Senin, 09 Juni 2014

Pertanian Organik Ajaran Agama yang Terabaikan


OLEH Moehar Daniel
Peneliti Sosial Ekonomi/Kebijakan Pembanguan Pertanian BPTP Sumatera Barat
Berbicara masalah kehidupan, kita tidak akan pernah lepas dari masalah pertanian. Dan pertanian itu sendiri tidak bisa menghasilkan apa-apa kalau tidak berhubungan dengan tanah. Sekalipun ilmu pengetahuan manusia sudah maju dan mampu menciptakan teknologi yang bisa memelihara tanaman tanpa tanah (hidroponik, masih sangat terbatas), namun ketergantungan manusia akan tanah tetap akan terjadi, sampai hari kiamat sekalipun. Tanah dan lingkungannya adalah anugerah Allah yang tidak terhingga untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, seperti tercantum dalam Alquran Surat Al A’raf ayat 58 yang berarti “Dan tanah yang baik, tanam-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanam-tanamannya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.” Semua itu disediakan Allah untuk manusia.

Tidak hanya itu, Allah juga telah menyediakan berbagai rahmat lainnya untuk manusia, agar manusia bersyukur. Allah berfirman dalam Surat An Nahl (surat 16) ayat 5 “Dan Dia telah menciptakan ternak untuk kamu, padanya ada bulu yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebagiannya kamu makan”, kemudian pada ayat 10 dikatakan bahwa “Dialah yang menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu”.  Bumi beserta isinya, semua disediakan oleh Sang Pencipta untuk kesejahteraan manusia. Dan bagaimana cara memanfaatkannya juga telah diajarkan, agar antara manusia dan bumi itu terjadi hubungan yang saling menguntungkan dan saling menjaga. Dan untuk itu Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih juga memperingatkan manusia agar jangan menjadi perusak di muka bumi. Allah sangat membenci manusia yang suka merusak.
Salah satu peringatan yang disampaikan dalam Alquran adalah “Dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi, sesudah Allah memperbaikinya dan berdoalah kepadaNya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik (Al A’raf ayat 56). Dan banyak lagi ayat-ayat Alquran yang menjelaskan dan menegaskan tentang anugerah alam untuk manusia serta nasehat bagaimana sebaiknya memanfaatkan  alam untuk memenuhi kebutuhan manusia tanpa merusaknya. Karena sekali lagi Sang Pencipta sangat membenci manusia-manusia yang merusak. Sangat jelas bahwa kita manusia harus pandai-pandai atau bijaksana dalam memanfaatkan anugerah alam. Tetapi apa yang telah dilakukan oleh manusia dalam melakukan berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya?
Dalam mengelola usaha pertanian saat ini manusia sudah tidak mempedulikan lagi peringatan yang telah disampaikan Allah dalam Alquran, sehingga cenderung berbuat kesalahan yang bertendensi merusak alam. Artinya manusia telah memperkosa atau telah mengencingi sendiri air yang akan diminumnya dan mengotori lingkungan tempat dia hidup. Sadar atau tidak itulah yang berkembang, dan untuk kembali kejalan yang benar manusia harus berupaya dan harus berkorban. Mampu dan maukah manusia?
Usaha pertanian yang dilakukan manusia selama ini menggunakan berbagai input pertanian yang berasal dari bahan kimia buatan. Bahan-bahan tersebut yang dikemas dalam bentuk pupuk buatan (pupuk an-organik) dan pestisida secara nyata telah memberikan dampak yang tidak baik terhadap lingkungan, terutama tanah dan keseimbangan hayati.
Perkembangan ini semakin mendesak manusia untuk meningkatkan input dalam usaha menggenjot hasil yang akan diperolehnya, sehingga kerusakan alam benar-benar terus berlanjut. Sementara para pemerhati lingkungan dan pencinta kesehatan sudah menawarkan solusi yang sangat murah dan mudah. Yaitu beralih ke usahatani yang selaras dengan alam, atau lebih akrab kita sebut dengan usaha pertanian organik yang menerapkan dan memanfaatkan konsep daur ulang, sehingga manusia tidak akan pernah kekurangan bahan.
Berdasarkan kajian, penelitian dan praktik lapang, usaha pertanian organik sangat sesuai dengan ajaran agama, dimana dengan penerapan yang konsisten secara alami, pertanian organik mampu: Pertama, melindungi dan melestarikan keragaman hayati serta fungsi keragaman di dalam bidang pertanian. Kedua: Mempertahankan kondisi fisik dan kesuburan tanah yang sangat menentukan akan keberhasilan usaha. Ketiga: Mengurangi ketergantungan petani terhadap masukan dari luar yang berharga mahal dan menyebabkan pencemaran lingkungan, dan keempat mengembangkan dan mendorong kembali munculnya teknologi pertanian organik yang telah dimiliki secara turun temurun.
Di samping itu, dengan giat dan konsistennya penerapan usaha pertanian secara organik (selaras alam) maka peluang pasar produk organik, baik domestik maupun global juga akan meningkat. Peluang ekonomi ini semakin besar karena terjadinya efisiensi usaha yang berkelanjutan. Usaha pertanian organik dalam jangka panjang akan membatasi terjadinya pencemaran lingkungan (akibat residu pestisida dan pupuk serta bahan kimia pertanian lainnya yang berharga mahal), serta membantu meningkatkan kesehatan masyarakat (melalui penyediaan produk-produk pertanian bebas pestisida, residu pupuk dan bahan kimia lainnya).
Secara prinsip jelas bahwa penerapan pertanian organik akan mengoptimalkan kesehatan manusia, tumbuhan, hewan dan organisme interdependen dari kehidupan di tanah. Karena penekanannya lebih mengarah pada pengendalian hayati maka secara langsung akan mengurangi resistensi dan persistensi hama penyakit akibat penggunaan pestisida.
Prinsip ini secara nyata tidak akan menimbulkan kerusakan ataupun mempengaruhi keseimbangan alam, sesuai dengan ajaran agama Islam yang dikemukakan dalam Alquran. Dan yang pasti prinsip dan fungsi pertanian organik diatas secara ekonomi sangat membantu petani dalam efisiensi usaha dan mengurangi ketergantungan akan sarana produksi yang berasal dari luar.  Secara perlahan tapi pasti, penerapan pertanian organik secara berkelanjutan akan mewujudkan kedaulatan petani, terutama dalam menentukan rencana-rencana strategi dan pengambilan keputusan sehingga ketimpangan sosial ekonomi dapat teratasi.
Tetapi manusia tidak mau berubah dan tidak mau belajar dengan alam. Ketergantungan akan input dari luar, seolah-olah telah membuat manusia menjadi buta dan tidak mau beralih untuk berbuat benar dan lebih baik. Bila manusia kembali keajaran agama dan memahami isi serta makna dari apa yang disampaikan Allah dalam Alquran,  maka tidak akan banyak masalah yang harus dihadapi.
Mengabaikan Alam
Tidak akan ada kekhawatiran terjadinya kerusakan kelestarian dan keseimbangan alam yang akan diwariskan untuk generasi masa datang. Pesan dan peringatan Allah sangat banyak dan cukup, tetapi manusia nampaknya sudah sangat lengah dengan apa yang ada dan yang sangat mendasar disekitarnya. Alquran telah memberikan pengajaran yang sangat lengkap dan mendetil guna mengarahkan manusia untuk hidup sejahtera di dunia dan bahagia di akhirat. Sifat tamak, serakah dan kurangnya rasa syukur telah membuat manusia menjadi makhluk perusak dimuka bumi.
Semua yang diciptakan Allah adalah untuk manusia, apakah itu hewan, tumbuhan, hujan, angin dan lain sebagainya. Hewan atau ternak sangat banyak manfaatnya, tidak hanya untuk menghangatkan (bulunya) dan untuk dimakan (dagingnya) tetapi Allah menyatakan tersedia “berbagai-bagai” manfaat bagi manusia.
Dalam berbagai-bagai itu kita tahu diantaranya adalah untuk tenaga kerja, alat angkutan, dan juga sebagai sumber bahan organik untuk kesuburan tanah. Bisa dikatakan tidak ada bagian dari ternak yang tidak bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup manusia. Begitu juga dengan tumbuhan, dan untuk itulah dibutuhkan kepandaian (ilmu pengetahuan dan keterampilan) dan atau kebijakan sang pengguna dalam memanfaatkan semua anugerah alam tersebut.
Hujan dan angin adalah peristiwa alam yang tidak pernah terlepas dari kebutuhan dan kehidupan manusia. Hujan menurunkan air untuk menyuburkan tanah, untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan makhluk lainnya. Bisa dibayangkan, bagaimana manusia hidup kalau air tidak ada. Kalau hujan tidak turun apa yang akan terjadi?
Angin bermanfaat dalam menjaga keseimbangan tekanan udara yang terjadi di bumi, angin juga membantu manusia dalam memberikan tanda-tanda alam bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Dan dalam bidang pertanian angin sangat membantu perbanyakan tanaman secara alami. Sebenarnya banyak lagi manfaat alam yang harus kita pelajari supaya pemahaman manusia untuk kembali ke dasar (back to basic) dan berupaya secara berkelanjutan (pertanian berkelanjutan) sehingga konsep dasar “pertanian organik” tidak lagi diragukan.
Dengan demikian manusia akan menyadari sepenuhnya bahwa pertanian organik itu merupakan suatu keharusan atau kewajiban yang harus dijalankan oleh manusia dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Manfaatkanlah anugerah Allah dengan bijak dan janganlah gunakan ilmu pengetahuan untuk menciptakan segala sesuatu yang merusak atau tidak bersahabat dengan alam.
Perkembangan yang sangat menyedihkan saat ini adalah, kecenderungan manusia selalu mengabaikan apa yang terjadi dialam. Dan yang lebih buruk lagi, manusia tidak bijak dalam memanfaatkan serta tidak mensyukuri anugerah alam ciptaan Allah. Mereka seolah tidak peduli dan tidak mampu menjaga dan mempertahankan kelestarian dan keseimbangan alam yang telah diciptakan Allah untuk kepentingan mereka sendiri.

Desakan kehidupan telah menjadikan manusia menjadi makhluk yang sangat rakus, tamak dan lalai dalam mempelajari alam. Sehingga dalam pemanfaatan alam sering atau lebih cenderung merusak karena hanya memikirkan kepentingan sesaat. Kalau alam sudah rusak maka yang akan menerima akibatnya adalah manusia-manusia dan makhluk yang ada didalamnya. Semoga dengan kembali kepada ajaran agama, manusia bisa melakukan perubahan yang mendasar demi keberlanjutan hidup dan kehidupan yang layak dan islami. n 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...