Puisi Riyon Fidwar
Airmata
mengapa hanya
airmata yang mengiba
ketika luka
membisa, mengorek
sum-sum dan urat
nadi
sedangkan kuku
dan rambut
tak pernah
mengundang tangis
bila di potong
dan di iris
mengapa hanya
airmata yang mengiba
ketika darah
nanah
membasuh pedang
dan peluru
apakah airmata
ramuan kepiluan,
atau ramuan
kerinduan?
Padang, 2010
Negeri Air
jika aku turun
dari ranjang ini
yang kutemui
adalah air
yang mengapungkan
kail dan umpan
para nelayan.
berjalan di antara rahang-rahang karang
membongkar
lembaran mimpi dan khayalan
negeri ini.
tempat gelombang memburai
aku semakin
enggan turun dari ranjang ini
sebab airmata
nelayan telah terbungkam
di dalam kulkas.
negeri ini
anyir oleh lendir-lendir ikan
sedang mereka
yang hidup di negeri asing
hanya duduk dan
menunjuk
di negeri ini
hanya nyanyian gelombang yang memburai
di rahang-rahang
karang yang tajam
aku berdiri di
tengah airmata nelayan
yang terbungkam
di dalam kulkas
sedang kail dan
umpan terkatung-katung mencari tepian
Padang, 2010
Bulan Tak Nampak
yang kunanti
belum juga memanggil
buku-buku siang,
malam telah jungkir balik
jangkrik, katak
dan pungguk. kehabisan irama
mesin-mesin juga
bersyair
merayumu dalam
malam
Padang, 2010
Aku Pulang Di Musim Hujan
aku pulang di
musim hujan
tunggu aku di
simpang jalan!
sebab di lembaran
hari
yang telah lalu
juga pernah aku
catat
tentang jalan
menuju rumahmu
Padang, 2010
Di Ruang Tunggu
sudah hampir
subuh
aku menunggu di
ruang yang dingin ini
suara kumbang
bernyanyi bersama ringkik orang-orang pasrah
bulan dan neon
menunggu sebuah
keputusan pagi
sudah hampir
subuh
selalu begitu.
tanpa keputusan apa pun
bau limbah di
pancuran atap menyapu batang hidungku
kini malam
membuka topengnya yang hitam
kumbang malam
telah pulang dari pesta semalam
aku masih di
sini. menunggu subuah keputusan
yang terbenam
dalam malam
Padang, 2010
Celana Panjang
luka
yang menganga di
antara pahamu
di antara belukar
yang suram
kau menangis
karena perihnya
luka itu kau
tutup dengan celana panjang
yang terbuat dari
wol ala eropa
padahal dulu kau
hanya memakai celana pendek, sarung
untuk menghapus
airmata
sebab perih yang
tajam itu
terus menusuk di
antara pahamu
airmata terus
bergantung di bulu mata
sebab sesaknya
celana panjangmu
membunuh angin
yang ingin
mendinginkan
luka
Padang, 2010
Do’a Untukmu
ini do’a
yang kutulis pada
sepertiga malam
untukmu yang
tenggelam
dengan luka
Padang, 2010
Dusta
kata-katamu
membentur batu-batu
menari di atas
sunyi
aku
yang diam
menanti keputusan
dari orang mati
Padang, 2010
Tamak
ini tanah
tandus
walau airmata
selalu tergenang
kugali-kututup-kugali
tak kutemui
nikmat tuhan
ini tanah
tandus
tak lagi tertutup
dalamnya sampai
ke aceh
ah belum seberapa
ini tanah milik
tuhan
besok di tanahmu
juga akan kugali
Padang, 2010
Bukalah Bajumu
bukalah bajumu
lalu hutung
bulir-bulir peluh
yang bergelinding
pada bidang dadamu. dan
bertanyalah pada
cermin: ini baju untuk siapa?
Padang, 2010
Tentang Riyon Fidwar
Lahir di Aceh
Singkil, 28 Agustus 1990. Sekarang melanjutkan studi di Fakultas Sastra
Universitas Andalas Padang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar