PUISI Ramadhani
Mulanya Kata
dalam bunyi apa sunyi menyelinap dalam kata?
pada ngilu-pilu sesayat luka
atau gebalau perang yang kacau
di jalan yang mana kata menjemput kedatangan makna?
apa pada jauh tempuh sebuah perjalanan
atau di sudut ruang perenungan
dalam rupa yang mana sunyi mengikat makna pada kata?
apa pada catatan para
ahli bahasa
atau serupa dahaga
penyair akan aksara
Kandangpadati 2010
Amplop Hitam
kukirimkan kabar saat senja saga membakar rinduku
di dalamnya sajak-sajak mati diikat kalimat yang kehabisan
nafas
dari kota-kota persinggahan yang tak tercatat alamatnya
kutuliskan pada sepotong risau buntu yang tak menentu
tentang kematian perjalanan, langkah-langkah yang sekarat
dan kisah perbatasan yang memenggal persuaan
kulipatkan kabar ini dalam sebuah amplop hitam
yang entah kau baca sebagai undangan pertemuan
ataukah sebuah janji kematian
Kandangpadati 2010
Lubuk Mata
ia membayang ke lubuk
mata kekasihnya yang jauh
bersitatap pada
kesunyian yang tipis
seperti riak perdu
disiur angin yang kembali dari terjal terbing
berisi rindu ombak
pada pantai pasir yang hanya bisa dipuaskan
lewat
hempasan-hempasan, lewat buih-buih, debur-debur pesisir
Kandangpadati 2009
Tu(m)buh
:Ibunda
apalah kita,
jika aku tak jalar
dalam dirimu
jika kau tak subur di
jantungku
musim basah menggembur hari
dan dalam seratmu aku
biji
bakal tumbuh
berkali-kali
Kandangpadati 2009
Sarang
kusamarkan semburat
segala luka di pokok batang
bikinan anak
kampungmu saat menetak jenjang ke sarang punai
di sela ramping
ranting yang menyentil langit, menunjuk angin
menelusur ke liang
tua berjalinan,
menguak peluh bernada
rusuh yang ditetaskan dalam sarang
kusempatkan memikatmu
dengan kata yang sebentar
singgah di rimbun daun
mungkin kata itu bulu
rontok mereka, cicitan anak mereka,
sisa percintaan
mereka, duh, punai yang bercintaan
pada batang lelumut
ikut bercabang serupa cemburu pada dahan
ia membayang ranting
tumbuh pada dirinya jadi rumahmu bersarang
dan aku datang melapun cinta,
memasang rindu di
antara rantingnya
Kandangpadati 2009
Tuju
di sebuah halte aku
datang mencari tujuan
hujan lekas hapus jejak arahku datang
dalam rintik di antara ricik dalam tergenang
kulihat, langkahku
tenggelam ke dasar pencarian
sesekali kulihat orang lewat menjinjing bungkusan
apakah buah tangan atau bekal perjalanan?
tak ada tanda apakah mereka telah berjalan
ataukah menjelang hilang
kubiarkan hujan menguapkan aroma jalan
kuhirup dalam sampai
sendi ingatan
biar di mana dapat
kuciumi pulang
Kandangpadati 2010
Tentang Ramadhani
Lahir dan besar di
Batupalano. Kampung kecil di kaki Gunung Marapi.
Bergiat di Komunitas Cermin dan Ranah Teater. Kini sedang belajar di Jurusan
Sastra Inggris Universitas Andalas, Padang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar