Selasa, 29 Oktober 2013

PUISI Isbedy Stiawan ZS



DI BAWAH BATU YANG BATAL TERBANG KE LANGIT


jika matahari terbangun di pagi ini
sedang kau masih terpejam
apakah burungburung di di pohon
akan tetap menunggumu sambil
berkicau tentang siang nan benderang?

kau akan abai pada pakaianmu
yang masai. harapan sangsai
ataupun senyuman sebagai lambai
: entah pagi mana lagi akan mengantarmu
pada ketinggian cahaya?

di kota yang tak pernah gelap
di bawah batu yang batal terbang ke langit
beri aku waktu untuk melepas pakaianku
untuk menerima segala cahaya


13/04/11
SEBELUM PETANG BERGANTI

"adakah kotamu masih seharum kopi?" tanyamu suatu senja
setelah menjadwalkan keberangkatan, entah ke kota mana

aku pun memetik buah-buah kopi lalu menyelipkan di telingaku
bagai gadis bali yang selalu membawa bunga putih dan menari

"ambillah lalu sedu sehangat hatiku," kataku. kau pun menyeruput
dari sisi gelas yang kusediakan untukmu. suatu senja yang lain

kota ini pula. melepaskan jalan bagi kita menyusuri tiap gambar
yang kau kirim beberapa pekan, saat datang hujan. kota basah

kau tak berpayung waktu itu. rambutmu memanjang. butiran
hujan bagaikan manikam menghiasi ujuang-ujungnya

"aku ingin memetiknya satu, lalu kusimpan di bawah bantalku
agar malam ia menjadi wajahmu," ujarku. kau undur

aku ingin merapat. mengharumkan tubuhmu dengan
bunga-bunga kopi. sebelum petang berganti

malam memelukmu....


120411






KAU HINGGAP DI JENDELA ITU

dan petang tumpas. sisa cahaya
yang mekar di wajahmu seperti
hendak mengajak masuki ruang
gelap itu. "tubuhku memancarkan
sinar serupa kunangkunang,
jangan lagi bimbang," katamu
sebelum kupegang erat tubuhmu
agar tak lagi terbang

jika kau hinggap di jedela ruang itu
akan kubawa ke depan pintu. kemudian buka lebar
akan kulipat sayapmu hingga kecil dan tak cabik
"lalu kaurapikan pakaianku?" pintamu. tapi di ruang
ini masih pentingkah pakaian warna-warni itu?

bau garam, senyum lautan, debar gelombang
bersama tubuhmu ikut masuk: "cahayakan
tubuhku, sinarkan wajahku!" kau memantra

dan ruang gelap pun
lalu bersinar-sinar

tubuhmu? putih dinding karena lenguhmu
erangmu? gaduh tembok sebab sayapmu


11-04-2011




ESOK KITA AKAN KEMARI

lalu kupilih untukmu tempat
dari kedipan mata lalulalang
"aku tak tahan menunggudi sini.
berapa waktu kuhabisi?"katamu.

kau menunjuk sesuatu
aku pun mengangguk
bagaikan dua ekor kupukupu
kubiarkan sayapmu tak mengepak

"cukup sayapku membawamu
ke rantingranting waktu," bisikku

-- tentu sebuah ranting amat rapuh,
kau berayun, aku menggoyang:
tak lama sebab malam kian pekat

-- sebutir permata dari kupingmu
lepas. ranting menelannya untuk
dimuntahkan pada musim lain
sebagai ranting baru

esok kita akan ke mari
saat bunga kembali
menawarkan manis
dan ranting melepas rapuh


2-5 April 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...