Di
Jembatan Siti Nurbaya
siti, muara teramat senja
mengalir di bawah rambutmu
mengingat kasih bergenggam
untuk melepas.
hati selalu sampai
anginlah yang mencerai.
bagaimana menggenggam angin
yang mudah berubah?
rasakan, rasakanlah tiang jembatan
yang mulai dingin
dengan mata terbuka.
burung burung laut
melintasi garis tualang
memetakan sepi yang panjang.
dermaga melambai pada kapal yang berlayar.
kekasih terusir ke pulau jauh.
tapi rindu akan merunut ranji
dari mana cinta bermula.
percayalah!
tak di lahir bersatu
di batin bertaut jua
Padang,
2008
Loloansebelum ke tabanan, singgah lanan...
sungai membelah memberi nama
pada 80 hektar tanah
syarif tua, beri pula aku kisah
antara sayup azan dan aroma dupa
di hilir sungai gading
di bawah atap rumah panggung yang miring
kenapa orang harus terusir
dari negeri yang dicintainya
mengubah rasa asing pada tanah-air
jadi rindu
jadi batu
trengganu, trengganu
aku tak ingin murung
dalam diri kubangun kampung
Meninggalkan Pulau
Penyengat
dalam gerimis petang,
bersama pompong
aku tinggalkan pulau penyengat
tanpa menziarahi gurindam dua belas.
aku membaca pasal 13:
air laut yang kembali kepada laut.
kesunyian bangkit
antara tiang kapal yang bersandar
dan kibasan sayap burung burung.
langit yang jauh, langit yang jauh
semuram punggung laut.
seperti dentuman pertama
meriam paranggi di selat malaka
mengusir bahasa melayu.
aku menghirup angin garam.
telepon genggamku masih memiliki sinyal.
antara rambut gimbal saut dan kacamata bode,
aku mendengar sorak-sorai,
orang-orang membangkitkan yang mati,
jadi hantu laut merompak pelayaran bahasa.
pom pong pom pong
pom pong pom pong
dalam gerimis petang,
bersama pompong
aku tinggalkan pulau penyengat
tanpa menziarahi gurindam dua belas.
aku membaca pasal 13:
air laut yang kembali kepada laut.
kesunyian bangkit
antara tiang kapal yang bersandar
dan kibasan sayap burung burung.
langit yang jauh, langit yang jauh
semuram punggung laut.
seperti dentuman pertama
meriam paranggi di selat malaka
mengusir bahasa melayu.
aku menghirup angin garam.
telepon genggamku masih memiliki sinyal.
antara rambut gimbal saut dan kacamata bode,
aku mendengar sorak-sorai,
orang-orang membangkitkan yang mati,
jadi hantu laut merompak pelayaran bahasa.
pom pong pom pong
pom pong pom pong
Kepada
Dunia Fais Kecil
dari mana tanganmu belajar menggenggam
sebelum merasakan sedihnya melepaskan
dari mana kakimu belajar berjalan
Sebelum merasakan sakitnya jatuh
tatap, tataplah dengan terbuka
selagi matamu bening
sebelum kelak engkau menatap burung terbang
dengan
mata terpejam
Solitude
berterbangan kelelawar dalam mata
berguguran bunga kapas dalam kata
kita pun menjelma menjadi malam
Tentang Y. Thendra BP
Y. Thendra BP berasal dari Nagari Padang Sibusuk, Sumatera Barat. Lahir di Bangkinang, 10
Mei 1980. Manusia Utama (IBC, Mei 2011) adalah buku kumpulan puisi
terbarunya. Kini ia merantau di Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar