Jumat, 25 Oktober 2013

PUISI Yeni Purnama Sari



Narasi Secangkir Kopi dan Daster

Suaminya baru saja pulang kerja. Wajahnya tampak lesu dan penat. Istrinya sedang sibuk mencuci. Bergegas ke dapur, bikin kopi. Dua sendok kopi, dua setengah sendok gula dimasukkan ke dalam cangkir.
“Suamiku suka kopi yang manis” bisiknya
Lalu ia terus tersenyum sambil mengaduk kopi. Ia mengaduk rasa pahit dan panis bersamaan. Saat mengangkat sendok, tetesan kopi jatuh di ujung dasternya. Ujung daster itu tampak sempurna kusamnya oleh tetes yang membiaskan noda hitam.
“Tak apa”, lirihnya.
Ia bertekad membiarkan noda hitam dan aroma pekat kopi menempel di daster malam pertamanya itu. Dengan begitu ia tak akan kesepian meski suaminya sedang jauh dari rumah. Aroma kopi adalah harum tubuh suaminya. Secangkir kopi telah selesai ia buat. Bergegas diantarkannya ke ruang tengah. Masih panas, jari-jari mungilnya memerah. Diletakkannya secangkir kopi itu di atas meja. Suaminya sedang asik menatap layar komputer. Masih ada kerja yang belum sudah di kantor.
Ia berdiri di hadapan suaminya. Menunggu komentar tentang kopi buatannya hari ini. Suami menyeruput kopi yang masih panas, kemudian kembali menatap layar komputer, tanpa menyisakan setetes kata untuknya.
Bibir istrinya mulai pegal menahan senyum. Tiba-tiba ada suara ketukan di pintu. Rupanya ada tamu, beberapa orang rekan kerja.
“Mari, masuk! Mari minum kopi!” Ujar suaminya sambil menyodorkan secangkir kopi.
Senyum istrinya jatuh berserak di lantai. Bergegas ia ke kamar mengganti dasternya, dan melempar daster kusam malam pertama itu di atas tumpukan kain kotor.

18 Desember 2011
 
Pesta Kembang Api

Kita tidak sedang dalam pesta kembang api, bukan?
Riuh letupan
Begitu ramai kepala
Begitu ramai suara
Kelakar atau isakkah itu yang sampai di siput telinga?
Ini bukan pesta jamuan makan malam, bukan?
Sajian daging panggang
Daging dari tubuh tubuh kelaparan
Tulang tulang kemerahan, keabu-abuan, kehitam-hitaman
Seperti warna pada tipis kulit ari kita yang memang tak serupa
Arang, bila bara sudah padam
Abu, bila bara tak berkesudahan

10 Mei 2012





Yang Jatuh di Kepala
Dan,
Kenapa harus aku, malam?
Mendengar pekik tangismu
Di ujung bukit hantu
Tentang longsor, tentang dakimu yang luruh
Dan batu
Dan pohon
Dan sungai kehilangan muara
Dan air mata kehilangan mata air air mata
segala mata air telah memuai, membadai
matahari tinggi
dan malam
dan pekat awan
dan tajam angin
dan badai memilin
dan kenapa harus aku, malam?
Menyaksikan tubuhmu jatuh
Di sisi kepalaku yang demam

10 Mei 2012





Hantaran untuk Iwit

Hampir genap setahun
lepas jabat tangan terakhir
sebelum kau berpulang
ketika itu, aku adalah kawan yang payah
tak sempat mengantarmu ke pemakaman
akan kulunasi cerita tentang kunjunganku
yang tak pernah sampai di rumahmu
meski, tak akan kutemukan kau menyambut kedatanganku di pintu
kubawakan al fatihah sebagai hantaran, harapku sampai padamu
dan, biarlah di puisi ini saja kita bertemu.

12 Juli 2012













Rindu Menepi

Hendak berlayar kemana ini sampan?
Seribu musim menepi
Hanya riakriak permainan diri
Rindu mendayung bertingkah gelombang

Tajam lesat angin
Bercerai daun dari tangkai
Aduhai, bilakah ini sampan akan sampai?
Debar yang debur di bibir pantai
Adalah juga debarku
lunaskan kertuk dayung ini

1 Mei 2012




Hujan Tengah Malam

Hujan jatuh tengah malam
Di atap-atap ia berpecahan
lalu mengarus di selokan
Baju celana kita terbiar gigil
Di tali jemuran
Tubuh menulang
Terserang panas demam
Tak henti ngigau
Selimut hangat kita mengurai benang

10 Mei 2012





Pengembara
Kita mengembara dari gurun yang jauh
Mimpi kita adalah telaga di tengah belukar rimba
Berkurun pasir menutupi kulit kita yang gosong dijilat matahari
Kantong air menguap,  awan diarak angin limbubu
Ke sebarang jua jatuh bulirnya
“Jangan mati dulu, kawan!”
Bukankah kita punya Sembilan nyawa untuk sampai ke bukit pasir yang kesekian ini?

1 Juni 2012




Tentang Yeni Purnama Sari
Yeni Purnama Sari, mahasiswa semester akhir di Jurusan Tadris Bahasa Inggris Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang. Lahir di Sungai Penuh, Kerinci.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...