Danau Singkarak yang sangat kita banggakan tersebut, hanya akan
tinggal kenangan manis buat cucu-cucu kita di masa-masa yang akan datang.
Mereka hanya akan mendapatkan cerita-cerita saja nantinya.
Kerusakan karena
PLTA
Indikasi mulai punahnya endemik ikan bilih di Danau Singkarak,
berawal dari kerusakan ekosistem Danau Singkarak itu sendiri. Fakta di lapangan
sejak masuknya PLTA Singkarak sekitar tahun 1990 membawa banyak perubahan
terhadap ekosistem danau tersebut.
Pembangunan terowongan yang menembus perut bukit kira-kira
sepanjang 18 km menyebabkan dalam kurun waktu pembangunan proyek tersebut
segala limbah masuk ke dalam danau (baik tumpahan solar, air semen untuk
pengecoran, dan lain-lain) sehingga mengakibatkan danau singkarak mulai
tercemar oleh limbah proyek tersbut.
Tidak hanya sampai di situ bahkan setelah pembangunan
proyek terowongan dan Inteck PLTA selesai, maka terjadilah perubahan siklus
perputaran air Danau Singkarak, yaitu perubahan arus bawah yang sangat deras di
karenakan penyedotan air dengan kekuatan yang besar dan ditambah pula dengan seringnya
penutupan pintu air yang terletak di daerah ombilin sehingga membuat sampah
yang masuk ke danau hanya berputar-putar di dasar danau Singkarak. Akibatnya
ikan-ikan yang akan bertelur ke tepi danau sudah jauh berkurang di karenakan sampah
yang mengendap telah mencemari air danau.
Ditambah lagi dengan prilaku masyarakat sekitar danau
singkarak yang tidak bersahabat. Dalam melakukan penangkapan ikan bilih
masyarakat sering menggunakan bom ikan, sentrum maupun jaring yang ukurannya
rapat sekali. Alat-alat tersebut sangat mudah mendapatkan ikan sebanyak
mungkin, tapi masyarakat lupa dengan prilaku mereka tersebut populasi ikan
bilih akan bisa menjadi punah. Ini semua tak lain dan tak bukan adalah karena
persoalan ekonomi, masyarakat ingin mendapatkan uang yang sebanyak-banyaknya
tanpa mau peduli dengan keseimbangan lingkungan.
Kabar yang kita dengar akhir-akhir ini betapa ikan bilih
danau toba menguasai pasar saat sekarang ini. Faktanya banyak masyarakat di
pinggiran danau singkarak yang mengolah ikan bilih dari toba untuk dijual
kepasaran. Lalu bagaimana dengan ikan
bilih danau singkarak? Kemana perginya? Tentu ini menjadi sebuah pertanyaan
lagi buat kita bersama.
Karena itu menurut penulis tak bisa dipungkiri kondisi
danau singkarak pada saat ini sudah sangat memprihatinkan sekali serta di
perkirakan 50 tahun yang akan datang danau Singkarak hanya akan tinggal legenda
dan menjadi rawa-rawa yang penuh dengan sampah, untuk itu mari kita fikirkan
bersama karena sumber daya alam yang ada adalah titipan dari anak cucu kita,
bukan warisan buat mereka.
Perlu
Perhatian Bersama
Untuk menyikapi persoalan danau singkarak yang sangat
memprihatinkan hari ini dengan mulai langkanya endemik ikan bilih, maka perlu
rasanya perhatian dari kita bersama, baik masyarakat sekitar maupun pemerintah
daerah sebagai pengambil kebijakan. Penulis ingin rasanya menyampaikan kepada semua
stakholder yang terkait sebagai informasi bahwa Nagari Guguk Malalo salah satu
dari tiga belas nagari yang berada di selingkar danau singkarak mempunyai
inisiatif untuk tetap berusaha menjaga kelestaian endemik ikan bilih.
Inisiatif-inisiatif yang dilakukan oleh pemerintah nagari adalah sebagai
berikut : Pertama, membuka akses mata
pencarian masyarakat tentang perkebunan dengan cara membangun jalan lapis dua.
Selama ini kebun-kebun masyarakat ditinggalkan karena kurangnya akses jalan
yang mengakibatkan pemenuhan ekonomi masyarakat diarahkan ke danau. Dengan
adanya akses jalan ini masyarakat hendaknya bisa mengembangkan kembali potensi
perkebunan, sehingga tidak terpusat kedanau. Kedua, bekerjasama dengan dinas Perternakan dan Perikanan tentang
penggunaan alat tangkap yang di atur oleh perda tanah datar tahun 2005. Ketiga, merencanakan penanaman dalu-dalu
di pinggiran danau singkarak sebagai tempat pemijahan ikan blih. Minimnya
species dalu-dalu di danau singkarak hari ini sangat berpengaruh terhadap
kelangkaan ikan bilih. Keempat, merencanakan
pengelolaan sampah-sampah yang masuk ke danau dengan membentuk badan
pengelolaan sampah (Bank Sampah). Kelima,
merencanakan pembutan peraturan nagari untuk pengetauran pengelolaan Sumber
Daya Alam khusunya soal danau singkarak. Keenam,
menghimpun generasi muda untuk melestarikan lingkungan di tepi danau
Singkarak dengan cara membentuk karang taruna dan mensuport mereka agar
bergerak di bidang lingkungan hidup.
Untuk mewujudkan inisiatif-inisiatif diatas perlu kiranya
dukungan penuh dari pemerintah daerah maupun pihak ke tiga seperti LSM dan
lembaga-lembaga lain. Kita berharap dukungan dari pemerintah kiranya bisa dalam
bentuk sumbangan dana maupun sumbangan pemikiran, tenaga, untuk memfasliltasi
masyarakat sehingga apa yang menjadi tujuan bersama dapat terwujud. Kita
berharap pemerintah juga perlu memberikan pelatihan-pelatihan kepada masyarakat
agar semakin peduli terhadap lingkungan.
Terakhir penulis juga mengharapkan kepada semua nagari
yang ada diselingkar danau singkarak agar mempunyai inisiatif yang sama dalam
upaya untuk melestarikan danau singkarak agar kiranya endemik ikan bilih tidak
punah seiirng berjalannya waktu. Semoga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar