Selasa, 28 Oktober 2014

Under The Volcano Tampil di Olimpiade Teater Beijing

Yusril Katil, sutradara teater Indonesia asal Sumatera Barat akan “meledakkan” Gedung Dayin Teater Beijing, Tiongkok dengan karyanya berjudul Under The Volcano pada 7-8 November 2014. “Ledakan” estetik dan artistik itu digelar dalam iven seni pertunjukan yang prestisius kelas dunia di Olimpiade Teater ke-6 Beijing, Republik Rakyat Tiongkok.
Pementasan teater Under the Volcano di Olimpiade Teater Beijing kerja sama antara komunitas seni HITAM-PUTIH dengan Bumi Purnati Indonesia.   
komunitas seni HITAM-PUTIH merupakan kelompok teater pertama dari Indonesia (Sumatera Barat) untuk ikut ambil bagian dalam Olimpiade Teater ke-6 di Beijing ini. Olimpiade Teater ini merupakan iven prestisius yang di dunia,” kata Yusril Katil, Senin (27/10/2014).
Under the Volcano diproduksi Bumi Purnati Indonesia dengan Direktur Artistik Restu Imansari Kusumaningrum.  

“Bumi Purnati sudah berpengalaman memproduksi pameran seni visual dan pertunjukan di Indonesia maupun internasional. Teater Under the Volcano salah satu produksi Bumi Purnati,” kata Restu Imansari Kusumaningrum.
Menurutnya, di bawah arahan Yusril Katil, komunitas seni HITAM-PUITH mampu menampilkan karya-karya teater kontemporernya di panggung teater Sumatra dan nasional.
Setelah pementasan di Beijing nanti, Bumi Purnati Indonesia tetap berkomitmen untuk membawa produksi Under The Volcano berkeliling ke beberapa negara dalam rangka memberikan ‘ledakan’ estetik dan artistik kepada masyarakat penonton dunia,” kata Restu Imansari Kusumaningrum.
Dijelaskannya, selain Under the Volcano Bumi Purnati sukses mementaskan I La Galigo di belasan negara dari 2004-2011, pementasan SAKTI dengan penampil Rahayu Supanggah Gamelan Orchestra, dan Musi Banyuasin Dancer di Spoleto Festival Dei Due Mondi Italia pada 2013.
Pada Agustus 2014, tambahnya, hadir di Pesta Raya at Esplanade Concert Hall Singapura, dan Paviliun Nasional Indonesia pada Pameran Seni Rupa La Biennale in Venezia ke-55 pada 2013. Bumi Purnati saat ini tengah menyiapkan Paviliun Indonesia untuk La Biennale in Venezia tahun depan.
“Pementasan Under the Volcano saya pikir bisa meledakkan Gedung Dayin Teater Beijing,” jelasnya bangga.
Untuk dramaturgi teater Under the Volcano disusun Rhoda Grauer, yang sudah berpengalaman 30 tahun lebih memproduksi, menyutradarai, dan menulis lakon untuk televisi, radio, dan pementasan.
Grauer pernah memenangkan beberapa penghargaan penting, antara lain Emmy, Bessie Award for Outstanding Contribution to Dance dan The National Endowment for the Arts Chairman's Award for Superior Performance. Selama 18 tahun tinggal di Indonesia, ia juga ikut mendirikan Yayasan Kelola for Arts and Culture di Jakarta dan menulis naskah untuk I La Galigo yang bersumber dari naskah kepahlawanan Bugis yang disutradarai Robert Wilson.
Terinspirasi Syair Lampung Karam
Under the Volcano  menceritakan bagaimana kehidupan masyarakat yang berada di bawah Gunung Marapi. Lebih jauh Yusril mengatakan, teater Under the Volcano terinspirasi dari Syair Lampung Karam yang ditulis penyair Sumatra bernama Muhammad Saleh pada tahun 1883. Karya ini termasuk naskah awal yang menceritakan ledakan dahsyat Gunung Krakatau pada abad akhir ke-19 itu.
Bagi penduduk Sumatra, Syair Lampung Karam begitu meninggalkan kesan yang mendalam sampai sekarang terutama bagi masyarakat Lampung sendiri.
“Saya bersama tim komunitas seni HITAM-PUTIH mencoba memberi tafsir baru terhadap fenomena bencana alam yang terjadi di Sumatra Barat, khususnya Padang Panjang. Aktivitas kehidupan di bawah Gunung Marapi yang masih aktif sampai sekarang menjadi modal utama bagi saya sebagai sutradara dalam mengeksplorasi karya Under The Volcano ini,” kata Yusril Katil.
Selain terinspirasi Syair Lampung Karam dan bencana gempa yang sering terjadi di Sumatera Barat, Under the Volcano yang berdurasi 60 menit, juga mengambil sumber penciptaannya dari budaya Minangkabau yang kaya: mulai gerakan silat, tarian, dan musiknya.
“Itu bahan “baku” diolah menjadi distorsi terhadap ruang, gerak, dan bunyi. Spektakel panggung karya ini memperlihatkan pergerakan aktor dan ornamen artistik terlihat secara vertikal dan horizontal untuk memberikan efek teror imajinasi terhadap bencana yang dirasakan warga yang tinggal di kaki gunung ketika letusan terjadi. Damai yang dialami sebelum letusan lenyap ketika bencana terjadi. Namun, seiring waktu, warga bisa menata ulang kehidupannya, kerukunan, kebersamaan dan saling tolong adalah kunci keberlangsungan hidup,” terang Yusril Katil terkait cerita Under the Volcano.
Yusril Katil memasukkan unsur musik dan tari kontemporer dalam karya teater Under the Volcano ini. Namun, yang kental terasa dalam karya ini adalah budaya Minangkabau. Hal ini tak mengherankan mengingat Yusril memang dibesarkan dalam tradisi budaya ini.
Lahir pada 5 September 1967 di Payakumbuh, masa kecilnya sebagai anak kolong membuatnya hidup berpindah-pindah dari satu tangsi tentara ke tangsi lainnya di Sumatra Barat. Yusril banyak belajar tentang falsafah, budaya dan nilai-nilai adat Minangkabau ketika menjadi anggota Bumi Teater, pimpinan Wisran Hadi (sutradara dan sastrawan Indonesia). Saat ini, Yusril bekerja sebagai dosen di ISI (Institut Seni Indonesia) Padang Panjang dan sekarang  sedang merampungkan studi doktoralnya di ISI Surakarta.
Olimpiade Teater yang Prestisius
Olimpiade Teater ke-6 yang digelar di Kota Beijing, Tiongkok adalah satu perhelatan teater terbesar berskala internasional. Kegiatan ini dikukuhkan pertama kali di Athena-Yunani oleh beberapa sutradara dan dramawan internasional pada tahun 1995.  
Saat itu Theodoros Terzopoulos dipercaya sebagai ketua Komite Internasionalnya. Kegiatan ini bertujuan untuk mempromosikan perkembangan teater di seluruh dunia. Setelah di Yunani, Olimpiade Teater secara reguler dilaksanakan di Shizuoka Jepang, Moskow Rusia, Istanbul Turki, dan Seoul Korea Selatan.
Perhelatan teater di Beijing pada 2014 ini digelar sejaj tanggal 1 November sampai dengan 25 Desember 2014. Olimpiade Teater telah memasuki tahun ke-6 dan negara yang dipercaya sebagai penyelenggara adalah Beijing-Cina.
Ada 45 karya yang ditampilkan dalam iven ini meliputi drama, opera, tarian, opera tradisional Cina dan sebagainya. Tema kegiatan dalam Olimpiade Teater ke-6 di Beijing ini adalah “Dream”. Tema ini dibagi dalam tiga kategori, yaitu "In Memory of the Classics", "Vitality & Creativity" dan "Audio-visual Feast".
Berkaitan dengan tema kegiatan, Chen Dong, kepala Biro Kebudayaan Beijing menyatakan bahwa teater adalah cara bagi orang untuk mengekspresikan impian mereka. Melalui drama, orang dapat mengungkapkan perasaan mereka, membayangkan masa depan dan mencerahkan harapan batin. 
Yusril Katil, sutradara teater Indonesia asal Sumatera Barat yang diundang dalam Olimpeide Teater ke-6  ini mementaskan karyanya berjudul Under The Volcano. Pementasan dilakukan di Gedung Dayin Teater Beijing, Tiongkok pada 7-8 November 2014.
Pementasan teater Under the Volcano di Olimpiade Teater Beijing kerja sama antara komunitas seni HITAM-PUTIH dengan Bumi Purnati Indonesia dengan Direktur Artistik Restu Imansari Kusumaningrum.  
“Bumi Purnati sudah berpengalaman memproduksi pameran seni visual dan pertunjukan di Indonesia maupun internasional. Teater Under the Volcano salah satu produksi Bumi Purnati,” kata Restu Imansari Kusumaningrum, Senin (27/10/2014).
Restu Kusumaningrum sendiri mempunyai latar belakang pendidikan tari, teater, arsitektur, dan seni visual baik dari dalam dan luar negeri. Ia sudah terlibat dalam banyak pementasan berskala besar di berbagai negara yang antara lain diarahkan oleh  Robert Wilson, I Gusti Kompyang Raka, Chen Shi-Zheng, dan Guruh Soekarno Putra. Pada 1999, ia ikut mendirikan Yayasan Bali Purnati yang dalam perkembangannya melahirkan Bumi Purnati. 
Sementara itu, komunitas ini lahir di Institut Nasional Syafe’i (INS) di Kayutanam pada 1993 dengan nama Teater Plus INS Kayutanam. Tahun 1997 berubah nama menjadi komunitas seni HITAM-PUTIH.

Reportase Nasrul Azwar


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...