OLEH Esther Wijayanti
“Kami melihat pembunuhan orang-orang yang
sudah menyerah, bahkan perempuan dan anak-anak, bahkan yang terkecil.. Wanita
hamil tidak disisakan: mereka dipotong. Mereka mengangkat kaki anak-anak lalu
membanting kepalanya ke batu. [Barbedo de Magalhaes, East Timor: Land of Hope].
Keputusan mantan Presiden Habibie melepas
Timor Timur, bukanlah keputusan yang datang mak blug dari langit. Namun
didasari oleh situasi di Timor Timur yang tidak dapat diredam oleh para petugas
penjaga keamanan di Timor Timur itu sendiri. Tidak dapat dinegosiasikan, tidak
dapat dikondusifkan, tidak dapat dikuasai. Akhirnya Timor Timur merdeka.
Pendudukan Indonesia di Timor Timur,
merupakan mimpi buruk bagi masyarakat Timor Timur. Jumlah penduduk Timor Timur
tahun 1999 adalah 823.383 dimana 202.600 penduduk tewas dan hilang. Klik kanan sumber ini . Bahkan, menurut
penghitungan Prof. George Aditjondro, dari Universitas Salatiga, selama 6 tahun
okupansi, yaitu tahun 1975 – 1981, sekitar 308.000 penduduk tewas. Di mana
jumlah populasi penduduk di awal konflik adalah 696.000 jiwa. Yang berarti 44%
penduduk Timor Timur tewas selama pendudukan TNI. Angka ini adalah angka
pembantaian rakyat sipil TERTINGGI DI DUNIA sepanjang sejarah, mengalahkan
angka pembantaian etnis Yahudi oleh NAZI saat Perang Dunia II yang berjumlah
33% dari penduduk Yahudi. Klik kanan sumberini.
Kasus pembantaian penduduk secara massal
yang paling mencolok terjadi di Santa Cruz yang menewaskan 250 orang, banyak di
antaranya adalah pelajar berseragam sekolah (youtube keyword: santa cruz massacre). Serta pembantaian di Kraras
yang menewaskan 287 orang. Seluruh kejadian ini mengerucut pada Johny
Lumintang, Wiranto, Prabowo Subianto, dan Kiki Syahnakri sebagai pihak yang
paling bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Karena memang mereka inilah
yang menjabat sebagai komandan di Timor-Timur saat itu.
Namun, keterlibatan Prabowo Subianto dibantah
oleh Prabowo dalam Surat Bantahan kepada The
Jakarta Post yang mengangkat kembali kasus Kraras. Klik kanan sumber ini. Menurut Prabowo, dia tidak berada di tempat
kejadian saat itu. Tidak ada satu bukti pun yang menunjukkan bahwa Prabowo
memerintahkan anak buahnya untuk melakukan pembantaian di Kraras.
Tidak ada satu bukti pun yang dianggap
bisa dimunculkan untuk menempatkan Wiranto dan Prabowo sebagai pihak yang
terlibat dalam pembunuhan masyarakat sipil yang dilakukan oleh kesatuannya.
Seolah-olah kesatuannya jalan sendiri tanpa komando.
Tidak berada di tempat, tidak memberikan
instruksi, tidak ada bukti. Kata Prabowo dalam bantahan tersebut.
Terlepas dari Klik kanan sumber ini yang menyatakan bahwa Presiden Soeharto
meminta agar Prabowo jangan disentuh, mengingat jasa ayahnya terhadap bangsa
sedemikian besar. Katakanlah kita percaya pada pengakuan Prabowo kepada The Jakarta Post.
Maka, Prabowo adalah Komandan Kopasus
yang bersih dari pembantaian rakyat sipil di Timor Timur. Tidak berada di
tempat, tidak memberikan instruksi. Tidak terlibat. Tidak tahu.
Jika Prabowo sebagai Komandan yang
bertugas menjaga Timor Timur yang berpenduduk hanya 700 ribu orang, malah tewas
300 ribu orang, malah merdeka memisahkan diri dari Indonesia, malah diembargo,
tidak berada di tempat dan tidak tahu apa-apa. Bagaimana mau memimpin Indonesia
yang jumlah penduduknya 250 juta jiwa? Ngurus 700 ribu saja nggak bisa.
Note: Sumber-sumber tulisan dalam artikel
ini dapat anda klik. Semua ada di internet.
Sumber: Kompasiana Prabowo Gagal Menjaga Timtim Bagaimana Mau Jadi Presiden?
Baca juga artikel Tour of Duty: Operasi Seroja Timor Timur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar