Sabtu, 16 November 2013

Jilbab Hitam Versus Tempo: Sebuah Belantara Hitam Pers Indonesia

Berikut adalah link polemik yang awalnya dipicu pengakuan seorang yang mengaku mantan wartawan Tempo dengan menggunakan nama anonim "Jilbab Hitam" terhadap sepak terjang majalah Tempo, dan media lainnya.  Ini merupakan sejarah perjalanan pers di negeri ini dan perlu didokumentasikan secara benar.  Link bersumber dari www.rimanews.com dan tempo.co.
Pengasuh

Saya adalah seorang perempuan biasa yang sempat bercita-cita menjadi seorang wartawan. Menjadi wartawan TEMPO tepatnya. Kekaguman saya terhadap sosok Goenawan Mohamad yang menjadi alasan utamanya. Dimulai dari mengoleksi coretan-coretan beliau yang tertuang dalam ‘Catatan Pinggir’ hingga rutin membaca Majalah TEMPO sejak masih duduk di bangku pelajar, membulatkan tekad saya untuk menjadi bagian dalam grup media TEMPO.

Sesungguhnya apa sih yang membuat Bos TEMPO kelabakan ketika dituding terlibat mafia pemerasan kepada pihak-pihak bermasalah? Sedemikian paniknya Bos TEMPO melayani postingan blog yang ditulis oleh akun @Jilbab Hitam. Sehingga terkesan ada apa-apanya antara mahluk halus @Jilbab hitam dengan managemen Tempo Grup.

Berangkat dari apa yang di katakan oleh Pepatah “ Tidak Mungkin Ada Asap Kalau Tidak Ada Api “ begitulah kita menilai atas apa yang di tulis oleh Jilbab Hitam tentang kebobrokan Majalah Tempo yang di motori oleh Gunawan Muhammad dan Bambang Hari Murti. Walaupun penulis belum sempat membaca apa yang di tulis oleh Jilbab Hitam yang menelanjangi Majalah Tempo. Majalah yang cukup terkenal di Tanah Air bahkan di Asia Tenggara ini, namun dari beberapa tulisan yang menanggapi apa yang di tulis oleh Jilbab Hitam tentu kita menduga apa yang di tulis oleh Jilbab Hitam ke mungkinan mendekati kebenaran. 


Sungguh,sosok Jilbab Hitam(http://www.rimanews.com/read/20131111/126044/mengerikan-dan-brutal-tempo...) kini populer di Indonesia, terutama di media, dan terutama di grup Tempo. Pasalnya, akun ini dinilai ‘menyebar fitnah’ dengan memaparkan sejumlah hal seputar kebobrokan media terkait dengan pemberitaan.

Menyimak banyaknya pemberitaan menyangkut tulisan yang ditayangkan oleh akun jilbab Hitam yang memantik tempo untuk membalas dengan sengit, hati saya bertanya-tanya; sudah pantaskah Kompasiana menghapus tulisan tersebut hanya karena pihak tempo merasa keberatan karena dianggap melakukan kebohongan publik dan cenderung mengarah pada fitnah? 


Identitas penulis misterius Jilbab Hitam kini ramai dipergunjingkan di media cyber. Di situs Kompasiana, seorang penulis alias Kompasianer mengaku mengetahui jati diri si Jilbab Hitam yang menjelek-jelekkan sejumlah individu dan institusi, di antaranya Tempo, Bank Mandiri, dan lembaga riset Katadata. Meski tulisannya masih misteri pula. 



Catat dulu, tulisan ini bukan fakta, sekedar analisis atau pendapat.  Jagat kompasiana dan sosial media beberapa hari ini dihebohkan oleh tulisan kompasianer anonim “jilbab hitam”yang secara terbuka menuding TEMPO dan KataData memeras Bank Mandiri dalam Kasus SKK Migas. Siapa Jilbab Hitam itu? Benarkah ia adalah mantan wartawan TEMPO? Dan banyak pertanyaan lain yang lazim muncul ketika sebuah akun anonim melempar sebuah ‘fakta’ (fakta dalam tanda kutip) yang kita belum tahu kebenarannya.


Refleksi dari kasus Jilbab Hitam vs Tempo: Beberapa waktu lalu cukup ramai dipergunjingkan tulisan dari akun ‘Jilbab Hitam’ di Kompasiana yang mengkonstruk sebuah opini provokatif; upaya pemerasan terhadap perusahaan BUMN oleh media ternama (Kini tulisan tersebut sudah diturunkan). Sebagai manusia yang melek media, saya fikir kita tidak perlu memihak opini mana yang benar (Media Pemeras itu atau Perusahaan yang diperas).

Saya lega sudah dibukakan mata dan tidak lagi buta terhadap TEMPO maupun mimpi saya menjadi seorang wartawan yang bersih. Sulit menjadi bersih di kalangan wartawan. Godaan begitu banyak. Tidak hanya di luar organisasi tempat kamu bekerja, tetapi juga di dalam organisasi tempatmu bekerja. 

'Jilbab Hitam' Ungkap 'Borok' Etika Pemberitaan TEMPO?
Alhamdulillah, Whistleblower terus bermunculan di Indonesia, sejak 1998 lepas dari cengkeraman Orde Baru yang rasanya sulit mengungkap borok negeri yang menggurita. Namun sayangnya tidak diikuti oleh media mainstream yang seharusnya menjadi pengabar fakta, pemberi cahaya terang dalam kegelapan, bukan malah bersekongkol dengan mafia, godfather atau para cukong yang malah menjadi pengabur fakta dan membunuh para musuh cukong dan mengumbar sentimen anti islam yang kental. Inilah kekejaman media mainstream dengan menghakimi opini massa, 'trial by press' 

Luar biasa, sebuah kejutan besar sekaligus ide hebat dari seseorang yang menamakan diri “Jilbab Hitam.” Dalam tulisannya di Kompasiana.com, pada 11 November 2013, telah menghebohkan banyak pihak. Tak kurang, Tempo sendiri menurunkan 5 tulisan bantahan atas informasi yang dia paparkan. Bagaimanapun, tulisan “Jilbab Hitam” lebih kuat dari semua bantahan Tempo; dan sangat disayangkan, Kompasiana.com men-delete begitu saja tulisan itu. Bahkan dalam ulasan di Kompasiana.com disebutkan, bahwa “Jilbab Hitam” hanyalah pemain amatir, tulisannya dangkal. Bodoh, justru tulisan dia sangat kuat. Lebih kuat dari umumnya tulisan-tulisan di Kompasiana.com yang ngalor-ngidul gak jelas.


Nama samaran Jilbab Hitam dengan tulisannya (http://www.rimanews.com/read/20131111/126044/mengerikan-dan-brutal-tempo...) tentang isu pemerasan Tempo kepada Bank Mandiri menjadi pembicaraan riuh di dunia internet. Pihak Bank Mandiri dan Tempo membantah tuduhan si Jilbab Hitam. Beberapa orang teman saya di facebook dan teman-teman mereka menanggapi dengan opini yang beragam. Ada yang bilang si Jilbab Hitam menunjukkan bahwa ia merupakan orang tidak jelas karena nama dan identitas palsunya.

Identitas penulis misterius Jilbab Hitam kini ramai dipergunjingkan di media cyber. Di situs Kompasiana, seorang penulis alias Kompasianer mengaku mengetahui jati diri si Jilbab Hitam yang menjelek-jelekkan sejumlah individu dan institusi, di antaranya Tempo, Bank Mandiri, dan lembaga riset Katadata. 
Direktur Utama PT Tempo Inti Media Tbk Bambang Harymurti memberikan klarifikasi atas tulisan Hendra Boen yang dimuat di Kompasiana. Berikut ini adalah tanggapan BHM--sapaan akrabnya.

Media Relations Bank Mandiri, Eko Nopiansyah, membantah bahwa dirinya pernah bertemu seseorang yang mengaku mantan wartawan Tempo untuk membicarakan dugaan pemerasan oleh media tersebut terhadap Bank Mandiri.
Pengelola media sosial Kompasiana, Pepih Nugraha, mengatakan tulisan berjudul "Tempo Dan Kata Data Memeras Bank Mandiri Dalam Kasus SKK Migas" dicabut karena dianggap memojokkan seseorang atau instansi. Tulisan itu, kata Pepih, mengandung unsur provokatif.

Ini Kejanggalan Tuduhan Jilbab Hitam pada Tempo 
 
Majalah Tempo bersama lembaga riset Katadata dituding melakukan pemerasan terhadap Bank  Mandiri berkaitan dengan kasus Rudi Rubiandini. Tudingan itu ditulis oleh “Jilbab Hitam”, yang mengaku sebagai bekas wartawan Tempo angkatan 2006,  di media sosial Kompasiana, Senin, 11 November 2013.
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...