OLEH Ronin Samurai
Pemungutan suara sebagai salah satu
tahapan Pemilu baru usai, PDIP yang menggunakan Joko Widodo untuk mendulang
suara terpaksa menelan pil pahit karena perolehan suara versi perhitungan cepat
(quick count) hanya meraih suara sekitar 19% atau jauh di bawah target > 30%
suara.
Perolehan suara PDIP ini sangat mungkin
membuyarkan harapan pencapresan Jokowi untuk ditetapkan. Kekecewaan terbesar
dialami para cukong atau mafia konglomerat cina, pendukung utama pendanaan dan
segala sumber daya untuk pemenangan Jokowi.
Siapa saja konglomerat dan tokoh yang
menjadi donatur, sponsor, pendukung Jokowi? Berikut ini sebagian dari mereka:
Edward
Soerjadjaja
Dia adalah orang pertama yang mengakui
mendukung Jokowi dan Ahok pada pilgub DKI Jakarta 2012 lalu dengan pendanaan.
Ahok sempat membantah, akan tetapi kita lebih baik percaya kepada Edward karena
dia adalah pengusaha yang tidak berkepentingan mengakui mendukung pasangan yang
tidak terkenal. Dana dari Edward waktu itu adalah sebesar Rp. 30 miliar, dan
pada masa pemerintahan Jokowi-Ahok perusahaan Edward memperoleh proyek monorel,
MRT dan lain – lain.
Sebelumnya, nama Lukminto bos Sritex
Solo, Imelda Tio bos Paragon Grup dan Sun Motor Grup dan Michael Bimo Putranto
dikenal sebagai pendukung dan penyumbang dana kampanye Jokowi di Solo.
Prajogo
Pangestu
Konglomerat pemilik konsesi 5 juta
hektare lahan dan hutan di Indonesia ini, hadir dalam rapat antara Jokowi-Ahok
dan Megawati pada Desember 2013 untuk membahas perpindahan Ahok ke PDIP bila
Jokowi menjadi presiden sehingga Jakarta tetap berada di bawah kendali PDIP.
60 pengusaha besar yang berkumpul di
Kantor Pusat PDIP sehari menjelang pencapresan Jokowi dan tujuan mereka
berkumpul sebagaimana diakui Tjahjo Kumolo adalah untuk memberikan sumbangan
besar kepada PDIP.
Jusuf
Kalla (JK)
JK adalah orang yang pertama kali membawa
Jokowi ke Jakarta dan juga membujuk Megawati untuk menunjuk Jokowi sebagai
capres. JK juga mendanai Jokowi-Ahok pada pilgub kemarin meski dalam jumlah
kecil jika dibanding konglomerat cina.
Stan Greenberg
Awalnya saya tidak percaya bualan
Triomacan2000 tentang keterlibatan Stan Greenberg, namun masuknya majalah The
Foreign Policy dan Fortune yang memiliki hubungan erat dengan Stanley Greenberg
dalam menulis tentang Jokowi adalah 50 besar pemimpin besar dunia membuat kita
harus mencurigai bahwa orang ini memang terlibat.
Goenawan
Mohamad
Mungkin Goenawan Mohamad atau GM tidak
ikut saweran uang, tapi yang jelas dia menyediakan majalah miliknya, Tempo
sebagai media pencitraan bagi Jokowi. Tempo adalah media pertama yang
mempromosikan Jokowi secara masif. Termasuk mengorbitkan nama Jokowi sebagai
walikota terbaik dengan dasar penetapan yang tidak ilmiah alias aspal.
CIA/USAid
USAid adalah lembaga samaran CIA yang
tugasnya memberi dana kepada para pemberontak. Salah satu penerima dana dari
CIA di Indonesia adalah Goenawan Mohamad, misalnya untuk mendirikan lembaga
perlawanan terhadap orde baru USAid memberikan dana sebesar US 300.000 kepada
Goenawan Mohamad untuk mendirikan Institut Studi Arus Informasi. Uang di atas
belum termasuk uang sebesar US 26juta yang diterima GM dan teman-temannya
sebagai dana perang melawan Orde Baru. Jauh sebelumnya pada masa orde lama,
sebagaimana temuan Widjaja Herlambang dalam disertasinya Kekerasan Budaya Pasca
1965, Goenawan Mohamad juga menerima uang dari Amerika untuk melawan
Lekra/komunis/PKI dengan membentuk Manifes Kebudayaan.
Keterlibatan Tempo dan GM dalam
mempromosikan Jokowi membuktikan Amerika kemungkinan besar berada di belakang
promosi gencar terhadap Jokowi, ditambah fakta Amerika Serikat telah begitu
lancang menyatakan tidak suka melihat Prabowo menjadi presiden karena memilih
Jokowi, memang mereka siapa berani menentukan pemimpin yang hendak dipilih
bangsa ini?
Koruptor BLBI? Menurut TM2000 koruptor
BLBI ada di belakang Jokowi dan hal ini memang masuk akal mengingat mereka bisa
melenggang bebas karena SKL yang diterbitkan pemerintahan Megawati. Koruptor
BLBI dikoordinir James Riady dan Luhut B Panjaitan, diketahui menyumbang dana
kampanye dan pemenangan Jokowi hingga ratusan dollar AS secara bertahap.
James
Riady
Belum ada bukti bahwa keluarga Riady
membiayai Jokowi, namun fakta bahwa Jokowi telah dua kali hadir di SPH dan
Rumah Sakit Siloam atas perintah James Riady menyebabkan kita patut curiga ada
James Riady di belakang Jokowi. Apalagi faktanya penggusuran warga liar waduk
pluit dan pembuatan taman waduk pluit “secara kebetulan” dilakukan pada saat
Grup Usaha Lippo milik James Riady mau membangun sekolah mewah SPH, hotel
bintang lima dan rumah sakit Siloam tepat di seberang Waduk Pluit, benar-benar
tepat di seberang.
Keluarga
Salim
Faktanya detik.com tidak pernah
memberitakan satu hal negatifpun tentang Jokowi, sekalipun saat itu ada isu
negatif tentang Jokowi. Pemilik detik
adalah Chaerul Tanjung yang juga merupakan proxy atau bawahan dari keluarga
Salim yng mengurus sebagian harta mereka.
Puluhan konglomerat Indonesia diwakili
oleh orang kepercayaan mereka, berkumpul di PANINI CAFE Setiabudi Plaza untuk
mengumpulkan uang membantu pemenangan Jokowi. Mereka terdiri dari pemilik BCA,
Rokok Jarum, Gudang Garam, berbagai bank nasional, organisasi dan paguyuban
tionghoa dan lain – lain.
Adanya begitu banyak pihak di belakang
Jokowi yang terkenal sebagai walikota Solo dan gubernur Jakarta boneka jelas
mengkuatirkan, sebab kita tidak tahu apa kepentingan para cukong tersebut
membiayai pencapresan Jokowi?
Sumber: www.radennuh.org Daftar Cukong Jokowi Sang Capres Boneka
BACA JUGA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar