Suasana Dialog Forum Editor edisi khusus di Hotel Ibis Padang |
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera
Barat 2014 diprediksi tidak banyak berubah dari 2013 alias jalan di tempat.
Pengamat menandai pertumbuhan dengan angka-angka, padahal kondisi ril nyaris
tak berubah. Untuk kondisi Indonesia, pertumbuhan sering tidak sama dengan
kenyataan.
Hal itu terungkap dalam Dialog Forum Editor edisi
spesial akhir tahun yang digelar di lantai teratas Hotel Ibis Padang, Sabtu
(21/12) malam. Edisi ini akan ditayangkan di Padang TV dan disiarkan RRI Padang
serta Radio Classy.
Forum Editor kali ini menghadirkan narasumber dari Rektor Universitas Bung Hatta, Prof. Niki Lukviarman, Ketua KADIN,
Asnawi Bahar, Praktisi Hukum, Rusdi Zen, pengamat ekonomi yang juga mantan
Kepala BI Cabang Padang, Romeo Risal dan para editor.
Dalam perkembangan diskusi Forum Editor
kali ini perekonomian Provinsi Sumatera Barat tahun depan tetap tumbuh ditopang
konsumsi dan belanja pemerintah, sementara perdagangan dan investasi tidak akan
memberi warna yang kontras.
Memulai pembicaraan, pengamat ekonomi
Romeo Risal menilai perekonomian Provinsi Sumatera Barat ke depan akan
membosankan. Sehingga Provinsi Sumatera Barat akan tetap tertinggal. Karena
orang sudah berlari cepat namun Provinsi Sumatera Barat hanya berkutat pada
dana hibah bansos saja.
"Pengamat dan pejabat menghitung pertumbuhan
ekonomi seperti harga cabai di Pasar Bawah, pagi tinggi, sore rendah,"
kata dia.
Pemerintah mengeluarkan sejumlah
angka-angka, namun tidak berbanding lurus dengan kesejahteraan masyarakat.
Hadirnya perkebunan sawit dan karet, namun tidak ada pengaruh siginifikan pada
perbaikan ekonomi masyarakat.
"Bagian terbesarnya, bahkan sangat besar dibawa
ke luar Provinsi Sumatera Barat," kata Romeo.
Rektor UBH, Prof Niki Lukviarman menilai,
perekonomian Provinsi Sumatera Barat ke depan tidak jauh berbeda dari 2013.
Sejalan dengan daerah lain, Provinsi Sumatera Barat juga akan memasuki tahun
pemilu. Dari DIPA Provinsi Sumatera Barat memperoleh angka besar dari pemerintah
pusat, namun perekonomian Provinsi Sumatera Barat masih ditentukan tingkat
konsumsi. Belum ada dari pengembangan investasi.
"Perekonomian kita tidak akan
beranjak dari tingginya konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi
pemerintah. Dengan begitu belum tampak akan ada pertumbuhan ekonomi yang lebih
besar dengan investasi," sebutnya.
Menurutnya, saat ini pemerintah belum
mampu menggerakan perekonomian masyarakat. Apalagi untuk menggunakan anggaran
saja pemerintah masih lemah, serapan APBD rendah. Sementara perekonomian
masyarakat masih tergantung dengan konsumsi pemerintah.
Apalagi katanya, pengembangan investasi
belum serius. Karena pembangunan Provinsi Sumatera Barat tidak berkontributif
pada pengembangan investasi. Seperti investasi pembangkit listrik tenaga panas
bumi. Selain itu keluarnya Peraturan Daerah (perda) tentang tanah ulayat.
Sementara pemerintah belum menentukan daerah investasi.
Di lain sisi, praktisi hukum, Rusdi Zen
menilai untuk menarik investasi tidak terlepas dari regulasi. Jika ingin
membuka pintu untuk investasi, maka pemerintah harus menentukan daftar negatif
investasi. Sehingga akan membuka daerah dan bidang inventasi baru.
"Saat ini di Provinsi Sumatera Barat
tidak ada daftar negatif investasi, sehingga investasi yang masuk cendrung pada
satu bidang saja. Begitu juga daerah tujuan investasi, seharusnya itu sudah
ada," ujarnya.
Terkait tanah ulayat, menurutnya
pemerintah jangan menentukan dengan sistem kadastrial, karena tanah ulayat yang
berkembang dalam masyarakat Minangkabau itu ada kesepakatan.
Redaktur Pelaksana Harian Singgalang, Sawir Pribadi menilai,
tumbuhnya perekonomian secara makro justru berdampak buruk pada masyarakat
kecil. Terutama dengan masuknya mobil murah, sementara infrastruktur jalan
tidak ada penambahan. Sehingga akan mempengaruhi kelancaran transportasi.
"Sedangkan terkait tanah ulayat, hak
milik itu hanya satu-satunya ada di Indonesia. Satu kaum memiliki satu ulayat,
yang turun temurun. Sehingga hak itu harus dihargai," katanya.
Ketua Forum Editor, Heranof lebih
menyorot perputaran uang di Provinsi Sumatera Barat. Seperti orang-orang kaya Provinsi
Sumatera Barat belanja kemana? Mulai dari pajak kendaraan bermotor, ekspor
sawit besar uang tidak berputar di Provinsi Sumatera Barat. Sehingga tidak ada
pengaruh bagi perekonomian Provinsi Sumatera Barat.
Menurutnya, keinginan usaha masyarakat
cukup tinggi, tapi tidak ada inovasi. Sehingga dunia usaha tidak tumbuh.
Keberpihakan pemerintah sangat dibutuhkan.
"Jika tidak ada keberpihakan
pemerintah, maka perekonomian kita hanya akan menjadi
angka-angka," ujarnya.
Kebijakan
Fokus
Wartawan senior, Gusfen Khairul menilai
pemerintah memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi. Pemerintah harus
memiliki kebijakan yang fokus. Sementara saat ini belum nampak apa fokusnya
Gubernur Irwan Prayitno yang sudah tiga tahun menjabat.
Dicontohkannya, zaman Gubernur Hasan
Basri Durin, ada perekonomian kerakyatan, Zainal Bakar fokus pada pembangunan
infrastruktur, Gamawan Fauzi lebih banyak seremoni untuk menarik pariwisata,
sementara pada Irwan Prayitno dengan program satu sapi satu petani juga belum
jelas perkembangannya.
Ketua Kadin Sumbar Asnawi Bahar juga
berharap pemerintah fokus, nilai ekspor Provinsi Sumatera Barat yang tinggi
pada 2011 kemudian melemah hingga 2013. Dari 2,3 miliar dolar, kemudian turun
1,07 miliar dolar. Ekonomi Provinsi Sumatera Barat juga sangat bergantung pada
kinerja ekonomi eropa.
Bahkan, Asnawi tidak yakin 2014 investasi
asing akan masuk. Untuk itu diperlukan perbaikan kinerja ekspor. Pemerintah
harus fokus satu target.
"Jika ingin mengundang investasi
harus fokus,"ujarnya.
Demikian dikuatkan Rome Risal, menurutnya
Provinsi Sumatera Barat harus memiliki konsep yang jelas. Memiliki unggulan,
leadership.
"Provinsi Sumatera Barat itu
memiliki ekstra ordinari dalam konsep perekonomian," ujarnya.
Asnawi menyarankan Provinsi Sumatera
Barat fokus pada pengembangan pariwisata. Karena potensi wisata Provinsi
Sumatera Barat sangat besar. Selain itu Provinsi Sumatera Barat juga spesifik.
Secara umum narasumber diskusi
memperkirakan tidak ada lompatan besar terhadap perekonomian Provinsi Sumatera
Barat 2014. Jika tidak ada keberpihakan pemerintah dan pembenahan
infrastruktur. Maka Provinsi Sumatera Barat akan tetap berada pada posisi 20 di
Indonesia.
Hadir juga dalam diskusi tersebut
pengusaha muda kreatif dari Tangkekek, Fefri Rusji (Adji). Ia menyatakan untuk
memulai usaha, ia berusaha meminjam ke bank, Rp50 juta, tapi tak dapat.
"Saya akhirnya meminjam ke koperasi, sekarang omset saya Rp140 juta/bulan
dan bank mulai mendekat," kata dia. (MN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar