OLEH
Edison Munaf
Guru Besar Universitas Andalas
Manusia tidak dirancang untuk gagal
dalam meneliti, tapi manusialah yang sering gagal dalam merancang penelitian. -Edison
Munaf
Tulisan ini
dikompilasi dari beberapa bacaan, pengalaman penulis melakukan penelitian dan
penulisan artikel selama hampir 25 tahun, diskusi dan kunjungan ke lembaga
riset di perguruan tinggi (PT) dan perusahaan di berbagai belahan dunia dan pengalaman
sebagai reviewer artikel yang
dipublikasi di Elsevier dan sebagai Editorial board pada Asian Journal of
Chemistry. Mudah-mudahan ada manfaatnya.
Salah satu tantangan
yang dihadapi dalam membangun jejaring dan sistem penelitian di perguruan
tinggi adalah persepsi dosen terhadap kegiatan riset yang cenderung keliru.
Riset kadang masih dianggap barang mewah, sulit mendapatkan tema yang popular,
tidak bisa mendatangkan income
tambahan langsung dan sebagainya.
Padahal riset
merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari kegiatan keilmuan yang sudah
harus diterima sebagia risiko ketika kita ingin mengabdi sebagai dosen. Karena
itu pandangan tentang riset pertama sekali harus diubah dari pandangan
konvensional yang harus berurutan seperti abjad menjadi kegiatan ilmiah yang
harus menyatu dalam kehidupan sehari-hari.
Lemahnya budaya
meneliti di Indonesia tidak terlepas dari lemahnya budaya membaca dan menulis,
akibatnya mudah ditebak, jarang ada karya ilmiah bergengsi yang menjadi rujukan
banyak saintis dunia dilahirkan dari kegiatan penelitian di Indonesia.
Berbeda dengan
perguruan tinggi di negera-negara maju seperti di Amerika, Eropa, Jepang dan
Australia, para dosen lebih tertarik menjadi akademisi yang sukses secara
intelektual dan menjadi kebahagian tersendiri melebihi kebahagiaan apapun
ketika karya tulis hasil penelitian mereka dimuat di jurnal-jurnal bergengsi di
dunia dan menjadi rujukan para saintis dunia. Jika pun pada akhirnya mereka
menjadi pejabat kampus seperti dekan ataupun rektor lebih dianggap sebagai
pengabdian dan tidak mau berlama-lama.
Lazimnya, di negara-negara
maju tersebut mereka yang menjadi pejabat di kampus (dekan, wakil rektor dan
rektor) adalah mereka yang terlebih dahulu sukses sebagai akademisi dan
peneliti, sehingga ketika mereka memimpin tahu mana yang harus diperbaiki agar
para dosennya bisa menjadi periset-periset andal. Terbalik dengan kondisi di
Indonesia, banyak yang duduk di kursi pejabat di kampusnya sering lupa berdiri
karena keenakan, apalagi kalau merekapun kurang atau tidak bersinar sebagai
periset atau ilmuan.
Kenapa penelitian
menjadi prioritas di dunia perguruan tinggi? Sebagai mana sudah umum diketahui,
setiap perguruan tinggi mempunyai tugas untuk menjalankan Tridharma Perguruan Tinggi.
Sehingga penelitian diperlukan karena ilmu berkembang dengan pesat, sehingga
penelitian menjadi urgen dan harus terus menerus dilakukan. Penelitian juga
menjadi alat untuk memperdalam dan mengembangkan ilmu pengetahuan, selanjutnya
diharapkan bahan ajar yang diberikan oleh para dosen, sebaiknya bersumber dari
hasil peneltian yang dilakukan.
Jejaring Penelitan
Prof Kay-Ming dalam
kesempatan diskusi di Kemdiknas mengatakan, ada 4 hal yang harus ada dalam
setiap perguruan tinggi, yaitu: reputasi internasional, prestasi penelitian,
lulusan yang terkemuka dan partisipasi internasional. Namun jika ditelusuri
data di website, tidak sampai 20
persen dari dosen di Indonesia yang melakukan penelitian secara serius dan
berkesinambungan. Banyak penyebab kenapa tingkat partisipasi para dosen dalam
melakukan penelitian masih rendah. Salah satu kritikal poin yang dapat dilihat
adalah belum terbangunnya budaya akademik yang kuat di perguruan tinggi.
Institusi pendidikan tinggi masih memberikan beban terlalu berat pada proses
pengajaran atau transfer ilmu pengetahuan lebih menonjol daripada riset yang
dilakukan.
Budaya akademik yang
kuat sebagai atmosfir penelitian, dapat dibentuk dengan berbagai tahapan,
antara lain, mengembangkan pertemuan pertemuan ilmiah, sebagai media untuk
mensosialisasikan hasil-hasil penelitian, ataupun mereviu penelitian yang telah
dilakukan, baik yang dirancang oleh program studi atau jurusan, fakultas, universitas
atau organisasi profesi. Dalam pertemuan tersebut tentunya penyelenggara tidak
hanya sekadar menjadi pelaksana saja, tapi harus ikut berpartisipasi dalam
menyampaikan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan, baik oleh mahasiswa,
dosen ataupun kelompoknya.
Selanjutnya perlu
dibangun jejaring penelitan, melalui kemitraan antara perguruan tinggi, dunia
usaha dan pemerintah. Masalah dana merupakan masalah klasik yang sudah ada
sejak dahulu. Hal ini disebabkan sistem kita yang tidak menyediakan anggaran
sampai ke laboratorium atau studio yang memungkinkan para dosen melakukan
penelitian. Dalam hal ini dituntut kejelian peneliti untuk semaksimal mungkin
menggunakan peralatan, atau dana yang disediakan untuk memulai langkah
membangun nuansa akademik perguruan tinggi.
Faktor lain yang
harus dipertimbangkan secara maksimal adalah ketersediaan perpustakaan dan
infrastruktur pendukung penelitian yang memadai, serta didukung oleh manajemen
penelitian yang berkualitas.
Untuk dapat
membangun jejaring kemitraan dengan pemerintah atau institusi lainnya, maka
yang perlu juga diperhatikan adalah jumlah staf akademik yang aktif melakukan penelitian,
terbentuknya tema-tema penelitian yang akan dilakukan secara berkesinambungan.
Dari tema tersebut baru dipecah lagi menjadi judul-judul penelitian yang akan
dikerjakan, sedapat mungkin melibatkan tidak hanya dosen, tetapi juga mahasiswa
S-1, S-2 dan mahasiswa S-3. Mahasiswa yang berkualitas diharapkan menjadi
tenaga riset yang andal dan idealis dan diharapkan suatu masa nanti mereka
punya semangat meneliti yang hebat.
Saat ini banyak
sekali tersedia dana penelitian dari berbagai sumber. Baik dari industri
ataupun stake holder lainnya atas
dasar komitmen bersama dalam memanfaatkan hasil penelitian baik untuk
kepentingan industri maupun untuk kepentingan pendidikan dan penelitian yang
berkesinambungan untuk kepentingan masyarakat luas. Untuk mendapatkan dana
penelitian biasanya penyandang dana akan sangat selektif menyeleksi proposal
penelitian yang masuk. Seringkali peneliti kita cepat frustasi dan merasa gagal
ketika penelitian yang akan mereka tidak disetujui untuk didanai.
Di berbagai
laboratorium penelitian di perguruan tinggi luar negeri, peneliti biasanya
setiap tahun akan mengirimkan sekitar 10 proposal yang berbeda ke lembaga
penyandang dana yang berbeda, dan mereka akan sangat bersyukur jika saja ada
dua proposal penelitian yang diajukan disetujui, karena berarti kebutuhan dana
oleh mahasiswa untuk penelitian akan bisa terkaver oleh dana penelitian yang
didapat.
Sementara
diperguruan tinggi kita, setiap dosen umumnya hanya mengirimkan 1 atau 2
proposal penelitian kelembaga penyandang dana. Jika sang dosen hanya
mengirimkan 1 proposal, lalu gagal dan frustasi tidak akan mengirimkan lagi
proposal penelitian apapun, maka orang tersebut layak belajar ke Abraham
Lincoln (mantan Presiden Amerika terkenal) yang mengatakan, sukses berjalan
dari satu kegagalan ke kegagalan yang lain, tanpa kehilangan semangat.
Melihat kepada
pentingnya penelitian di dunia perguruan tinggi, maka kegiatan penelitian tidak
boleh diposisikan sebagai kegiatan sambilan di luar jam mengajar, tetapi harus
diprioritaskan. Agar konsistensi dalam penelitian dapat berkelanjutan, maka
perlu dilakukan inovasi-inovasi baru dalam merancang penelitian, mengelola dana
penelitian maupun inovasi dalam memanfatkan hasil penelitian.
Hasil penelitian
bagaimanapun caranya harus dimanfaatkan. Pemanfaatan hasil penelitian bisa
dilakukan lewat publikasi pada jurnal, paten ataupun langsung diaplikasikan
untuk kepentingan masyarakat banyak. Tidak ada gunanya jika hasil penelitian
kemudian menumpuk dalam lemari tanpa mendapatkan sentuhan apapun kecuali debu.
Peran Universitas Andalas
Pada saat sekarang
Universitas Andalas sebenarnya mempunyai banyak peneliti-peneliti andal yang
tersebat di berbagai fakultas, dengan jumlah publikasi internasional yang
mumpuni. Namun sayang mereka terbentuk bukan karena sistem yang bagus, tetapi
karena kemampuan individu dan keinginan mereka yang kuat untuk meneruskan
tradisi meneliti yang mereka dapatkan ketika studi lanjut. Jika saja potensi
ini bisa dikelola secara profesional oleh institusi, bukan tidak mungkin mereka
akan menjadi penggerak terciptanya suasana akademik yang bagus di lingkungan
Universitas Andalas.
Jika kondisi ini
sudah terbentuk, maka akan banyak kerja sama penelitian bisa dilakukan tidak
hanya dengan berbagai peneliti Indonesia tetapi juga dengan peneliti negara
lain.n
Tidak ada komentar:
Posting Komentar