musim ini adalah bagian daritingkah diam yang usang
yang menjelma nasib pada ruang-ruang tunggu
dan potongan jarak antara gerimis yang menemui rapuh
sebuah kepingan episode dalam kamar ilusi
dari kejamnya imajinasi orang-orang lalu
yang menancapkan bekas-bekas luka
dengan air mata yang tertahan di tenggorokan
dan suara isak yang luruh dari paru-paru yang menemui
sesak
kesendirian telah merenggut jiwa-jiwa para petapa
dan dalam keramaian, mereka sibuk sendiri
memilah sisi-sisi
yang terbentang antara realita sosial dan ruang imaji
tentang musim, suara-suara dari keheningan
terlihat lebih baik
dan sikap diam
adalah jalan terbaik
rumahteduh,
Januari 2012
Gadis
Kecil Dengan Mata Sunyi
di rahim ibumu, jalan tumbuh satu-satu
dan tatapanmu luruh ditelan ketuban yang serakah
kemudian beberapa arah dari penjuru datang
menukilkan kesaksiannya sendiri
menetapkan takdirnya dengan memendam misteri
wajah berbuah masam, dan mata menyimpan kelam
tidak ada lagi pendam yang harus mati
karena setiap orang dilahirkan
dalam ritme kesempurnaan yang sama
yang masing-masingnya ditawar dan tertawar
begitu juga kau, gadis kecil
yang terkadang menjelma menjadi kesempurnaan
bahkan lebih utuh, dalam siluet kelam senandung alam
yang bersembunyi di balik tempo hujan
dan irama angin
di rerumputan tengah belukar
kau tak berani melihat, dan kerlingan di matamu
kau simpan dalam-dalam
hingga kelak
sabda-sabda alam bermain
dengan matamu yang memendam sunyi penuh diam
studiomerah,
Januari 2012
Yang
Hening, Yang Terasing
selangkah menjelang titik untuk menemu di akhir
kulihat kecapanmu dipenuhi guratan takdir dan tancapan
keping
dari beling yang tertinggal pada sari-sari
dan ikatan antara benulang yang raib
saat itu, rahim memetikmu sedangkan kau tak ranum
tanpa garis yang muncul seperti meridian dari barat dan
tumbuh
dengan keterpaksaan yang layak, lihatlah
pagi tetap saja putih sebagai rima di tengah cakrawala
putih
hitam menjelma masa lalu, lalu larut di sepanjang lorong
hitam
dan kau sebagai buih di antara keduanya
sesuatu yang kelabu dan yang terpaksa dipaksa menyamar
abu-abu
kau yang hening yang meraba setiap hati
tanpa kata, tanpa apa-apa
dengan bingkai kayu di lidahmu, memuram
tidak lagi didengar dalam cerah dan bulir air yang seharusnya
mengalir
kemudian asing di tengah waktu yang diasingkan sesuatu
yang mengering
dan lambat laun, kau larut bersama keterasinganmu sendiri
sajak ini, sebuah gentel keterasingan yang bergentayangan
tentang camar yang berlabuh di pelabuhan tengah kota
tentang anak-anak malang dan duri-duri di permukaan
lidahnya
rumahteduh,
Januari 2012
Malaikatpun
Mulai Lupa
malaikat mengemis pada rerumputan
meminta doa-doa pada irama yang tak hilang
tentang belaian dan buaian gerakannya
yang bertumpu pada akar serabut
akar yang menghubungkan antara kehidupan dan pilihan
lalu dia bertanya pada penyair-penyair
tentang rima yang tepat untuk mengantarkan
pesan kepada atasannya yang mulai enggan
menatapnya dalam-dalam
dia telah larut, dalam dinas malam
yang menghentikannya
untuk terus menyebut
dia telah kalut, karena mencoba untuk bekerja di siang
hari
untuk mencari makan sebagai hidangan sarapan di keesokan
pagi
malaikat lupa tugasnya
dan sekarang dia tertidur di atas sofa ruang tamu
di rumah istri mudanya di tengah kota kelabu
rumahteduh,
Desember 2011
SebagaiUndangan
Pernikahan
aku merapalmu secara intim
dan sejenak mengajakmu
untuk dapat ku jamu di kediamanku
diantara pematang yang pernah
kita tapaki dulu
datanglah! meski sekedar mengucapkan pesan
kepada karibku yang coba menyusulmu
yang beberapa saat lagi akan berjibaku
dengan akar rumpun yang baru
di keesokan hari ini
kau tau
bahwa aku menyapamu dengan sapaan yang sirat
setidaknya pada tingkah tak ada urung yang lenyap
meski aku membisikan ini
ketika kita tengah larut dalam lelap
rumahteduh,
Desember 2011
Hadiah
Ulang Tahun
―YuhanaRiza
hariinitidakmestidengan kata ataupunkotaktanda-tanda
karenasesuatu yang tersirattelahmengambilperannyasendiri
danbayang-bayangtradisi, memengaruhialurceritakita
padasuatuhari yang kaumaknaisebagaijanji
dengansengajatakkuucapapa-apa
sekedarmembuatmubertanyahinggakaubertarungdenganimaji
danakumemaknainyasebagaiilusi
sehinggakaumengiratakadaapa-apa, takadaasing
ucapanhanyalahsebuahbongkahankelam air mata
sebagaiverbalitaspenggantisuarakeluh yang
sayup-sayupberbisik
padahasratmu di hariselanjutnya
sedangkankitatengahbergumuldalamruang yang hampirsama
ruang yang lain antaraduniasemu
dansebuahduniadenganlaminasihaluskertasberwarna
ucapanadalahsebuahkepalsuan
danpemberiansebagaijelmaansiuk yang remuk
sedangkanakumemaknaimudenganpesan yang sirat
yangkumaksudkansebagaihadiahpenggantijamuanmu
rumahteduh,
Januari 2012
Tentang Nurfirman AS.
Tentang Nurfirman AS, lahir
di Padang tanggal 16 Juni 1991 dan tengah melanjutkan pendidikan di Fakultas Hukum Unand Padang. Tulisannya pernah
dimuat di beberapa koran lokal , sepertiWaspada,
Padang Ekspres, Haluan dan Riau Pos.
Aktif berkesenian di Teater Rumah Teduh UKS-UA, Sekolah Menulis eureka! dan Studio Merah FHUA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar