PADANG – Bagaimana mutu karya sastra Sumbar saat ini? Itulah pertanyaan
yang diapung kan dalam acara Dialog Sastra bertema ‘Menyoal Kebermutuan
Karya Sastra Sumbar’ di Taman Budaya Padang, Kamis (10/10).
Tiga sastrawan Sumbar hadir sebagai narasumber, Darman Moenir, Zelfeni Wimra dan Romi Zarman. Para peserta diskusi pun sastrawan dan penikmat sastra se-Sumbar. Mereka menyampaikan pandangan masing-masing tentang mutu karya sastra Sumbar saat ini.
Sastrawan dan Budayawan, Darman Moenir mengatakan Sumbar tak pernah miskin karya sastra. Dalam lima tahun terakhir sudah terbit lebih dari 50 buku sastra yang ditulis pengarang asal Sumbar. Yang terbaru sebut saja Novel ‘Gadis Berbudi’ karya Irzen Hawer. Ada pula novel ‘Karnoe, Sejarah Tak Tertulis di Balik Nama Besar’ karya Jombang Santani Khairen. Beberapa lagi novel karya Jose Rizal, Zaili Asril, Wisran Hadi, Khairul Jasmi, A. Fuadi, Raflis Chaniago, Akmal Nasery Basral, Asye Saidra, Nang Syamsuddin, Mustafa Ibrahim dan beberapa pengarang lain.
Tiga sastrawan Sumbar hadir sebagai narasumber, Darman Moenir, Zelfeni Wimra dan Romi Zarman. Para peserta diskusi pun sastrawan dan penikmat sastra se-Sumbar. Mereka menyampaikan pandangan masing-masing tentang mutu karya sastra Sumbar saat ini.
Sastrawan dan Budayawan, Darman Moenir mengatakan Sumbar tak pernah miskin karya sastra. Dalam lima tahun terakhir sudah terbit lebih dari 50 buku sastra yang ditulis pengarang asal Sumbar. Yang terbaru sebut saja Novel ‘Gadis Berbudi’ karya Irzen Hawer. Ada pula novel ‘Karnoe, Sejarah Tak Tertulis di Balik Nama Besar’ karya Jombang Santani Khairen. Beberapa lagi novel karya Jose Rizal, Zaili Asril, Wisran Hadi, Khairul Jasmi, A. Fuadi, Raflis Chaniago, Akmal Nasery Basral, Asye Saidra, Nang Syamsuddin, Mustafa Ibrahim dan beberapa pengarang lain.
Selengkapnya klik: http://hariansinggalang.co.id/sastra-sumbar-bangkit-5-tahun-muncul-50-buku-sastra/#more-40300
Tidak ada komentar:
Posting Komentar