Bottom Crispy Rinse: M S 501 Bottom Crispy Rinse Premium Indigo by LEVI'S. A fit that's straight through the hip. With indogo color, belt loops, with stitching accent, front pockets, belt loops and patch logo. Regular fit.
Find this cool stuff here: http://zocko.it/LDAdy
Silakan beri komentar
Selasa, 26 Agustus 2014
I Love Indonesia Case
I Love Indonesia Case: I Love Indonesia Case by Kurniawan's Art. This black with black color case, with cute illustration and font, this case sure is cute. Also available for samsung galaxy note 2 and 3, samsung galaxy 3 and 4.
Find this cool stuff here: http://zocko.it/LDQv9
Silakan beri komentar
Find this cool stuff here: http://zocko.it/LDQv9
Silakan beri komentar
Senin, 25 Agustus 2014
Tuanku di Ulakan Syekh Burhanuddin
OLEH Anas Nafis
Masuknya Agama Islam ke suatu daerah yang tidak didukung bukti-bukti
yang baik, mustahil dapat dijadikan catatan sejarah secara meyakinkan.
Di jaman dahulu bila seorang ulama berhasil atau jauh lebih baik dalam
mengajar dan mendidik ummat dari para pendahulunya, baik yang sudah meninggal
ataupun semasa hidupnya, tidak saja dianggap ulama besar, makamnya pun ramai
dikunjungi orang, bahkan dikeramatkan.
Demikian pula anggapan masyarakat terhadap Syekh Abdurrauf Singkel Aceh
dan Syekh Burhanuddin yang disebut pula "Tuanku Di Ulakan Pariaman".
Minggu, 24 Agustus 2014
M. Yamin dan Fakultas Pertanian
OLEH Kamardi Rais Datuak Panjang Simulie
Tepat pada tanggal 30 November 1994 kita memperingati Dies Natalis Fakultas Pertanian Unand ke-40 di mana Mahaputra Prof. Mr. Muhammad Yamin sangat berjasa.
Salah satu jasa Yamin adalah
menyebarkan Perguruan Tinggi Negeri ke luar Jawa seperti ke Sumatera dan
Sulawesi. Sebelumnya, sejak zaman kolonial Belanda sekolah tinggi hanya ada di
Pulau Jawa. Itulah sebabnya para pemuda pelajar banyak yang meninggalkan daerah
masing-masing, menyeberang ke pulau Jawa untuk melanjutkan pendidikan pada
perguruan tinggi.
Wartawan Sjahruddin Selundupkan Teks Proklamasi ke Gedung Hiosokyoku
OLEH Kamardi Rais Datuak Panjang Simulie
Ia melompat pagar Gedung
Radio Hosokyoku membawa berita Proklamasi RI agar cepat tersiar. Ia tewas di Singapura sebagai pejuang kemerdekaan. Pantas kepadanya diberikan penghargaan oleh pemerintah dan
RRI dan sebagai pejuang kemerdekaan.
Sudah banyak dipaparkan orang tentang riwayat Proklamsi RI,
tentang hari-hari bersejarah di awal kemerdekaan, tentang peranan tokoh-tokoh
besar seperti Bung Karno, Bung Hatta, Bung Sjahrir, H. Agus Salim, Mr. Achmad
Soebardjo, Moh. Yamin, Mononutu, Maramis, dan lain-lain.
Nama yang Tidak Layak bagi Bangsa Indonesia
OLEH Anas Nafis
Sungguhpun nama
Indonesia “orang bule” yang menemukan, namun di jaman penjajahan dulu
Pemerintah Belanda yang juga “bule-bule” enggan mendengar apalagi memakainya.
Mereka lebih suka memakai kata Inlanders, Inheemse (Bumi Putera) atau Bevolking
van Nederlandsch Indie (penduduk Hindia Belanda).
Tuan
Kreemer dalam “Het Koloniaal Weekblad” tahun 1927, mengatakan nama
Indonesia itu dianjurkan atau didorong pemakaiannya oleh orang-orang pergerakan
komunis dan ulah orang-orang pers.
Kamis, 21 Agustus 2014
Rumah Oposisi: Saran Kecil untuk Pak Prabowo
OLEH
Puthut EA
Penulis
Sidang gugatan Pilpres 2014 di Mahkamah Konstitusi |
Pak Prab, jika tidak ada aral,
siang nanti MK akan memutuskan gugatan kubu Anda. Dan jika sesuai dengan
pengalaman yang pernah terjadi, MK tidak akan mengabulkan gugatan tersebut.
Situasi mungkin membingungkan bagi Anda. Sebab
sebagian besar kenyataan politik parlementarian itu mirip ilusi. Ada sekian
puluh juta orang yang berada di belakang Anda namun ketika terjadi aksi-aksi
langsung: kosong melompong. Dukungan menjadi kompong. Dan singa asia yang
elegan seperti ompong. Soal seperti itu nanti lain waktu saya jelaskan karena
kelas Fadli Zon tidak akan sanggup menjelaskan yang agak pelik seperti ini.
Tugu Jong Sumatranen Bond
OLEH Anas Nafis
Di jaman penjajahan Belanda dulu, ada tiga tugu yang
menarik perhatian masyarakat kota Padang. Ketiga tugu tersebut ialah:
1.
Tugu peringatan mengenang Luitenant Kolonel A.T. Raaff,
2.
Tugu peringatan mengenang
Generaal Majoor A.F. Miechiels,
3.
Tugu peringatan berdirinya
Jong Sumatranen Bond.
Peresmian Tugu Jong Sumatranen Bond di Padang pada 6 Juli 1917 |
Dikatakan menarik perhatian oleh karena buatan dan
pemeliharaannya yang baik, lagi pula letak ketiga tugu itu di kawasan elite
pula.
Tugu pertama tempatnya di Plein
van Rome di lapangan depan Balaikota sekarang dan yang kedua di Taman
Melati sekarang. Sedangkan yang ketiga yaitu tugu Jong Sumatranen Bond
(Persatuan Pemuda Sumatera) yang sampai sekarang masih ada, yaitu di segi tiga
jalan di ujung kiri Taman Melati didekat gedung sekolah Roomsche Katholiek
di sebelah selatan Oranje Hotel (Hotel Muara sekarang). Masa ini dua tugu yang
disebutkan terdahulu sudah tidak ada lagi, karena dirobohkan oleh Pemerintah
Militer Jepang.
Perbedaan Kelarasan Koto Piliang dan Bodi Caniago
OLEH Puti Reno Raudha Thaib
Ketua Umum Bundo Kanduang Sumatera Barat
Di dalam tatanan peradatan yang masih tetap diamalkan
masyarakat Minangkabau sampai sekarang, kedua sistem kelarasan Koto Piliang dan
Bodi Caniago berjalan beriringan dan saling melengkapi. Di samping ada
persamaan dalam pelaksanaan peradatan antar kedua kelarasan tersebut, juga
banyak perbedaan satu sama lainnya.
Selasa, 19 Agustus 2014
RUU Kebudayaan Penting untuk Ditolak
OLEH Nasrul Azwar
Tinggal di Padang
Hasil keputusaan Panitia Kerja (Panja) Komisi X DPR RI yang dirilis pada
Januari 2014 terhadap Rancangan Undang-Undang Kebudayaan (RUU Kebudayaan) tak
banyak perubahan substantif.
Pasal-pasal yang dinilai kontroversial, masih bertengger. Seperti Pasal
59 sampai dengan Pasal 62 tentang Pranata Kebudayaan dan SDM Kebudayaan, pasal 74 sampai dengan pasal 82
tentang pengendalian kebudayaan, dan Pasal 91 yang menyinggung soal pembentukan
komisi perlindungan kebudayaan.
Kamis, 14 Agustus 2014
RENUNGAN PROKLAMASI REPUBLIK INDONESIA: Bagaimana Kita Menilai PRRI?
Bagian 5 (Habis)
OLEH H Kamardi Rais Datuak Panjang Simulie
Pemuka adat dan wartawan
Kabinet
Djuanda yang bersidang malam itu dengan KSAD Nasution sebagai bintangnya dalam
statemennya tanggal 11 Februari menolak tuntutan Padang tersebut. KSAD memecat
Ahmad Husein dan Simbolon, Djambek, Sumual serta pimpinan militer lainnya yang
membangkang.
Bebas dari Wajib Taat
Setelah
waktu tenggang 5 x 24 jam habis, maka Ketua Dewan Perjuangan Letkol Ahmad
Husein mengundang lagi para politisi dan tokoh-tokoh militer yang ada di
Padang, seperti Moh. Natsir, Sjafruddin Prawiranegara, Burhanuddin Harahap dan
lain-lain. Kemudian Dahlan Djambek serta para Pamen dan anggota Dewan Banteng
lainnya.
Rabu, 13 Agustus 2014
RENUNGAN PROKLAMASI REPUBLIK INDONESIA: Bagaimana Kita Menilai PRRI?
Bagian 4
OLEH H Kamardi Rais Datuak Panjang Simulie
Pemuka adat dan wartawan
Berselang
waktu satu bulan, 8 Januari-8 Februari 1958 ternyata persoalan tanah air
semakin kusut. Sudah nampak blokade terhadap daerah-daerah bergolak, Sumatera
dan Sulawesi Utara pada umumnya. Hubungan udara Jakarta ke daerah bergolak
ditutup. Begitu juga hubungan laut dihentikan. Satu-dua orang dari Jakarta ke
Padang ada yang jalan darat Jakarta-Lampung-Palembang. Kemudian dengan susah
payah mencapai Padang dan Bukittinggi. Sebagian yang sudah pulang kampung tak
hendak kembali ke Jawa, baik orang-orang sipil dan militer.
Selasa, 12 Agustus 2014
RENUNGAN PROKLAMASI REPUBLIK INDONESIA: Bagaimana Kita Menilai PRRI?
Bagian 3
OLEH H Kamardi Rais Datuak Panjang Simulie
Pemuka adat dan wartawan
Pada penghujung tahun
1957 itu para tokoh politik nasional yang beroposisi dengan Presiden Soekarno
dan Djuanda banyak yang hengkang dari Jakarta.
Natsir, Sjafruddin, Djambek di Padang
Mohammad Natsir yang
Ketua Umum Partai Islam terbesar Masjumi berdua dengan Mr. Moh. Roem berada di
Medan menghadiri Dies Natalis UISU (Universitas Islam Sumatera Utara).
Kebetulan Mr. Moh. Roem adalah Ketua Dewan Kurator Universitas Islam tersebut.
Senin, 11 Agustus 2014
RENUNGAN PROKLAMASI REPUBLIK INDONESIA: Bagaimana Kita Menilai PRRI?
BAGIAN 2
OLEH H Kamardi Rais Datuak Panjang Simulie
Pemuka adat dan wartawan
Kamardi Rais Datuak Panjang Simulie |
Jalan ke luar dari
kemelut Tanah Air pada waktu itu maka oleh Presiden dan PM Djuanda diadakan
Munas (Musyawarah Nasional) di Jakarta. Munas juga dimaksudkan untuk merekat
dan memposisikan kembali Dwi Tunggal Soekarno-Hatta yang sudah menjadi Dwi
Tanggal.
Untuk menghadapi Munas
pada bulan September 1957 itu para Pimpinan Daerah Bergolak seperti Dewan
Banteng (Sumteng), Dewan Gajah (Sumut), Dewan Garuda (Sumsel) dan Permesta
bertemu di Palembang, tanggal 7-8 September 1957 untuk menyatukan sikap.
Musyawarah Nasional
Koran-koran yang jadi
terompet PKI dan pendukung Soekarno melansir berita dengan judul huruf-huruf “banner” bahwa Ahmad Husein takut datang
ke Jakarta menghadiri Munas tanggal 10-14 September 1957.
Apa yang terjadi ?
Minggu, 10 Agustus 2014
RENUNGAN PROKLAMASI REPUBLIK INDONESIA: Bagaimana Kita Menilai PRRI?
Bagian 1
Pengantar Redaksi
69
tahun Proklamasi Kemerdekaan RI (17 Agustus 1945-17 Agustus 2015), banyak
persoalan yang masih mengganjal dan
belum terselesaikan bangsa ini. Persoalan besar yang dialami bangsa Indonesia adalah
kian memudarnya nasionalisme dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Dan masih
simpang siurnya pemahaman terkait dengan peristiwa-peristiwa yang pernah
terjadi di daerah-daerah, seperti meletusnya PRRI. Berikut, tulisan seorang
jurnalis dan pemuka adat Minangkabau H Kamardi Rais Datuan Panjang Simulie,
diturunkan secara bersambung di mantagibaru.blogspot.com. Tulisan ini dibuat
semasa beliau masih hidup.
Pada penghujung tahun
1957 situasi Tanah Air semakin panas. Seakan-akan bara api yang siap nyala
membakar daun-daun kering yang berserakan di persada tanah air. Belum setahun
gerakan-gerakan daerah mengambilalih jabatan Gubernur Sumatera Tengah oleh
Ketua Dewan Banteng A. Husein dari tangan Gubernur sipil Ruslan Muljohardjo,
(20 Desember 1956) Gubernur Sumatera Utara St. Komala Pontas diambilalih oleh
Simbolon (22 Desember 1956). Kolonel
Simbolon kemudian didaulat oleh Letkol Djamin Gintings. Gubernur Sumatera
Selatan Winarno oleh Panglima Barlian (9 Maret 1957).
Selasa, 05 Agustus 2014
Jejak Budha dan Hindu di Minangkabau
OLEH
Yusriwal, peneliti di Fakultas Sastra Unand
Tidak seorang pun dapat mengingkari bahwa
Minangkabau memiliki falsafah adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah.
Tentu saja statement ini lahir
setelah masuknya agama Islam di Minangkabau atau setelah masyarakat Minangkabau
memeluk agama Islam. Banyak ahli adat menafsirkan bahwa Kitabullah tersebut
adalah Alquran. Namun, sebenarnya Kitabullah tersebut dapat saja berarti
Taurat, Zabur, atau Injil. Dalam konteks hari ini, Kitabullah yang dimaksud
tentu saja Alquran karena kehadiran Alquran membatalkan ketiga kitab suci tersebut.
Baliau Batu Ampa, Lupa Jalan ke Batu Ampa
OLEH Yusriwal,
peneliti di Fakultas Sastra Unand
Kompleks Pesantren Batu Ampa |
Ada sebuah pameo,
“Tidak ada tanaman yang dapat tumbuh di Batu Ampa (hamparan batu). Namun,
sebuah nagari yang bernama Batu Ampa, tidak hanya dapat menghidupi tumbuhan
pertanian, tetapi juga menumbuhkan sejarah.
Batu
Ampa dalam bahasa Minangkabau berarti “hamparan batu”. Memang, dulunya daerah
ini adalah daerah bebatuan. Setiap mencangkul tanah ditemukan batu-batu. Oleh
sebab itulah, disebut Batu Ampa. Namun, sekarang nagari ini sudah menjadi
daerah pertanian yang cukup subur.
Langganan:
Postingan (Atom)
Kristenisasi di Ranah Minang
Foto: Kompasiana Pemeluk Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...
-
Saldi isra Saldi Isra, SH, MPA, anak muda yang energik. Dosen pascasarjana program studi hukum Universitas Andalas, Padang, adalah ahli huku...
-
Foto: Kompasiana Pemeluk Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...
-
Ombak memecah kecil-kecil di bibir pantai. Desau angin pagi terasa mencubit kulit, agak dingin. Ketika salat Subuh baru saja selesai ditunai...