DI BAWAH BATU YANG BATAL TERBANG KE LANGIT
jika matahari terbangun di pagi ini
sedang kau masih terpejam
apakah burungburung di di pohon
akan tetap
menunggumu sambil
berkicau
tentang siang nan benderang?
kau akan
abai pada pakaianmu
yang masai.
harapan sangsai
ataupun
senyuman sebagai lambai
: entah pagi mana lagi akan mengantarmu
pada
ketinggian cahaya?
di kota yang
tak pernah gelap
di bawah batu yang batal terbang ke langit
beri aku
waktu untuk melepas pakaianku
untuk menerima
segala cahaya
13/04/11
SEBELUM PETANG BERGANTI
"adakah
kotamu masih seharum kopi?" tanyamu suatu senja
setelah
menjadwalkan keberangkatan, entah ke kota mana
aku pun
memetik buah-buah kopi lalu menyelipkan di telingaku
bagai gadis
bali yang selalu membawa bunga putih dan menari
"ambillah
lalu sedu sehangat hatiku," kataku. kau pun menyeruput
dari sisi gelas yang kusediakan untukmu. suatu senja yang
lain
kota ini
pula. melepaskan jalan bagi kita menyusuri tiap gambar
yang kau
kirim beberapa pekan, saat datang hujan. kota basah
kau tak
berpayung waktu itu. rambutmu memanjang. butiran
hujan
bagaikan manikam menghiasi ujuang-ujungnya
"aku
ingin memetiknya satu, lalu kusimpan di bawah bantalku
agar malam
ia menjadi wajahmu," ujarku. kau undur
aku ingin
merapat. mengharumkan tubuhmu dengan
bunga-bunga
kopi. sebelum petang berganti
malam
memelukmu....
120411
KAU HINGGAP DI JENDELA ITU
dan petang
tumpas. sisa cahaya
yang mekar
di wajahmu seperti
hendak
mengajak masuki ruang
gelap itu. "tubuhku memancarkan
sinar serupa kunangkunang,
jangan lagi bimbang," katamu
sebelum kupegang erat tubuhmu
agar tak lagi terbang
jika kau hinggap di jedela ruang itu
akan kubawa ke depan pintu. kemudian buka lebar
akan kulipat
sayapmu hingga kecil dan tak cabik
"lalu
kaurapikan pakaianku?" pintamu. tapi di ruang
ini masih
pentingkah pakaian warna-warni itu?
bau garam,
senyum lautan, debar gelombang
bersama
tubuhmu ikut masuk: "cahayakan
tubuhku,
sinarkan wajahku!" kau memantra
dan ruang gelap
pun
lalu
bersinar-sinar
tubuhmu?
putih dinding karena lenguhmu
erangmu?
gaduh tembok sebab sayapmu
11-04-2011
ESOK KITA AKAN KEMARI
lalu kupilih
untukmu tempat
dari kedipan mata lalulalang
"aku tak tahan menunggudi sini.
berapa waktu kuhabisi?"katamu.
kau menunjuk sesuatu
aku pun mengangguk
bagaikan dua ekor kupukupu
kubiarkan
sayapmu tak mengepak
"cukup
sayapku membawamu
ke
rantingranting waktu," bisikku
-- tentu
sebuah ranting amat rapuh,
kau berayun,
aku menggoyang:
tak lama
sebab malam kian pekat
-- sebutir
permata dari kupingmu
lepas.
ranting menelannya untuk
dimuntahkan
pada musim lain
sebagai
ranting baru
esok kita
akan ke mari
saat bunga
kembali
menawarkan
manis
dan ranting
melepas rapuh
2-5 April
2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar