Kubaca takdir
satu-satu
Terawang langit
merekah
Terbius cairan
darah dan menetes
Sepanjang akar
pengap
Di batas negeri
mimpi
Langit dan tanah jadi satu
Menyikat pekat bayang hitam dalam poros
Bersaksikan
Embun dan lintah-lintah
Ku tatap senja
kemarau panjang
Di musim itu
Gerimis mematah
jejak di gurunmu
Coba selimuti
dengan dengkur
Dan menadahlah
penuh sungguh
Simpangan laut jadi beritamu
Tatapku
Rasamu
Tancap!
Menjelmakan
sangkar hitam, hingga
Terang tak mampu
menampakkan putihnya
Riuh gemuruh bersorak sayu
Bersimpuhlah kiranya
INS Kayutanam, 2011
Tenggelam atau Mati
Rinai di lubuk itu
sayang
Mengingatkan
Pada
Senandung larik
merdu
Mengiang segumpal
jiwa
Dulunya sayang
Perawan pagi setia
menemani
Menghantar
Senyum di langit
buta
Murai bernyanyi
kaku
Tetap
Berlari ke ruang
tepi
Dulunya sayang
Nafas sengal
mengelabuhi
Jejak di pasirmu
Tetap
Memangku dahaga
Dulunya sayang
Tebal kabut
terselimut genggam tangan
Nostalgiamu
Lusuhkan sekeping
jantung
Tenggelam atau
mati
Di balik lautmu
INS Kayutanam,
2011\
Niang Pinang
Badai masih
mengumpat, berlabuh nasib di sini
Ya, kedipan dari
niang pinang yang menyala
Derumu
Serumu
jadi rapuh
Panas gersang
menggeliat jejak di pasirmu
Ya, lamunan sajak
kita dulu
Berantaikan sayap
keruh berlari penuh
Hei!
Raja langit mulai
melek!
Jangan topang siku
dagu lagi
Jasad dan roh
tercerai sendu
Langit
Jadi
kaku
Dalam
Rayu
Bising-bising
berlindungkan kelam
Gelak menggelegak di
relung pengap
Sejak musim di tahun
lalu
INS Kayutanam,
2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar