Tulisan ini merupakan kisah yang dikirimkan pengurus Komunitas Seni Nan
Tumpah Padang ke email saya. Dan ini merupakan penjelasan resmi Komunitas Seni
Nan Tumpah terkait kisruh disedekahkannya dana produksi kepada dua pegawai
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumbar. Tulisan diturunkan secara utuh tanpa
penyuntingan. Redaksi
Komunitas Seni Nan
Tumpah (KSNT) ditunjuk oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Barat, mewakili Provinsi Sumatera Barat
untuk mengikuti Festival Nasional Teater Tradisional 2014 yang diadakan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Gedung Dewan Kesenian Jakarta, 13 s/d
18 Juni 2014. Surat penunjukan KSNT oleh Kebudayaan dan Pariwisata Sumbar
tersebut berdasar dari surat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI: Nomor
84/SB/Dit.PKP/II/2014 perihal kegiatan Festival Nasional Teater Tradisional.
KSNT ditunjuk
mewakili Sumatera Barat karena prestasi dan produktivitas beberapa tahun
kebelakang, hal ini disampaikan lansung oleh Kasi Seni dan Film Bidang seni dan
Nilai Budaya, Anita Dikarina, M. Si, melalui surat Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Sumbar, tanggal 10 Maret 2014, yang ditandatangani oleh Drs. Burhasman,
MM, selaku kepala. KSNT tidak ditunjuk
sendiri untuk mengikuti festival, untuk Festival Musik Tradisional anak-anak,
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumbar menunjuk tim dari Bukittinggi, sementara
untuk Festival Tari Kreasi Baru tingkat remaja ditunjuk Sanggar Tari Indojati. Festival
tari dan musik dilaksanakan pada bulan Mei 2014, sementara untuk Festival
Nasional Teater Tradisional yang diikuti
KSNT adalah tingkat umum, diselenggarakan pada bulan Juni 2014.Tanda terima biaya produksi |
KSNT menerima penunjukan
tersebut dengan semangat berproses yang tinggi, terlebih lagi mewakili provinsi
Sumatera Barat adalah kebanggaan tersendiri. Dalam komunikasi awal antara
Mahatma Muhammad (Pimpinan KSNT) dengan Anita Dikarina (Pegawai Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Sumbar) berdasarkan yang tertera di juknis pelaksanaan
kegiatan, disampaikanlah oleh Anita
Dikarina bahwasanya biaya produksi, transportasi serta akomodasi ditanggung
langsung oleh panitia pusat (Kemendikbud, selaku penyelenggara).
Hanya saja biaya
produksi yang menurut Anita Dikarina kemungkinan kecil, yang mana saat itu belum diketahui jumlahnya, akan
diberikan jika sudah sampai di Jakarta ketika pelaksanaan kegiatan. Artinya
KSNT harus membiayai sendiri proses produksi, biaya latihan, pembelian kostum,
dan pembuatan sett properti. Hal
ini sebetulnya agak memberatkan, karena
KSNT adalah komunitas seni independen yang hidup dari iuran swadaya dari
anggotanya. Setelah coba disampaikan kepada Anita Dikarina dan pihak Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata, paling tidak untuk mengusahakan membantu/meminjamkan
biaya produksi yang akan diganti sesampai di Jakarta, pihak Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata tidak dapat memberikan bantuan biaya sedikitpun, dengan alasan
tidak ada anggaran untuk kegiatan tersebut.
KSNT akhirnya
mengusahakan sendiri biaya produksi dengan meminjam dan memperoleh bantuan
produksi dari beberapa donatur.
Proses di mulai, KSNT membentuk
berjumlah 13 orang, yang mana sebetulnya dijatah 15 orang oleh Kemendikbud,
namun pihak Dinas Pariwisata meminta 2 orang pegawai mereka ikut
mendampingi. KSNT berproses selama
kurang lebih 3 Bulan dengan judul pementasan “NILAM BINTI MALIN” naskah Karta
Kusumah, Sutradara Mahatma Muhammad.
Sepanjang proses latihan dan persiapan di Padang, 2 orang dari pihak
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang kelak akan mendampingi tim di Jakarta tersebut sama sekali tidak pernah
melihat proses latihan KSNT. Bahkan informasi yang seharusnya sampai lebih awal
kepada tim KSNT perihal jadwal penampilan di Jakarta malah diperoleh oleh tim
KSNT via internet, padahal panitia pusat sudah mengirimkan data tersebut
jauh-jauh hari. Konon, hal ini tidak menjadi perhatian dari pegawai Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Sumbar yang seharusnya mengurus tim KSNT ikut serta bertugas ke Maroko.
Seminggu jelang
keberangkatan, tim KSNT masih dipersulit dengan birokrasi Dinas Pariwisata
Sumatera Barat yang berbelit-belit memberikan informasi perihal tiket
keberangkatan (yang menurut mereka keterlambatan disebakan oleh informasi tiket
yang tidak jelas dari panitia di Jakarta), pembuatan surat ijin untuk anggota
tim (karena sebagian besar anggota KSNT yang berangkat adalah mahasiswa yang
sedang menempuh ujian akhir semester), serta penyedian fasilitas untuk pentas
ujicoba di Padang. Pihak Dinas
Pariwisata bahkan awalnya tidak mau memberikan bantuan fasilitas gedung untuk
ujicoba, lagi-lagi dengan alasan tak ada anggaran dan kalaupun ada hanya
buang-buang biaya. Alasan tersebut
terdengar menyedihkan bila menyimak
harapan Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata meminta KSNT membawa hasil
terbaik, sebab pada ajang festival musik dan tari sebelumnya, Sumatera Barat
tidak mendapat hasil. Bagaimana hendak maksimal, jika untuk pentas ujicoba,
penyesuai tata cahaya dan sett saja tidak diberikan? Maka itu KSNT ngotot untuk
melakukan pementasan ujicoba di Padang, dan terlaksana di Gedung Teater Utama
Taman Budaya Sumbar tanggal 10 Juni
2014.
Dua hari jelang
keberangkatan (10/06) , tim KSNT menerima surat tugas dan surat ijin kuliah
anggota. Selain nama-nama anggota tim KSNT selaku pemain, sutradara, dan tim
artistik, dalam surat tugas tertera 2 nama
pegawai Dinas Pariwisata Sumbar atas nama Anita Dikarina (Kasi Seni dan Film Bidang seni dan Nilai
Budaya) yang tertera mendampingi tim KSNT sebagai Ofisial serta Endri
(Staf Bidang
Sejarah dan Purbakala Dinas Budpar) yang disana tertera sebagai
bagian dari Tim artistik (terlihat lucu, karena tim KSNT saja belum pernah
bertemu dengan nama tersebut, apalagi melihat latihan tim, dan sekarang tiba-tiba
saja terlibat sebagai tim artistik).
Hari keberangkatan (13/06) , akhirnya Tim bertemu dengan dengan yang
bernama Endri yang ternyata seorang diri mendampingi tim ke Jakarta. Endri
mengatakan Anita Dikarina akan menyusul keberangkatan pada keesokan hari
tanggal 14 Juni 2014, sebab saat itu sedang bertugas ke Sijunjung.
Sabtu,
14 Juni 2014, Festival Nasional Teater Tradisonal di buka di Gedung Kesenian
Jakarta, Festival Nasional tingkat umum
tersebut diikuti 34 Provinsi se-Indonesia. Hari pertama (14/06) 9 Provinsi tampil, KSNT yang mewakili Sumbar
tampil kedelapan, tepat pukul 20.00 WIB. Durasi pementasan 30 menit, sementara
jarak pementasan pergantian dan pembongkaran
setting properti antar pementasan
yang diberikan panitia hanya 10 menit. Dengan waktu yang singkat tersebut, 13
orang tim KSNT menyusun sett dibantu beberapa rekan KSNT yang berdomisili di
Jakarta, sementara itu 2 pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumbar yang
tertera sebagai ofisial dan bagian tim artistik tersebut diketahui keberadaannya sedang duduk manis
menunggu pertunjukan di bangku penonton, aih!.
Bagaimanapun malam tersebut KSNT dapat menampilkan pertunjukan dengan
baik.
Sejak hari pembuka
hingga Selasa 17 Juni 2014 malam, 34 Provinsi telah tampil. Festival ditutup
dengan pengumuman penghargaan terbaik. Ada 6 (enam) Grup penampil terbaik
(tanpa peringkat) , dan KSNT sebagai wakil dari Sumatera Barat salah satunnya. Hadiah
piagam, trophy dan Tabanas 5 juta (potong Pajak, jadi 4.250.000,-) sebagi grup
penampil terbaik, ditambah uang produksi 10 juta (potong Pajak, jadi 8 juta),
diterima KSNT (Bukti foto rincian biaya prroduksi ini disimpan baik oleh
bendahara KSNT) . Hanya saja setelah bendahara
KSNT, Riza Jhulia Santikha, menerima
biaya produksi dari panitia acara
Kemendikbud, justru diminta oleh Endri di depan panitia dan tim dari provinsi
lain dengan alasan untuk laporan kepada Anita
Dikarina (ternyata, tanpa sepengetahuan tim KSNT, Anita Dikarina sudah pulang
terlebih dahulu ke Padang pada tanggal 15 Juni 2014). Menurut Endri, biaya
produksi tersebut tidak akan berkurang sedikitpun dan akan segera diberikan sesampainya
di Padang, tepatnya di kantor Budpar Sumbar, oleh Anita Dikarina.
Sesampai di Padang,
Rabu 18 Juni 2014, Tim KSNT diminta untuk mengambil dana produksi ke kantor
Budpar. Namun ketika di hubungi Mahatma Muhammad, Anita Dikarina malah menyuruh
untuk mengambil dana tersebut ke kantor Budpar Jum’at Pagi, 20 Juni 2014.
Seterusnya ketika hendak ditemui Jumat pagi, Anita Dikarina juga lagi-lagi
berhalangan karena sibuk dengan pembukaan Pekan Budaya Sumbar. Setelah hari
jumat tersebut, pertemuan dijanjikan beberapa kali, namun Anita Dikarina tidak juga dapat ditemui baik
di kantor, ataupun Taman Budaya Sumbar, sebagai tempat yang ia janjikan.
Selasa, 24 Juni, Tim
KSNT meminta bendaharanya, Riza Jhulia
Santika, ke kantor Budpar sesuai jadwal
yang dijanjikan Anita Dikarina, lagi-lagi
ia meminta kembali esok harinya pukul 10.00 WIB, karena tidak sedang berada di kantor. Rabu, 25 Juni, setelah menunggu di kantor
Budpar dari pukul 10.00 hingga pukul 12. 55 WIB, akhirnya Riza bertemu dengan
Anita Dikarina. Uang produksi yang
seharusnya berjumlah 8 juta tersebut
hanya diberikan 5 juta, dengan alasan 2,5 juta dipakai untuk pengganti biaya perjalan 2
pegawai Budpar yang ikut mendampingi tim KSNT ke Jakarta, sedang yang lima
ratus ribu lagi guna pengganti Airpor
tax (padahal sesuai di juknis, baik biaya pesawat dan airport tax, akomodasi
serta produksi ditanggung Kemendikbud).
Anita Dikarina
mengatakan pemotongan biaya serupa wajar, dan juga dilakukan terhadap tim musik
dari Bukitinggi serta grup tari Indojati yang sebelumnya juga mewakili sumbar
dalam festival. Anita beralasan, festival ini bukan program Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Sumbar, melainkan Kemendikbud, jadi wajar jika 2 pegawai yang
ikut serta mendampingi tim mendapatkan ‘hak’nya. Dengan hanya diberikan 5 juta, maka tim KSNT
memutuskan tidak menerima seluruh biaya produksi yang seharusnya menjadi hak
tim KSNT tersebut. KSNT lebih memilih
‘menyedekahkan’ kepada 2 oknum pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumbar
yang lebih merasa berhak tersebut. Tidak masuk diakal rasanya bila misalnya uang
5 juta tersebut harus digunakan/ dibagi KSNT untuk honorarium 13 orang dari pemusik,
pemain, penata cahay. Untuk pelunasan hutang biaya produksi pementasan NILAM
BINTI MALIN saja, dana tersebut kurang. Toh selama ini, KSNT sebagai komunitas seni independen sudah
terbiasa serba kekurangan biaya, namun semangat kebersamaan selalu berlebih.
Terakhir, Anita
Dikarina marah dan merasa diancam ketika tim KSNT hendak mengangkat masalah ini
secara terbuka kepada media, serta mengonfirmasi langsung kepada Drs.
Burhasman, MM selaku kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumbar. Bertambah miris
lagi, Anita Dikarina melalui pembicaraan serta pesan singkat via telepon genggam dengan Mahatma Muhammad mengisyaratkan, tidak akan melibatkan KSNT
pada program-program Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumbar yang diurus oleh
Anita Dikarina (pesan singkat tersebut masih disimpan tim KSNT). Bahkan bantuan
hibah sosial grup yang ditujukan oleh KSNT
kepada Gubernur Sumatera Barat, yang mana Anita Dikarina terlibat
sebagai mengurus, juga terancam dibatalkan, ini mempertegas tidak transparannya
pengelolaan bantuan hibah sosial untuk grup kesenian di Sumatera Barat ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar