Rabu, 12 November 2014

Endemik Ikan Bilih Danau Singkarak Terancam Punah

OLEH Dahmuri
KAUR Ekonomi Pemerintahan Nagari Guguk Malalo, Singkarak, Tanah Datar

Alat tangkap ikan bilih (Jala Apung) Foto http://www.mongabay.co.id/
Beberapa hari terakhir, Harian Haluan mengangkat keberadaan, potensi ikan bilih Danau Singkarak, dan ancaman masuknya ikan sejenis hasil budi daya nelayan di Danau Toba ke Sumatera Barat. Selain itu, ikan bilih yang dibudidayakan di Danau Toba dan masuk ke Sumatera Barat ditengarai diawetkan dengan zat kimia formalin.

Endemik ikan bilih sudah dikenal masyarakat baik nasional maupun dunia yang konon kabarnya species tersebut hanya ada di dua tempat yaitu Berazil dan Danau Singkarak. Buat warga Sumatera Barat, khusunya, tentu ini menjadi sebuah kebanggaan, bahwa jenis fauna langka tersebut terdapat di salah satu di Sumatera Barat.
Namun kebanggaan yang kita rasakan itu, justru hari ini menjadi sebuah kekhawatiran. Mengapa demikian? Karena kondisi hari ini dari pengamatan penulis di lapangan, memperlihatkan sebuah fakta kepada kita bahwa endemik ikan bilih sudah berada diambang kepunahan. Sungguh ini harus menjadi perhatian buat kita bersama, terutama masyarakat sekitar Danau Singkarak. Begitu juga halnya dengan pemerintah daerah.
Tidak bisa dipungkiri, endemik ikan bilih yang hidup selama ini di Danau Singkarak yang sangat kita banggakan tersebut, hanya akan tinggal kenangan manis buat cucu-cucu kita di masa-masa yang akan datang. Mereka hanya akan mendapatkan cerita-cerita saja nantinya.
Kerusakan karena PLTA
Indikasi mulai punahnya endemik ikan bilih di Danau Singkarak, berawal dari kerusakan ekosistem Danau Singkarak itu sendiri. Fakta di lapangan sejak masuknya PLTA Singkarak sekitar tahun 1990 membawa banyak perubahan terhadap ekosistem danau tersebut.
Pembangunan terowongan yang menembus perut bukit kira-kira sepanjang 18 km menyebabkan dalam kurun waktu pembangunan proyek tersebut segala limbah masuk ke dalam danau (baik tumpahan solar, air semen untuk pengecoran, dan lain-lain) sehingga mengakibatkan danau singkarak mulai tercemar oleh limbah proyek tersbut.
Tidak hanya sampai di situ bahkan setelah pembangunan proyek terowongan dan Inteck PLTA selesai, maka terjadilah perubahan siklus perputaran air Danau Singkarak, yaitu perubahan arus bawah yang sangat deras di karenakan penyedotan air dengan kekuatan yang besar dan ditambah pula dengan seringnya penutupan pintu air yang terletak di daerah ombilin sehingga membuat sampah yang masuk ke danau hanya berputar-putar di dasar danau Singkarak. Akibatnya ikan-ikan yang akan bertelur ke tepi danau sudah jauh berkurang di karenakan sampah yang mengendap telah mencemari air danau.
Ditambah lagi dengan prilaku masyarakat sekitar danau singkarak yang tidak bersahabat. Dalam melakukan penangkapan ikan bilih masyarakat sering menggunakan bom ikan, sentrum maupun jaring yang ukurannya rapat sekali. Alat-alat tersebut sangat mudah mendapatkan ikan sebanyak mungkin, tapi masyarakat lupa dengan prilaku mereka tersebut populasi ikan bilih akan bisa menjadi punah. Ini semua tak lain dan tak bukan adalah karena persoalan ekonomi, masyarakat ingin mendapatkan uang yang sebanyak-banyaknya tanpa mau peduli dengan keseimbangan lingkungan.
Kabar yang kita dengar akhir-akhir ini betapa ikan bilih danau toba menguasai pasar saat sekarang ini. Faktanya banyak masyarakat di pinggiran danau singkarak yang mengolah ikan bilih dari toba untuk dijual kepasaran. Lalu bagaimana  dengan ikan bilih danau singkarak? Kemana perginya? Tentu ini menjadi sebuah pertanyaan lagi buat kita bersama.
Karena itu menurut penulis tak bisa dipungkiri kondisi danau singkarak pada saat ini sudah sangat memprihatinkan sekali serta di perkirakan 50 tahun yang akan datang danau Singkarak hanya akan tinggal legenda dan menjadi rawa-rawa yang penuh dengan sampah, untuk itu mari kita fikirkan bersama karena sumber daya alam yang ada adalah titipan dari anak cucu kita, bukan warisan buat mereka.
Perlu Perhatian Bersama 
Untuk menyikapi persoalan danau singkarak yang sangat memprihatinkan hari ini dengan mulai langkanya endemik ikan bilih, maka perlu rasanya perhatian dari kita bersama, baik masyarakat sekitar maupun pemerintah daerah sebagai pengambil kebijakan. Penulis ingin rasanya menyampaikan kepada semua stakholder yang terkait sebagai informasi bahwa Nagari Guguk Malalo salah satu dari tiga belas nagari yang berada di selingkar danau singkarak mempunyai inisiatif untuk tetap berusaha menjaga kelestaian endemik ikan bilih. Inisiatif-inisiatif yang dilakukan oleh pemerintah nagari adalah sebagai berikut : Pertama, membuka akses mata pencarian masyarakat tentang perkebunan dengan cara membangun jalan lapis dua. Selama ini kebun-kebun masyarakat ditinggalkan karena kurangnya akses jalan yang mengakibatkan pemenuhan ekonomi masyarakat diarahkan ke danau. Dengan adanya akses jalan ini masyarakat hendaknya bisa mengembangkan kembali potensi perkebunan, sehingga tidak terpusat kedanau. Kedua, bekerjasama dengan dinas Perternakan dan Perikanan tentang penggunaan alat tangkap yang di atur oleh perda tanah datar tahun 2005. Ketiga, merencanakan penanaman dalu-dalu di pinggiran danau singkarak sebagai tempat pemijahan ikan blih. Minimnya species dalu-dalu di danau singkarak hari ini sangat berpengaruh terhadap kelangkaan ikan bilih. Keempat, merencanakan pengelolaan sampah-sampah yang masuk ke danau dengan membentuk badan pengelolaan sampah (Bank Sampah). Kelima, merencanakan pembutan peraturan nagari untuk pengetauran pengelolaan Sumber Daya Alam khusunya soal danau singkarak. Keenam, menghimpun generasi muda untuk melestarikan lingkungan di tepi danau Singkarak dengan cara membentuk karang taruna dan mensuport mereka agar bergerak di bidang lingkungan hidup.
Untuk mewujudkan inisiatif-inisiatif diatas perlu kiranya dukungan penuh dari pemerintah daerah maupun pihak ke tiga seperti LSM dan lembaga-lembaga lain. Kita berharap dukungan dari pemerintah kiranya bisa dalam bentuk sumbangan dana maupun sumbangan pemikiran, tenaga, untuk memfasliltasi masyarakat sehingga apa yang menjadi tujuan bersama dapat terwujud. Kita berharap pemerintah juga perlu memberikan pelatihan-pelatihan kepada masyarakat agar semakin peduli terhadap lingkungan.
Terakhir penulis juga mengharapkan kepada semua nagari yang ada diselingkar danau singkarak agar mempunyai inisiatif yang sama dalam upaya untuk melestarikan danau singkarak agar kiranya endemik ikan bilih tidak punah seiirng berjalannya waktu. Semoga!  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...