OLEH Moehar Daniel
Peneliti Sosial Ekonomi/Kebijakan Pembanguan Pertanian BPTP Sumatera Barat
Berbicara masalah
kehidupan, kita tidak akan pernah lepas dari masalah pertanian. Dan pertanian
itu sendiri tidak bisa menghasilkan apa-apa kalau tidak berhubungan dengan
tanah. Sekalipun ilmu pengetahuan manusia sudah maju dan mampu menciptakan
teknologi yang bisa memelihara tanaman tanpa tanah (hidroponik, masih sangat
terbatas), namun ketergantungan manusia akan tanah tetap akan terjadi, sampai
hari kiamat sekalipun. Tanah dan lingkungannya adalah anugerah Allah yang tidak
terhingga untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, seperti tercantum dalam
Alquran Surat Al A’raf ayat 58 yang berarti “Dan tanah yang baik, tanam-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah;
dan tanah yang tidak subur, tanam-tanamannya tumbuh merana. Demikianlah kami
mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.”
Semua itu disediakan Allah untuk manusia.
Tidak hanya itu,
Allah juga telah menyediakan berbagai rahmat lainnya untuk manusia, agar
manusia bersyukur. Allah berfirman dalam Surat An Nahl (surat 16) ayat 5 “Dan Dia telah menciptakan ternak untuk
kamu, padanya ada bulu yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan
sebagiannya kamu makan”, kemudian pada ayat 10 dikatakan bahwa “Dialah yang
menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan
sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu
menggembalakan ternakmu”. Bumi
beserta isinya, semua disediakan oleh Sang Pencipta untuk kesejahteraan
manusia. Dan bagaimana cara memanfaatkannya juga telah diajarkan, agar antara
manusia dan bumi itu terjadi hubungan yang saling menguntungkan dan saling
menjaga. Dan untuk itu Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih juga
memperingatkan manusia agar jangan menjadi perusak di muka bumi. Allah sangat
membenci manusia yang suka merusak.
Salah satu
peringatan yang disampaikan dalam Alquran adalah “Dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi, sesudah Allah
memperbaikinya dan berdoalah kepadaNya dengan rasa takut (tidak akan diterima)
dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada
orang-orang yang berbuat baik (Al A’raf ayat 56). Dan banyak lagi ayat-ayat
Alquran yang menjelaskan dan menegaskan tentang anugerah alam untuk manusia serta
nasehat bagaimana sebaiknya memanfaatkan
alam untuk memenuhi kebutuhan manusia tanpa merusaknya. Karena sekali
lagi Sang Pencipta sangat membenci manusia-manusia yang merusak. Sangat jelas
bahwa kita manusia harus pandai-pandai atau bijaksana dalam memanfaatkan
anugerah alam. Tetapi apa yang telah dilakukan oleh manusia dalam melakukan
berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya?
Dalam mengelola
usaha pertanian saat ini manusia sudah tidak mempedulikan lagi peringatan yang
telah disampaikan Allah dalam Alquran, sehingga cenderung berbuat kesalahan
yang bertendensi merusak alam. Artinya manusia telah memperkosa atau telah
mengencingi sendiri air yang akan diminumnya dan mengotori lingkungan tempat
dia hidup. Sadar atau tidak itulah yang berkembang, dan untuk kembali kejalan
yang benar manusia harus berupaya dan harus berkorban. Mampu dan maukah
manusia?
Usaha pertanian yang
dilakukan manusia selama ini menggunakan berbagai input pertanian yang berasal
dari bahan kimia buatan. Bahan-bahan tersebut yang dikemas dalam bentuk pupuk
buatan (pupuk an-organik) dan pestisida secara nyata telah memberikan dampak
yang tidak baik terhadap lingkungan, terutama tanah dan keseimbangan hayati.
Perkembangan ini
semakin mendesak manusia untuk meningkatkan input dalam usaha menggenjot hasil
yang akan diperolehnya, sehingga kerusakan alam benar-benar terus berlanjut.
Sementara para pemerhati lingkungan dan pencinta kesehatan sudah menawarkan
solusi yang sangat murah dan mudah. Yaitu beralih ke usahatani yang selaras
dengan alam, atau lebih akrab kita sebut dengan usaha pertanian organik yang
menerapkan dan memanfaatkan konsep daur ulang, sehingga manusia tidak akan
pernah kekurangan bahan.
Berdasarkan kajian,
penelitian dan praktik lapang, usaha pertanian organik sangat sesuai dengan
ajaran agama, dimana dengan penerapan yang konsisten secara alami, pertanian
organik mampu: Pertama, melindungi
dan melestarikan keragaman hayati serta fungsi keragaman di dalam bidang
pertanian. Kedua: Mempertahankan kondisi
fisik dan kesuburan tanah yang sangat menentukan akan keberhasilan usaha. Ketiga: Mengurangi ketergantungan petani
terhadap masukan dari luar yang berharga mahal dan menyebabkan pencemaran
lingkungan, dan keempat mengembangkan
dan mendorong kembali munculnya teknologi pertanian organik yang telah dimiliki
secara turun temurun.
Di samping itu,
dengan giat dan konsistennya penerapan usaha pertanian secara organik (selaras
alam) maka peluang pasar produk organik, baik domestik maupun global juga akan
meningkat. Peluang ekonomi ini semakin besar karena terjadinya efisiensi usaha
yang berkelanjutan. Usaha pertanian organik dalam jangka panjang akan membatasi
terjadinya pencemaran lingkungan (akibat residu pestisida dan pupuk serta bahan
kimia pertanian lainnya yang berharga mahal), serta membantu meningkatkan
kesehatan masyarakat (melalui penyediaan produk-produk pertanian bebas
pestisida, residu pupuk dan bahan kimia lainnya).
Secara prinsip jelas
bahwa penerapan pertanian organik akan mengoptimalkan kesehatan manusia,
tumbuhan, hewan dan organisme interdependen dari kehidupan di tanah. Karena penekanannya
lebih mengarah pada pengendalian hayati maka secara langsung akan mengurangi
resistensi dan persistensi hama penyakit akibat penggunaan pestisida.
Prinsip ini secara
nyata tidak akan menimbulkan kerusakan ataupun mempengaruhi keseimbangan alam,
sesuai dengan ajaran agama Islam yang dikemukakan dalam Alquran. Dan yang pasti
prinsip dan fungsi pertanian organik diatas secara ekonomi sangat membantu petani
dalam efisiensi usaha dan mengurangi ketergantungan akan sarana produksi yang
berasal dari luar. Secara perlahan tapi
pasti, penerapan pertanian organik secara berkelanjutan akan mewujudkan
kedaulatan petani, terutama dalam menentukan rencana-rencana strategi dan
pengambilan keputusan sehingga ketimpangan sosial ekonomi dapat teratasi.
Tetapi manusia tidak
mau berubah dan tidak mau belajar dengan alam. Ketergantungan akan input dari
luar, seolah-olah telah membuat manusia menjadi buta dan tidak mau beralih
untuk berbuat benar dan lebih baik. Bila manusia kembali keajaran agama dan
memahami isi serta makna dari apa yang disampaikan Allah dalam Alquran, maka tidak akan banyak masalah yang harus
dihadapi.
Mengabaikan Alam
Tidak akan ada
kekhawatiran terjadinya kerusakan kelestarian dan keseimbangan alam yang akan
diwariskan untuk generasi masa datang. Pesan dan peringatan Allah sangat banyak
dan cukup, tetapi manusia nampaknya sudah sangat lengah dengan apa yang ada dan
yang sangat mendasar disekitarnya. Alquran telah memberikan pengajaran yang
sangat lengkap dan mendetil guna mengarahkan manusia untuk hidup sejahtera di
dunia dan bahagia di akhirat. Sifat tamak, serakah dan kurangnya rasa syukur
telah membuat manusia menjadi makhluk perusak dimuka bumi.
Semua yang
diciptakan Allah adalah untuk manusia, apakah itu hewan, tumbuhan, hujan, angin
dan lain sebagainya. Hewan atau ternak sangat banyak manfaatnya, tidak hanya
untuk menghangatkan (bulunya) dan untuk dimakan (dagingnya) tetapi Allah
menyatakan tersedia “berbagai-bagai” manfaat bagi manusia.
Dalam berbagai-bagai
itu kita tahu diantaranya adalah untuk tenaga kerja, alat angkutan, dan juga
sebagai sumber bahan organik untuk kesuburan tanah. Bisa dikatakan tidak ada
bagian dari ternak yang tidak bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup manusia.
Begitu juga dengan tumbuhan, dan untuk itulah dibutuhkan kepandaian (ilmu
pengetahuan dan keterampilan) dan atau kebijakan sang pengguna dalam
memanfaatkan semua anugerah alam tersebut.
Hujan dan angin
adalah peristiwa alam yang tidak pernah terlepas dari kebutuhan dan kehidupan
manusia. Hujan menurunkan air untuk menyuburkan tanah, untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia dan makhluk lainnya. Bisa dibayangkan, bagaimana manusia hidup
kalau air tidak ada. Kalau hujan tidak turun apa yang akan terjadi?
Angin bermanfaat
dalam menjaga keseimbangan tekanan udara yang terjadi di bumi, angin juga
membantu manusia dalam memberikan tanda-tanda alam bagi perkembangan ilmu
pengetahuan. Dan dalam bidang pertanian angin sangat membantu perbanyakan
tanaman secara alami. Sebenarnya banyak lagi manfaat alam yang harus kita
pelajari supaya pemahaman manusia untuk kembali ke dasar (back to basic) dan berupaya secara berkelanjutan (pertanian
berkelanjutan) sehingga konsep dasar “pertanian organik” tidak lagi diragukan.
Dengan demikian
manusia akan menyadari sepenuhnya bahwa pertanian organik itu merupakan suatu keharusan
atau kewajiban yang harus dijalankan oleh manusia dalam upaya memenuhi
kebutuhan hidupnya. Manfaatkanlah anugerah Allah dengan bijak dan janganlah
gunakan ilmu pengetahuan untuk menciptakan segala sesuatu yang merusak atau
tidak bersahabat dengan alam.
Perkembangan yang
sangat menyedihkan saat ini adalah, kecenderungan manusia selalu mengabaikan
apa yang terjadi dialam. Dan yang lebih buruk lagi, manusia tidak bijak dalam
memanfaatkan serta tidak mensyukuri anugerah alam ciptaan Allah. Mereka seolah
tidak peduli dan tidak mampu menjaga dan mempertahankan kelestarian dan
keseimbangan alam yang telah diciptakan Allah untuk kepentingan mereka sendiri.
Desakan kehidupan
telah menjadikan manusia menjadi makhluk yang sangat rakus, tamak dan lalai
dalam mempelajari alam. Sehingga dalam pemanfaatan alam sering atau lebih
cenderung merusak karena hanya memikirkan kepentingan sesaat. Kalau alam sudah
rusak maka yang akan menerima akibatnya adalah manusia-manusia dan makhluk yang
ada didalamnya. Semoga dengan kembali kepada ajaran agama, manusia bisa
melakukan perubahan yang mendasar demi keberlanjutan hidup dan kehidupan yang
layak dan islami. n
Tidak ada komentar:
Posting Komentar