Rabu, 16 Oktober 2013

PUISI Ramadhani


PUISI Ramadhani

Mulanya Kata

dalam bunyi apa sunyi menyelinap dalam kata?
pada ngilu-pilu sesayat luka
atau gebalau perang yang kacau

di jalan yang mana kata menjemput kedatangan makna?
apa pada jauh tempuh sebuah perjalanan
atau di sudut ruang perenungan

dalam rupa yang mana sunyi mengikat makna pada kata?
apa pada catatan para ahli bahasa
atau serupa dahaga penyair akan aksara


Kandangpadati 2010



Amplop Hitam

kukirimkan kabar saat senja saga membakar rinduku
di dalamnya sajak-sajak mati diikat kalimat yang kehabisan nafas
dari kota-kota persinggahan yang tak tercatat alamatnya

kutuliskan pada sepotong risau buntu yang tak menentu
tentang kematian perjalanan, langkah-langkah yang sekarat
dan kisah perbatasan yang memenggal persuaan

kulipatkan kabar ini dalam sebuah amplop hitam
yang entah kau baca sebagai undangan pertemuan
ataukah sebuah janji kematian

Kandangpadati 2010


Lubuk Mata

ia membayang ke lubuk mata kekasihnya yang jauh
bersitatap pada kesunyian yang tipis
seperti riak perdu disiur angin yang kembali dari terjal terbing
berisi rindu ombak pada pantai pasir yang hanya bisa dipuaskan
lewat hempasan-hempasan, lewat buih-buih, debur-debur pesisir

Kandangpadati 2009
Tu(m)buh
                 :Ibunda

apalah kita,
jika aku tak jalar dalam dirimu
jika kau tak subur di jantungku

musim  basah menggembur hari
dan dalam seratmu aku biji
bakal tumbuh berkali-kali

Kandangpadati 2009



Sarang

kusamarkan semburat segala luka di pokok batang
bikinan anak kampungmu saat menetak jenjang ke sarang punai
di sela ramping ranting yang menyentil langit, menunjuk angin
menelusur ke liang tua berjalinan,
menguak peluh bernada rusuh yang ditetaskan dalam sarang

kusempatkan memikatmu
dengan kata yang sebentar singgah di rimbun daun
mungkin kata itu bulu rontok mereka, cicitan anak mereka,
sisa percintaan mereka, duh, punai yang bercintaan

pada batang lelumut ikut bercabang serupa cemburu pada dahan
ia membayang ranting tumbuh pada dirinya jadi rumahmu bersarang
dan  aku datang melapun cinta,
memasang rindu di antara rantingnya

Kandangpadati 2009



Tuju

di sebuah halte aku datang mencari tujuan
hujan lekas hapus jejak arahku datang
dalam rintik di antara ricik dalam tergenang
kulihat, langkahku tenggelam ke dasar pencarian

sesekali kulihat orang lewat menjinjing bungkusan
apakah buah tangan atau bekal perjalanan?
tak ada tanda apakah mereka telah berjalan
ataukah menjelang hilang

kubiarkan hujan menguapkan aroma jalan
kuhirup dalam sampai sendi ingatan
biar di mana dapat kuciumi pulang

Kandangpadati 2010



Tentang Ramadhani
Lahir dan besar di Batupalano. Kampung kecil di kaki Gunung Marapi. Bergiat di Komunitas Cermin dan Ranah Teater. Kini sedang belajar di Jurusan Sastra Inggris Universitas Andalas, Padang.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...