OLEH Nasrul Azwar
Tulisan
sederhana ini sesungguhnya tidak mengesankan bahwa dalam waktu dekat ini akan
terjadi bencana di Sumatra Barat, tapi lebih ditekankan pada strategi, bentuk
antisipasi, dan kesiapsiagaan masyarakat bersama pemeritah–tentu saja dengan
koordinasi yang tegas semua stakeholder–untuk menghadapi ancaman bencana alam
berupa gempa bumi yang selanjutnya menimbulkan gelombang tsunami yang dasyat.
Selain
memberikan pengetahuan yang cukup bagi masyarakat, dan juga menguatkan posisi
institusi yang bertanggung jawab terhadap antisipasi bencana alam tsunami, dan
pengembangan ilmu pengetahuan tentang tsunami, membangun tembok di sepanjang
pantai Kota Padang (jika perlu seluruh pantai Sumatra Barat), merupakan gagasan
yang perlu dipertimbangkan.
Membangun
tembok di sepanjang pantai dengan tinggi dan lebar 20 meter, bukan lagi barang
baru. Di salah satu kota di Jepang, pemerintahnya sudah mewujudkannya.
Masyarakat Jepang yang akrap dengan gempa bumi yang berpotensi memicu tsunami,
“memagar” kotanya dengan tembok raksasa. Saya pernah menonton film
dokumenternya, dan masyarakat kota itu menjadi tidak merasa cemas lagi dengan
adanya tsunami pascagempa bumi.
Hebatnya
lagi, di atas tembok itu, dengan jalur kendaraan yang cukup luas (20 meter),
munculnya tsunami menjadi tontonan wisatawan.
Untuk Kota Padang, dan juga kota-kota pantai lainnya di Sumatra Barat, saya kira tidak ada masalah jika hal serupa direalisasikan. Kota Padang yang dalam perencanaan tata kotanya menuju kota metropolitan, tentu, mewujudkan pembangunan tembok itu menjadi sangat signifikan. Dampak berdirinya tembok itu, paling tidak akan memberi rasa aman bagi warganya, dan tentu saja, bagi investor yang akan menanamkan uangnya di kota ini. Karena ancaman dasyatnya tsunami sedikit banyak telah diminimalisir.
Jika
pemerintah kota dan kabupten dan provinsi mampu meyakinkan pelbagai pihak untuk
mewujudkan Tembok Minang (saya sebut saja seperti ini), bisa jadi ini menjadi
proyek pertama di Indonesia, dan mengapa tidak, dapat juga jadi proyek
percontohan di negeri ini. Dan yang paling penting, jika tembok ini berhasil
direalisasikan, korban jiwa tertekan sangat minim. Apa yang dicemaskan bahwa
jika terjadi tsunami–memang Sumatra Barat rawan tsunami–yang diperkirakan akan
menelan korban jiwa mencapai setengah juta jiwa, tentu dengan hadirnya Tembok
Minang ini, bisa diminimalisir. Selain itu pula, dengan berdirinya Tembok
Minang ini, tentu saja akan membuat penduduk menjadi nyaman beraktivitas, dan
masyarakat tidak panik lagi ketika terjadi gempa bumi. Yang dipikirkan
masyarakat hanya menyelematkan diri dari bahaya gempa bumi.
Saya kira,
membangun Tembok Minang itu tak akan merusak prinsip-prinsip rencana tata kota,
terutama Kota Padang. Karena–jika direalisasikan–pembangunannya hanya
melengkapi perencanaan yang telah disusun. Cuma, yang jadi masalah, apakah
Pemerintah Kota Padang, Pemerintah Provinsi Sumatra Barat, pemerintah kabupaten
dan kota lainnya, mampu mendudukkan gagasan ini dalam satu frame dan kerangka
kerja yang jelas?
Untuk saat
sekarang, membangun Tembok Minang ini merupakan pilihan yang sangat tepat. Dan
sementara, jalur evakuasi yang dibangun pada saat sekarang, saya kira perlu
ditinjau lagi, dan dananya bisa dimanfaatkan membangun Tembok Minang itu. Jika
tidak dari sekarang kita mulai, kapan lagi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar