Yusril Katil, sutradara teater Indonesia asal Sumatera Barat akan “meledakkan”
Gedung Dayin Teater Beijing, Tiongkok dengan karyanya berjudul Under The Volcano pada 7-8 November
2014. “Ledakan” estetik dan artistik itu digelar dalam iven seni pertunjukan yang prestisius kelas
dunia di Olimpiade Teater ke-6 Beijing, Republik Rakyat Tiongkok.
Pementasan teater Under the Volcano di Olimpiade Teater
Beijing kerja sama antara komunitas seni HITAM-PUTIH dengan Bumi Purnati
Indonesia.
“komunitas seni HITAM-PUTIH merupakan kelompok teater pertama dari Indonesia
(Sumatera Barat) untuk ikut ambil bagian dalam Olimpiade Teater ke-6 di Beijing
ini. Olimpiade Teater ini merupakan iven prestisius yang di dunia,” kata Yusril
Katil, Senin (27/10/2014).
Under the Volcano diproduksi Bumi Purnati Indonesia
dengan Direktur Artistik Restu Imansari Kusumaningrum.
“Bumi Purnati sudah berpengalaman
memproduksi pameran seni visual dan pertunjukan di Indonesia maupun
internasional. Teater Under the Volcano salah satu produksi Bumi
Purnati,” kata Restu Imansari Kusumaningrum.
Menurutnya, di bawah arahan Yusril Katil, komunitas
seni HITAM-PUITH mampu menampilkan karya-karya teater kontemporernya di
panggung teater Sumatra dan nasional.
“Setelah pementasan di
Beijing nanti, Bumi Purnati Indonesia tetap berkomitmen untuk membawa produksi Under
The Volcano berkeliling ke beberapa negara dalam rangka memberikan
‘ledakan’ estetik dan artistik kepada masyarakat penonton dunia,” kata Restu Imansari Kusumaningrum.
Dijelaskannya, selain Under the
Volcano Bumi Purnati sukses mementaskan I La Galigo di belasan
negara dari 2004-2011, pementasan SAKTI dengan penampil Rahayu Supanggah
Gamelan Orchestra, dan Musi Banyuasin Dancer di Spoleto Festival Dei Due Mondi Italia pada 2013.
Pada Agustus 2014, tambahnya, hadir di Pesta Raya at Esplanade Concert Hall
Singapura, dan Paviliun Nasional Indonesia pada Pameran Seni Rupa La Biennale in Venezia ke-55 pada
2013. Bumi Purnati saat ini tengah menyiapkan Paviliun Indonesia untuk La Biennale
in Venezia tahun depan.
“Pementasan Under the Volcano saya pikir bisa meledakkan Gedung Dayin Teater Beijing,” jelasnya bangga.
Untuk dramaturgi teater Under the Volcano disusun
Rhoda Grauer, yang sudah berpengalaman 30 tahun lebih memproduksi, menyutradarai,
dan menulis lakon untuk televisi, radio, dan pementasan.
Grauer pernah memenangkan beberapa penghargaan penting, antara
lain Emmy, Bessie
Award for Outstanding Contribution to Dance dan The
National Endowment for the Arts Chairman's Award for Superior Performance.
Selama 18 tahun tinggal di Indonesia, ia juga ikut
mendirikan Yayasan
Kelola for Arts and Culture di Jakarta dan menulis naskah untuk I La
Galigo yang bersumber dari
naskah kepahlawanan Bugis yang disutradarai
Robert Wilson.
Terinspirasi Syair Lampung Karam
Under the Volcano menceritakan
bagaimana kehidupan masyarakat yang berada di bawah Gunung Marapi. Lebih jauh
Yusril mengatakan, teater Under the Volcano terinspirasi
dari Syair Lampung Karam yang ditulis penyair Sumatra bernama
Muhammad Saleh pada tahun 1883. Karya ini termasuk naskah awal yang
menceritakan ledakan dahsyat Gunung Krakatau pada abad akhir ke-19 itu.
Bagi penduduk Sumatra, Syair Lampung Karam begitu
meninggalkan kesan yang mendalam sampai sekarang terutama bagi masyarakat
Lampung sendiri.
“Saya bersama tim komunitas seni HITAM-PUTIH mencoba memberi
tafsir baru terhadap fenomena bencana alam yang terjadi di Sumatra Barat,
khususnya Padang Panjang. Aktivitas kehidupan di bawah Gunung Marapi yang masih
aktif sampai sekarang menjadi modal utama bagi saya sebagai sutradara dalam
mengeksplorasi karya Under The Volcano ini,” kata Yusril Katil.
Selain terinspirasi Syair Lampung Karam dan bencana gempa yang sering terjadi di
Sumatera Barat, Under the Volcano yang berdurasi 60 menit, juga mengambil
sumber penciptaannya dari budaya Minangkabau yang kaya: mulai gerakan silat,
tarian, dan musiknya.
“Itu bahan “baku” diolah menjadi distorsi terhadap
ruang, gerak, dan bunyi. Spektakel panggung karya ini memperlihatkan pergerakan
aktor dan ornamen artistik terlihat secara vertikal dan horizontal untuk
memberikan efek teror imajinasi terhadap bencana yang dirasakan warga yang
tinggal di kaki gunung ketika letusan terjadi. Damai yang dialami sebelum
letusan lenyap ketika bencana terjadi. Namun, seiring waktu, warga bisa menata
ulang kehidupannya, kerukunan, kebersamaan dan saling tolong adalah kunci
keberlangsungan hidup,” terang Yusril Katil terkait cerita Under the Volcano.
Yusril Katil memasukkan unsur musik dan tari kontemporer
dalam karya teater Under the Volcano ini. Namun, yang kental
terasa dalam karya ini adalah budaya Minangkabau. Hal ini tak mengherankan
mengingat Yusril memang dibesarkan dalam tradisi budaya ini.
Lahir pada 5 September 1967 di Payakumbuh,
masa kecilnya sebagai anak kolong membuatnya hidup berpindah-pindah dari
satu tangsi tentara ke tangsi lainnya di Sumatra Barat. Yusril banyak belajar
tentang falsafah, budaya dan nilai-nilai adat Minangkabau ketika menjadi
anggota Bumi Teater, pimpinan Wisran Hadi (sutradara dan sastrawan Indonesia). Saat
ini, Yusril bekerja sebagai dosen di ISI (Institut Seni Indonesia) Padang
Panjang dan sekarang sedang merampungkan
studi doktoralnya di ISI Surakarta.
Olimpiade
Teater yang Prestisius
Olimpiade Teater ke-6 yang digelar di Kota Beijing, Tiongkok
adalah satu perhelatan teater terbesar berskala internasional. Kegiatan ini
dikukuhkan pertama kali di Athena-Yunani oleh beberapa sutradara dan dramawan
internasional pada tahun 1995.
Saat itu Theodoros Terzopoulos dipercaya sebagai ketua Komite
Internasionalnya. Kegiatan ini bertujuan untuk mempromosikan perkembangan
teater di seluruh dunia. Setelah di Yunani, Olimpiade Teater secara reguler
dilaksanakan di Shizuoka Jepang, Moskow Rusia, Istanbul Turki, dan Seoul Korea
Selatan.
Perhelatan teater di Beijing pada 2014 ini digelar sejaj tanggal 1
November sampai dengan 25 Desember 2014. Olimpiade Teater telah memasuki tahun
ke-6 dan negara yang dipercaya sebagai penyelenggara adalah Beijing-Cina.
Ada 45 karya yang ditampilkan dalam iven ini meliputi drama,
opera, tarian, opera tradisional Cina dan sebagainya. Tema kegiatan dalam
Olimpiade Teater ke-6 di Beijing ini adalah “Dream”. Tema ini dibagi dalam tiga kategori, yaitu "In Memory of the Classics",
"Vitality & Creativity"
dan "Audio-visual Feast".
Berkaitan dengan tema kegiatan, Chen Dong, kepala Biro Kebudayaan
Beijing menyatakan bahwa teater adalah cara bagi orang untuk mengekspresikan
impian mereka. Melalui drama, orang dapat mengungkapkan perasaan mereka,
membayangkan masa depan dan mencerahkan harapan batin.
Yusril Katil, sutradara teater Indonesia asal Sumatera Barat yang
diundang dalam Olimpeide Teater ke-6 ini
mementaskan karyanya berjudul Under
The Volcano. Pementasan dilakukan di Gedung Dayin Teater Beijing,
Tiongkok pada
7-8 November 2014.
Pementasan teater Under the Volcano di Olimpiade Teater
Beijing kerja sama antara komunitas seni HITAM-PUTIH dengan Bumi Purnati
Indonesia dengan Direktur Artistik Restu
Imansari Kusumaningrum.
“Bumi Purnati sudah berpengalaman
memproduksi pameran seni visual dan pertunjukan di Indonesia maupun
internasional. Teater Under the Volcano salah satu produksi Bumi
Purnati,” kata Restu Imansari Kusumaningrum, Senin
(27/10/2014).
Restu Kusumaningrum sendiri mempunyai latar
belakang pendidikan tari, teater, arsitektur, dan seni visual baik dari dalam
dan luar negeri. Ia sudah terlibat dalam banyak pementasan berskala besar di
berbagai negara yang antara lain diarahkan oleh Robert Wilson, I
Gusti Kompyang Raka, Chen Shi-Zheng, dan Guruh Soekarno Putra. Pada 1999, ia
ikut mendirikan Yayasan Bali Purnati yang dalam perkembangannya melahirkan Bumi
Purnati.
Sementara itu, komunitas ini lahir di Institut Nasional Syafe’i (INS) di Kayutanam pada 1993 dengan nama
Teater Plus INS Kayutanam. Tahun 1997 berubah nama menjadi komunitas seni
HITAM-PUTIH.
Reportase Nasrul Azwar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar