Penampilan Komunitas Seni Nan Tumpah (KSNT) di Festival Nasional Teater Tradisional 2014 di Jakarta. |
Komunitas Seni Nan Tumpah (KSNT) yang
mewakili Sumbar pada Festival Nasional Teater Tradisional 2014 di Jakarta,
13-18 Juni lalu, berhasil meraih penghargaan sebagai Grup Penampil Terbaik.
Hanya saja, prestasi itu tak sepenuhnya bisa dinikmati para seniman yang
berkreativitas di grup yang dikelola secara swadaya tersebut.
Pasalnya, biaya produksi sebesar Rp 10
juta (setelah potong pajak jadi Rp 8 juta) yang diberikan panitia penyelenggara
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, red) kepada KSNT, dipotong sebesar Rp3
juta oleh Kepala Seksi Seni dan Film Bidang Seni dan Nilai Budaya Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Sumbar Anita Dikarina. Hal tersebut
diungkapkan pimpinan KSNT Mahatma Muhammad dalam relis yang dikirim ke Padang
Ekspres, Kamis dini hari (26/6).
Dalam relis tersebut dijelaskan bahwa
Anita Dikarina bersama Endri yang merupakan staf Bidang Sejarah dan Purbakala
Disbudpar Sumbar adalah pendamping KSNT ke festival yang diselenggarakan di
Gedung Dewan Kesenian Jakarta itu. Dalam surat tugasnya tertera Anita Dikarina
sebagai offisial dan Endri sebagai tim artistik.
"Setelah bendahara KSNT Riza Jhulia
Santikha menerima biaya produksi dari panitia acara pada 17 Juni lalu, Endri
meminta uang tersebut di depan panitia dan tim dari provinsi lain dengan alasan
untuk laporan kepada Anita Dikarina," kata Mahatma Muhammad.
Biaya produksi yang diambil itu
dijanjikan akan segera diberikan sesampai di Padang oleh Anita Dikarina.
Ketika sudah sampai di Padang, Rabu
(18/6), tim KSNT diminta mengambil dana produksi ke kantor Disbudpar. Namun
ketika dihubungi via ponsel, ungkap Mahatma Muhammad, Anita Dikarina malah
menyuruh untuk mengambil dana tersebut ke kantor Budpar Sumbar, Jumat pagi
(20/6). Namun, ketika hendak ditemui Jumat pagi, Anita Dikarina juga lagi-lagi
beralasan lagi sibuk dengan pembukaan Pekan Budaya Sumbar.
Kemudian pertemuan pun dijanjikan
beberapa kali. Namun, jelas lelaki yang akrab disapa Atma itu, Anita Dikarina
tidak juga dapat ditemui baik di kantor, atau di Taman Budaya Sumbar, sebagai
tempat yang ia janjikan. Pertemuan baru terjadi Rabu (25/6), antara Riza Jhulia
Santikha dan Anita Dikarina.
"Hanya saja, uang produksi yang
seharusnya sebesar Rp 8 juta hanya diberikan Rp 5 juta. Alasannya, Rp 2,5 juta
dipakai untuk pengganti biaya perjalanan Anita Dikarina dan Endri sebagai
pendamping. Sedangkan yang lima ratus ribu lagi guna pengganti airport tax
mereka. Padahal sesuai juknis, baik biaya pesawat dan airport tax, akomodasi
serta produksi ditanggung Kemendikbud," terangnya.
Dalam relis tersebut, juga diungkapkan pula
bahwa Anita Dikarina menganggap pemotongan sesuatu yang wajar. Bahkan, juga
dilakukan terhadap tim musik dari Bukittinggi yang jadi wakil Sumbar pada
Festival Musik Tradisional Anak-anak, serta grup tari Indojati yang mewakili
Sumbar dalam Festival Tari Kreasi Baru tingkat remaja. "Anita beralasan,
festival ini bukan program Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumbar, melainkan
Kemendikbud, jadi wajar jika dua pegawai yang ikut serta mendampingi tim
mendapatkan 'hak'nya," tulisnya.
Dengan hanya diberikan Rp 5 juta, maka
KSNT pun memutuskan tidak menerima seluruh biaya produksi yang seharusnya
menjadi hak KSNT. KSNT lebih memilih 'menyedekahkan' kepada dua oknum pegawai
Disbudpar Sumbar itu (Anita Dikarina dan Endri, red) yang lebih merasa berhak
tersebut.
"Bagi kami, tidak masuk diakal
rasanya, bila uang Rp 5 juta tersebut harus digunakan atau dibagi-bagi KSNT
untuk honorarium 13 orang dari pemusik, pemain, penata cahaya yang terlibat
dalam pementasan tersebut. Sebab, untuk pelunasan utang biaya produksi pementasan
Nilam Binti Malin yang kami tampilkan pada festival tersebut, dananya
kurang," katanya.
Ketika dikonfirmasi Padang Ekspres soal
itu, Anita Dikarina mengatakan, uang yang diambilnya tersebut, sudah sesuai
kesepakatan sejak awal. "Sejak kami menunjuk KNST menjadi wakil Sumbar
pada festival tersebut, saya sudah jelaskan sedetil-detilnya kepada Atma.
Termasuk soal kami tidak ada anggaran untuk ke festival tersebut, dan dua orang
pendamping akan dibiayai dari anggaran biaya produksi tersebut. Dan Atma ketika
itu sepakat. Uang itu bukan sebagai pengganti biaya transportasi. Sebab, biaya
transportasi Padang-Jakarta (PP) dan akomodasi selama di Jakarta sudah dibiayai
panitia. Jadi itu uang saku," ujarnya.
Soal tertundanya janji-janji bertemu
setelah kembali ke Padang, jelas Anita Dikarina, itu terjadi karena kesibukan
dirinya dalam mempersiapkan kegiatan Pekan Budaya dan sejumlah rapat kerja
lainnya. "Saya ingin memberikannya langsung, karena ada beberapa hal yang
saya ingin jelaskan. Sebab itulah terundur-undur seperti itu. Tapi saya
sayangkan juga, yang menemui saya itu, tidak Atma langsung yang telah
bersepakat sejak awal," jelas pejabat eselon IV Disbudpar Sumbar itu.
Saat ditanya, soal pernyataannya tentang
kewajaran mengambil biaya perjalanan tim pendamping tersebut dari biaya
produksi yang diperoleh grup, Anita Dikarina tidak mau menjawabnya.
"Saya akan jawab itu, kalau ada Atma
juga (dua orang ini bertemu langsung)," katanya.
Di sisi lain, Kepala Bidang Seni dan
Nilai Budaya Disbudpar Sumbar Syafri Yusuf ketika dihubungi terpisah, berjanji
akan menelusuri persoalan ini. "Saya akan segera panggil mereka (Anita
Dikarina dan Endri) untuk menanyakan duduk persoalan ini," tuturnya, yang
saat dihubungi via ponsel mengaku sedang berada di Jakarta.
Ditanya tentang ada atau tidaknya
anggaran biaya perjalanan untuk dua anak buahnya itu, Syafri Yusuf mengaku
tidak tahu. "Nanti sesampai saya di Padang akan saya cek," tandasnya.
(Ganda Cipta)
Sumber: Padang Ekspres
Tidak ada komentar:
Posting Komentar