Seseorang
I
beberapa cahaya menetesi
malam
gelisah angin di bibir jendela
seseorang, mungkin menanti mimpinya
kenangan menggeliat dalam jelaga
hidup telah jauh sendirian saja
gelisah angin di bibir jendela
seseorang, mungkin menanti mimpinya
kenangan menggeliat dalam jelaga
hidup telah jauh sendirian saja
pergi bagai kereta
meninggalkan stasiun
berpasang mata hanya saling melepaskan
kemudian memendam rindu, bagai ratap biola
manusia : hanya kesedihan yang dihibur dengan tawa
berpasang mata hanya saling melepaskan
kemudian memendam rindu, bagai ratap biola
manusia : hanya kesedihan yang dihibur dengan tawa
II
malam akan sampai
diujungnya
dan kau kan sendiri memeluk kenangan
kesedihan bagai seseorang pergi
tak ingin mengulang jejaknya
dan kau kan sendiri memeluk kenangan
kesedihan bagai seseorang pergi
tak ingin mengulang jejaknya
lalu senyap bertanya
bagai kawan
sudah kau temukan beberapa bagian hatimu yang hilang
ah, sampai kini juga belum ada kabarnya.
sudah kau temukan beberapa bagian hatimu yang hilang
ah, sampai kini juga belum ada kabarnya.
2012
Kesunyian
kita menjaga kesunyian
seperti seorang tiran menjaga kekuasaan
dan seorang pemberontak yang ditinggalkan
seorang biduan yang bersenandung pilu
seorang tentara berjaga di perbatasan
seperti seorang tiran menjaga kekuasaan
dan seorang pemberontak yang ditinggalkan
seorang biduan yang bersenandung pilu
seorang tentara berjaga di perbatasan
hidup hanya mimpi
berbalut kehampaan
manusia menjerit di ruang jiwanya
tangannya menggapai wajah Tuhan
menggapai matahari yang tenggelam
manusia menjerit di ruang jiwanya
tangannya menggapai wajah Tuhan
menggapai matahari yang tenggelam
2012
Rindu:
I
telah tertinggal debu di hariku
karena jalanan ini begitu jauh
derap hidup begitu kencang
dan aku merindukan air suciMu
karena jalanan ini begitu jauh
derap hidup begitu kencang
dan aku merindukan air suciMu
aku tergoda malam
terempas bagai angin
jatuh dalam kesunyian
tersesat di seribu jalan
sore ini rindu begitu dalam
matahari telah mengerdip
senja mengintip langkahku
terempas bagai angin
jatuh dalam kesunyian
tersesat di seribu jalan
sore ini rindu begitu dalam
matahari telah mengerdip
senja mengintip langkahku
II
Rindu tumpah pada kampung-kampung sunyi, halte-halte
kosong,
kota-kota yang tak henti menguratkan nyeri,
stasiun-stasiun pemberangkatan,
permainan kanak-kanak, gemerisik daun-daun dan
bisik-bisik angin
Rindu memenuhi perjalanan jiwa, rindu tanah yang dijanjikan,
Rindu memenuhi perjalanan jiwa, rindu tanah yang dijanjikan,
rindu terbang ke sudut-sudut kenangan,
Rindu menyisir jalan-jalan kampung, lorong-lorong kota yang kering,
Rindu menyisir jalan-jalan kampung, lorong-lorong kota yang kering,
rindu tak bernama, di kedalam jiwa
2012
Mengenang
Tuhan, di sini kami bercermin
malam yang bening
mengingat bulan, di suatu waktu di masa kecil
kami ingin ada di sana, seperti di dalam surga
bermimpi sungai hening dan pohon-pohon rindang
mengingat bulan, di suatu waktu di masa kecil
kami ingin ada di sana, seperti di dalam surga
bermimpi sungai hening dan pohon-pohon rindang
Kami mengenang suatu
waktu di masa lalu
masa kanak-kanak di bawah temaran bintang
kini telah jauh hidup menggemuruh berpacu
telah kami bunuh beberapa mimpi
dan kami buat beberapa daftar lagi
masa kanak-kanak di bawah temaran bintang
kini telah jauh hidup menggemuruh berpacu
telah kami bunuh beberapa mimpi
dan kami buat beberapa daftar lagi
2012
Malam
I
malam belum membuatmu terlelap
dengan dongeng-dongeng dunia
berdamailah dengan gusar angin di lembah
dan kesunyian di puncak bukit
bahkan rahasia pekat di batas langit yang tak tertembus akal
berdamailah, baringkan diri membujur angin
lalu rasakan
karena hidup hanyalah kekuatan merasakan
ada yang mengalir disepanjang jalanmu:
dengan dongeng-dongeng dunia
berdamailah dengan gusar angin di lembah
dan kesunyian di puncak bukit
bahkan rahasia pekat di batas langit yang tak tertembus akal
berdamailah, baringkan diri membujur angin
lalu rasakan
karena hidup hanyalah kekuatan merasakan
ada yang mengalir disepanjang jalanmu:
tepat di bawah telapak kaki
hidup masih di bumi, di atas tanah
hidup masih di bumi, di atas tanah
II
malam lembab disapu angin
patahan ranting tergeletak sunyi, sendiri
menanti seseorang memungut
sambil membayangkan hatinya tergores duri
sudah tak penting membincangkan dua tiga bintang
kelam memanjang sepanjang bayang
kabut putih dingin melintasi bulan pasi
seorang pembesar dan seorang kecil sedang menangis
hilang mainan dalam mimpi
patahan ranting tergeletak sunyi, sendiri
menanti seseorang memungut
sambil membayangkan hatinya tergores duri
sudah tak penting membincangkan dua tiga bintang
kelam memanjang sepanjang bayang
kabut putih dingin melintasi bulan pasi
seorang pembesar dan seorang kecil sedang menangis
hilang mainan dalam mimpi
dan kenangan hanyut dalam
gelombang
2012
Tentang Sondri BS
Sondri BS, lahir di Padangpanjang 1973. Puisi-puisi pernah dimuat di koran
Kompas, Tempo, majalah Horison, majalah Sastra, majalah Gong dan koran-koran di
Padang. Tergabung dalam beberapa antologi puisi. Buku puisi tunggal Tarian Angin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar