Pelataran Rindu
Tak pernah ku tau
betapa dalam hatiku
Hingga disana
tumbuh rindu
Bermekaran..
berbunga indah
Menyebut namamu
sebagai daun cinta yang ku tanami
Tak pernah ku tau
betapa murni hatiku
Hingga sapa mu
menanam cinta disana
Subur.. bertunas
dan berpucuk
Membayangkan
rupamu sebagai atap dari keteduhan jiwaku
Tak pernah pula ku
tau betapa tabah hatiku
Hingga akhirnya
aku menantimu
Bersama kasih yang
pernah kau titipkan
Walau tetesan
kalbu kian menghujaniku
Menatap hampa
pelataran taman
Tempat dimana aku
pernah memohonkan doa
Sebait kata yang
masih kukuh ku genggam
Meski tenang
hatimu tak mampu ku tebak
Bahkan resapan
nafas itu..
Tak lagi kau beri
makna..
Namun doa
menabahkan jiwa
Ada kalanya kan
tiba
Pelataran rindu
akan kita tempati kembali
Dengan berseminya
bunga-bunga kasih
Aku menanti..
Ketika Bidadari Dijemput
Dingin menyeruak tajam meraba pucat kulitnya
Nafas terengah
yang dia tekuni
Tangan mendekap
dada yang kian sesak
Mutiaranya jatuh
bertaburan
Basah bersama
bekas gerimis
Dia tersenyum..
Meneteskan lagi
butiran bening
Lembut.. dia usap
penuh ketulusan hati
Matanya berkedip
sayu
Tetes berwhudu’
masih jelas tersisa
Dia tersungkur di
atas sajadah kepasrahan
Beku....
Coba menggoreskan
lagi tintanya
Semburat senyum
tergambar
Terhenti oleh
pulpen yang tergelak jatuh
Ketika bidadari
dijemput
Azan mulai ditutup
dengan iqamat
Dalam syahdu embun
pagi
Matanya terpejam
mendalam
Aku mengaku sang
pembuat judul
Sang pengarang
naskahnya
Tapi.. tanpa aku
akui
Akulah sang
pemeran utamanya
18 Mei 2010
Luka Sendiri
Ku langkahkan kaki
Membawa hati penuh
luka
Ku ayunkan tangan,
bersama airmata yang menetes perih
Ku tutup
nafas-nafas lemah
Aku tersentak oleh
badai
Tersisih oleh
gelombang
Sunyi mengusik
perih di jiwa
Hampa...
Tidak ku dengar
satu pun nada yang melantun syahdu
Yang ada hanya
luka sendiri
13 Februari 2010
Melati Putih
Lagi-lagi pudar...
Ketika ku hela
nafas dalam penantian
Hampa.. masih sama
Yang ku kukuhkan
bukan rindu
Namun melati itu...
Ku takut layu
sebelum disisipkan di sela rambutmu
Di pelataran
jiwaku..
Menatap setangkai
melati putih
Yang suci
merindumu..
19 Maret 2012
Epilog Rindu
Kecupan hati yang
resah merindu
Memutar kembali
episode lama
Kepingan cinta
biru yang tersimpan rapat
Mewarnai secercah
kotak rahasia di bilik hati
Menanti masa kan
tiba
Ku tarik tirainya,
ke hadapan matamu
Taman bersalju
terhias cuplikan memori
Berlarian,
beriringan.. memainkan ayunan
Berebut..
menangis.. berjabatan tangan
Indah.. sebuah
epilog cinta
Diiringi senada
rindu, membaur menjadi tembang syahdu
Dalam riak hati
yang menerjang
Kusam album itu
pun menahan tangisku
Sebab.. serpihan
hatiku
Sedang merangkai
tiram jiwa dalam riak itu
Tuk dikalungkan..
Bersama keharuman
karangan cinta
Yang disuguhkan ke
pangkuan
Sang kekasih yang
menanti
19 Maret 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar